Kalau biasanya air minum diperoleh dari mata air, perusahaan di Zwevezele, Flanders mengembangkan teknik penyulingan dari darah babi. Hasil penyulingan ini nantinya bisa menjadi minuman yang aman dikonsumsi.
Selama berabad-abad, darah babi kental dengan budaya kuliner di Asia terutama di China dan sekitarnya. Darah babi biasanya diolah menjadi sosis, sementara kalau di Bali dikenal dengan nama urutan atau oret.
Kemudian ada sakarang dari darah babi yang disantap oleh orang-orang di Sumatera Utara. Bukan hal yang tak biasa mengubah darah babi sebagai olahan untuk dikonsumsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darah babi tersebut biasanya dibuat menyerupai puding yang disantap dengan kuah kaldu hingga mie. Tapi jarang ada orang yang meminum dalam kondisi darah yang masih mentah.
Tapi perusahaan Veos yang berasal dari Belgia, punya inovasi untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Dilansir tim detikFood dari artikel OddityCentral, perusahaan yang fokus memproduksi protein dari hewan untuk dikonsumsi ini baru saja mengembangkan olahan darah hewan menjadi minuman yang aman dikonsumsi.
Veos melihat bahwa darah hewan kolagennya bisa diolah menjadi bubuk protein yang aman digunakan di makanan manusia hingga makanan hewan.
Bahkan mereka selama ini sudah menggunakan tangki besar untuk menyimpan darah babi. Setelah mereka mengembangkan mesin penyulingan air senilai β¬2 juta (Rp 31,7 miliar), kini mereka bisa mengubah darah babi menjadi air minum yang aman dikonsumsi.
CEO Veos Robert Slee mengatakan pihaknya melakukan hal ini untuk mendorong produksi yang ramah lingkungan dan menjaga mata air, sehingga ia pun mulai mencari alternatif baru.
Mesin penyulingan itu disebut bisa memproduksi 150.000 liter air setiap harinya.
"Jadi kami akan mengentalkan darah babi selama masa produksi, lalu di vakum. Selama proses itu uap air yang dilepaskan dari darah babi akan menjadi air, nah air dari uap itu akan kami murnikan lagi lewat instalasi pengolahan air. Sehingga dapat digunakan dalam proses produksi," kata Robert.
Berkat alternatif ini, Veos bisa mengurangi 40% penggunaan air tanah dengan menggantinya menggunakan air dari uap darah babi untuk membersihkan tangki produksi mereka. Air uap babi ini disebut bisa diminum oleh manusia, karena sudah dibuktikan oleh beberapa karyawan Veos yang minum air tersebut.
Artikel ini sudah tayang di detikFood, baca selengkapnya di sini.
(aau/mso)