Tepi jalanan Braga semakin malam justru semakin ramai. Berada di pusat kota, Braga jadi tempat jelajah kuliner yang asyik. Salah satunya Bacang Panas Braga yang legendaris.
Berdiri sejak tahun 1980-an, Bacang Panas Braga berjualan di depan Bioskop De Majestic. Hingga bioskop tersebut tak beroperasi lagi, Haji Halim, sang pemilik bacang legendaris tetap berjualan.
"Alhamdulillah selalu laris, isiannya tetelan daging sapi. Itu yang bikin enak. Sesuai namanya, ya disajikan saat masih panas," ujar salah satu pegawai Haji Halim sambil membuatkan pesanan orang-orang yang sedang antre.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sejak dulu, Bacang Panas Braga selalu berjualan setiap hari pukul 18.00-00.00 WIB. Saat pandemi, usaha Haji Halim ini sempat mandeg. Namun saat pandemi mereda, kuliner Braga ini jadi salah satu yang paling diserbu.
Baca juga: Warung Nasi Ibu Imas yang Hits di Bandung |
Gerobaknya tidak terlalu besar, letaknya pun seringkali terhalang mobil yang parkir di tepi jalan. Namun, kehadirannya selalu dinanti-nanti pengunjung baik dari luar maupun dalam kota.
"Sering banget beli bacang ajak ini anak gadis, karena dia juga suka. Kami juga rumahnya gak jauh, jadi sering mampir sambil duduk di pinggir jalan gini aja. Cari hiburan," ujar Eti (46) yang datang bersama putrinya.
![]() |
Eti mengatakan bahwa hari itu dirinya sedang beruntung, sebab kebagian bangku panjang di depan apotek. Seringkali ia harus menikmati bacang panas sambil berdiri atau memilih dibawa pulang, karena terlalu ramai.
Dengan harga Rp 10.000, beras ketan yang dibalut daun bambu akan dibelah dengan pisau. Saat dibelah, nampak isian bumbu gurih di dalamnya. Muncul uap tanda bacang disajikan masih dalam keadaan panas.
Semakin mantap dengan potongan gajih sapi atau dalam bahasa jawa disebut tetelan. Inilah yang membedakan bacang Haji Halim dengan bacang biasa. Umumnya, bacang disajikan dengan potongan daging sapi atau ayam.
![]() |
(aau/tey)