Bukan lagi rahasia kalau di Kota Bandung banyak sekali kafe. Usaha kafe ini menjamur, bertumbuh setiap tahunnya. Semua kafe di Kota Bandung memiliki ciri khas nya masing-masing, ada yang mengandalkan ragam menu ada pula yang mengandalkan tempat yang nyaman dan estetik.
Ada sebuah keunikan yang membedakan kafe di Kota Bandung dengan kafe di daerah lainnya. Sepele, tapi kalau diperhatikan memang unik. Barista-barista yang bekerja di berbagai kafe lokal Kota Bandung terlihat lebih fashionable. Tidak seperti barista di kafe lain yang umumnya hanya mengenakan pakaian simple dibalut celemek atau seragam khusus.
Apakah fenomena fesyen di kalangan barista Kota Bandung ini ada hubungannya dengan julukan Paris Van Java?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Fashionable di Kota Paris Van Java
Melansir dari artikel detikJabar berjudul 'Asal-usul Bandung Punya Julukan Paris Van Java', julukan Paris van Java disebut muncul ketika penyelenggaraan Congres Internationaux d`architecture Modern (CIAM) atau Kongres Internasional Arsitektur Modern di Kota Chateau de la Sarraz, Swiss pada Juni 1928.
Julukan bernada sindiran ini ditujukan kepada Kota Bandung oleh Hendrik Petrus Berlage, bapak arsitektur Belanda kala itu. Sindiran ini terlontar karena pembangunan tata kota Kota Bandung yang berkiblat ke barat-baratan. Julukan 'Bandoeng Parijs Van Java' pun menjadi terkenal di dunia.
Meskipun Paris Van Java ini julukan yang muncul diakibatkan oleh tata kota, tidak jarang yang mengaitkannya dengan selera fesyen warga serta wisata fesyen yang dimiliki Kota Bandung. Paris yang dikenal sebagai kiblat dari dunia fesyen membuat julukan Paris Van Java dianggap berhubungan dengan hal tersebut.
Sejak tahun 1900-an, Kota Bandung digadang-gadang menjadi kota fesyen atau mode Indonesia. Hal ini bukan hanya karena julukan Paris Van Java yang disematkan untuk Kota Bandung, tetapi juga melihat banyaknya pertokoan yang menjual berbagai jenis pakaian.
Sejak dulu, Kota Bandung memang terkenal dengan beragam factory outlet-nya. Kini pun masih banyak pelancong yang berburu pakaian di Kota Bandung. Thrift fashion yang sedang trend berpusat di Pasar Cimol, Gedebage, tak pernah sepi pengunjung.
Warga Bandung pun disebut-sebut memiliki penampilan yang cukup modis. Di Kota Kembang ini, banyak muncul clothing brand lokal yang tak hanya menjual pakaian, tetapi juga aksesoris, tas, dan alas kaki.
Barista Modis di Kafe Kota Bandung
![]() |
Apabila berkunjung ke daerah Dipatiukur, Kota Bandung, banyak kafe yang berjejer di pinggir jalan. Meskipun identik dengan kopi, kafe-kafe ini tak hanya menjajakan kopi tetapi juga berbagai jenis minuman dan makanan lainnya.
Banyak pengunjung yang melipir ke kafe-kafe ini untuk sekedar makan siang atau work from cafe (wfc). Hampir tiap-tiap kafe difasilitasi wifi gratis yang membuat pengunjung betah seharian.
Melanger Les Space adalah salah satu kafe yang ada di Jl. Dipatiukur. Sebenarnya, tempat ini bukan sekedar kafe, tetapi juga creative space yang diisi dengan toko baju, photobooth, dan juga jualan aksesoris unik.
Muhammad Satriananda (27) adalah barista yang bertugas kala itu di kafe Melanger. Mengenakan kaos biru dan celana panjang hitam, ia tampak modis dengan aksesoris kalung warna-warni yang mengalungi lehernya. Cincin-cincin di tangannya membuat penampilannya hari itu lengkap.
Mengenai fenomena fesyen di kalangan barista ini, Satria cukup setuju. Menurutnya pribadi, ia memiliki ketertarikan di bidang fesyen sejak masih berkuliah.
"Kalau aku, sih, tertarik dengan fesyen sudah dari waktu kuliah. Biasanya kalau mau pilih baju mikir dulu dari semalemnya mau pakai baju apa," ujarnya kepada detikjabar.
Tak hanya Satria, rekan baristanya di Melanger pun sama-sama punya ketertarikan di bidang fesyen. Pengunjung Melanger sudah pasti akan disambut oleh para barista dengan tampilan yang modis. Mereka suka bersama-sama membuat video outfit of the day (ootd) yang kemudian diunggah melalui akun Tiktok pribadinya.
"Kebetulan di sini kita non-formal, jadi kita bisa bebas berpakaian. Terus aku sama temen-temen barista lainnya bisa dibilang satu frekuensi sama-sama punya ketertarikan di bidang fesyen. Kita suka bikin video ootd-an gitu," pungkasnya.
Satria telah menjadi barista sejak tahun 2018 saat masih berkuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (UNISBA). Ia mengaku senang bisa bekerja di tempat dimana ia bisa menyalurkan hobinya di bidang fesyen.
![]() |
Tampak modis dengan sepatu docmart nya, Satria bercerita tentang dimana ia biasa membeli aksesoris dan pakaiannya. Aksesoris cantik yang biasa ia pakai merupakan merk lokal. Untuk pakaian, Satria mengaku kini ia lebih tertarik dengan baju-baju thrift. Dulu ia biasa membeli pakaian di Pasar Cimol, Gedebage yang terkenal sebagai pusat thrift shop di Kota Bandung.
"Dulu sering (ke Pasar Cimol), tapi sekarang lebih suka belanja thrift lewat online, sih," tutupnya.
(yum/yum)