Dinginnya perkebunan teh Malabar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, membuat suasana menjadi sejuk dan asri. Yang lebih nikmatnya lagi adalah bisa merasakan makan bakso diantara perkebunan teh tersebut.
Jika kalian akan menuju objek wisata Nimo Hihgland, diantara perkebunan teh Malabar pasti menemukan salah satu tukang bakso, Roni (46), yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Tepatnya di dekat pintu masuk makam Karel Albert Rudolf Bosscha.
![]() |
Roni merupakan warga setempat yang telah berjualan bakso selama tujuh tahun silam. Dengan menggunakan motor bebeknya, Roni menjual bakso di tengah kawasan perkebunan teh Malabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sebelumnya saya berjualan berkeliling di sekitar sini. Tapi sekarang mah udah ada objek wisata baru, jadi mending buka lapak aja di sini," ujar Roni saat ditemui detikJabar belum lama ini.
Ia mulai berjualan di lokasi tersebut mulai pagi hingga sore. Namun, jika dagangannya telah habis di siang hari ia akan langsung pulang.
"Dari pagi saya mah udah di sini. Alhamdulillah lah mending diem di sini aja. Banyak masyarakat yang melintas langsung berhenti untuk sekedar istirahat dan menikmati bakso di antara kebun teh," katanya.
![]() |
Harga satu porsi bakso tersebut mencapai Rp15 ribu. Dengan isinya adalah mie, bihun, sayur, ada siomay, tahu, dua buah bakso besar, dan satu buah bakso kecil.
"Alhamdulillah adanya wisata itu (Nimo) saya jadi enggak usah kemana-kemana. Penghasilan pun alhamdulillah lah meningkat. Sehari bisa sampai Rp200 sampai Rp300 ribu," jelasnya.
Sambil merasakan sensasi udara sejuk dari kebun teh, para pembeli yang makan bakso tersebut disediakan tikar di bawah bangunan saung yang lumayan besar. Sehingga pembeli tetap tidak kepanasan dalam menikmati baso tersebut.
Bakso gerobak milik Roni ini memiliki tekstur padat dan dagingnya lebih terasa. Apalagi Roni memberikan dua buah bakso dengan ukuran besar dalam sajian satu porsinya.
Ada yang mau mencoba?
(tey/tey)