.webp)
Pernah mencicipi macam-macam kue basah, seperti kue ketan hitam, kue kelapa, kue wijen atau kue kelepon? Itu mungkin biasa. Namun, kalian pernah tidak mencicipi kue-kue basah tersebut dalam bentuk cookies?
Adalah Nur Ikhsan Azizudin, pemuda asal Kecamatan Salabintana, Kabupaten Sukabumi itu berhasil membuat cemilan memodifikasi kue basah menjadi cookies.
"Ada beberapa series, ada yang susu, ada yang cokelat, ada yang yoghurt, sama heritage. Kalau heritage ini kita angkat kue-kue jadul, kita modernisasi seperti cookies, ada cookies ketan hitam, kelapa, wijen, ada juga kelepon," kata Ikhsan kepada detikJabar dijumpai dalam acara Bandung Food Internasional belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya ingin mengangkat kue jadul menjadi cookies modern. Ikhsan juga menyebut, cookies yang ia buat diracik tanpa menggunakan tepung terigu.
"Kita nonjolin bahan-bahan yang enggak pakai terigu, karena gandum kan enggak ditanam di Indonesia. Kita ingin tunjukkan kalau kita bisa pakai bahan lokal," ungkapnya.
 Kataji Cookies, cookies dengan rasa kue basah Foto: Wisma Putra/detikJabar |
Lalu, bahan baku utama apa yang digunakan Ikhsan untuk membuat cookiesnya?
"Pakai bahan tepung bukan terigu, seperti tepung jagung, tepung mokaf atau tepung singkong termodifikasi, tapi bukan aci ya," ujarnya.
Cookies yang dibuat oleh Iksan diberi merk Kataji, menurut Ikhsan kataji berasal dari Bahasa Sunda dan jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia memiliki arti terpikat. Dua tahun diproduksi, Ikhsan sebut permintaan cookiesnya cukup tinggi.
"Seluruh Indonesia, kita bikin ini baru dua tahun seri ini. Waktu lebaran kita sampai 3 ribu toples, itu ternyata kurang, permintaan tinggi," ujar Ikhsan yang merupakan Owner Cookies Kataji.
Cookies Kataji ini, merupakan produk UMKM binaan TP PKK Kabupaten Sukabumi. Menurut Ikhsan, selain tidak menggunakan tepung terigu ia juga tak memberikan bahan pengawet dalam cookies yang dibuatnya. Agar dapat dinikmati masyarakat luas, Ikhsan membanderol cookies yang dibuatnya dengan harga terjangkau.
"Enggak gunakan bahan pengawet, tahan tiga bulan. Untuk harga toples kecil Rp 12 ribu, sedang Rp 35 ribu dan besar Rp 50 ribu," katanya.
Untuk meningkatkan produksi, dan mengenalkan produk UMKM miliknya ke masyarakat luas, Iksan giat mengikuti pameran. Selain itu, kemasan produk yang menarik juga merupakan kunci yang digunakan Ikhsan agar produk UMKM miliknya bisa bersaing dengan produk lainnya.
(wip/yum)
