Karedok, Sejarah Kuliner Khas Jabar dan Asal Usul Namanya

Karedok, Sejarah Kuliner Khas Jabar dan Asal Usul Namanya

Tim detikJabar - detikJabar
Kamis, 30 Jun 2022 17:00 WIB
Resep Karedok Sunda
Ilustrasi karedok (Foto: iStock)
Bandung -

Bagi orang Sunda, karedok tentu tak asing lagi. Kuliner khas yang terbuat dari beragam sayuran mentah ini populer sebagai lauk untuk makan.

Bumbunya sederhana, hanya garam, terasi, cikur (kencur), gula, bawang putih dan daun kemangi (surawung). Cabai bisa ditambahkan untuk mendapatkan rasa pedas. Bahan ini kemudian dihaluskan dengan menggunakan cobek dan ulekannya.

Sementara isian sayurannya biasanya disesuaikan dengan selera. Yang populer yakni karedok kacang panjang, karedok leunca dan karedok terong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah bumbu halus, masukkan kemangi untuk diulek kasar. Kemudian sayuran mentah yang telah ditiriskan kemudian diaduk dengan bumbu hingga padu dan siap dihidangkan.

Ragam sayuran yang lazim digunakan untuk karedok mulai dari kacang panjang, mentimun, toge, kubis, dan kemangi. Karedok dapat dengan mudah kita temukan di berbagai pelosok daerah di Jabar. Rasanya hampir di semua restoran Sunda menyediakan menu ini.

ADVERTISEMENT

Namun apakah kamu tahu bagaimana asal usul nama karedok ini?

Dikutip detikJabar dari badanbahasa.kemdikbud.go.id ada sebuah perkampungan yang terletak di seberang Sungai Cimanuk. Dahulu daerah ini merupakan wilayah
Kerajaan Sumedang Larang.

Perkampungan tersebut terkena musibah tanah longsor dan menyebabkan penduduk kampung tersebut harus pindah ke kampung Rancakeong atau Babakan Dodol.

Awalnya di Rancakeong hanya terdapat dua keluarga. Kemudian dari dua keluarga itu berkembang menjadi tujuh ratus sepuluh jiwa. Perkembangan yang sangat pesat ini dimungkinkan karena daerah ini memiliki tanah yang subur sehingga banyak pendatang yang akhirnya menetap di sana.

Saat itu Sumedang dipimpin oleh seorang bupati yang bernama Pangeran Aria Suria Atmaja yang punya kegemaran menangkap ikan di sungai dengan menggunakan jala atau biasa disebut ngalintar.

Ia biasa ngalintar di Leuwi Kiara yang merupakan aliran Sungai Cimanuk dan berdekatan dengan Rancakeong. Ketika lelah ngalintar, Pangeran Aria kemudian beristirahat di kampung Rancakeong.

Mengetahui ada Pangeran Aria yang sedang beristirahat, warga Racakeong pun menyuguhkan hidangan berupa karedok terong. Sang pangeran merasakan kenikmatan luar biasa setelah mencicipi karedok tersebut.

Hingga sekembalinya dari ngalintar, pengalaman menikmati karedok itu ia sampaikan pada sesepuh Sumedang hingga membuat Sesepuh Sumedang penasaran dan
ingin mencicipi.

Kemudian Pangeran Aria pun mengajak ngalintar di Leuwi Kiara dan beristirahat di Rancakeong. Warga pun kembali menjamu bupati dan para sesepuh dengan karedok.

Sesepuh Sumedang pun merasakan kenikmatan yang sama saat menyantap karedok sehingga mulai saat itu Rancakeong berubah namanya menjadi
Desa Karedok hingga sekarang.

Desa Karedok merupakan sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Jatigede. Lokasinya berada di bagian utara wilayah Kecamatan Jatigede. Desa
Karedok ini memiliki status sebagai pedesaan dengan klasifikasi Desa Swadaya Mula.

Sebelum tahun 2001, Desa Karedok merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tomo. Akan tetapi, semenjak dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Sumedang Nomor 61 Tahun 2001, tanggal 24 Februari 2001, tentang Penetapan Desa/Kelurahan dalam wilayah kecamatan di Kabupaten Sumedang, Desa Karedok berpindah dari cakupan Kecamatan Tomo menjadi wilayah Kecamatan Jatigede.

Desa Karedok memiliki bentuk bentang permukaan tanah berupa hamparan atau dataran. Pemerintahan Desa Karedok dipimpin oleh seorang kuwu atau kepala desa dengan enam rukun warga (RW) dan dua puluh empat rukun tetangga (RT), serta terbagi menjadi dua dusun, yakni Dusun Karedok 1 dan Dusun Karedok 2.




(tey/tya)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads