Ciri Khas Mangga Gedong Gincu Majalengka

Ciri Khas Mangga Gedong Gincu Majalengka

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Rabu, 08 Jun 2022 08:00 WIB
Manfaat mangga bagi kesehatan
Ilustrasi mangga. (Foto: Getty Images/iStockphoto)
Bandung -

Tugu Mangga Gedong Gincu yang berada di Bunderan Cigasong bukan semata-mata dijadikan ikon Kabupaten Majalengka. mangga gedong gincu merupakan buah khas daerah berjuluk 'Kota Angin'.

Mangga dari Kabupaten Majalengka ini memiliki citarasa tersendiri dibanding mangga gedong gincu yang dimiliki daerah lain. Rasanya manis serta memiliki bau yang sangat wangi membuat lidah tidak berhenti bergoyang kala menikmati setiap gigitannya.

"Yang membedakan mangga gedong gincu Majalengka yaitu rasanya, di sini mangganya manis banget. Terus dari warna juga merah banget," kata Oci Sarkosi (68), pedagang buah-buahan dari Kelurahan Sindangkasih, Majalengka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, mangga gedong gincu tumbuh subur di dataran panas. Oleh sebab itu, penghasil mangga gedong gincu di Majalengka kerap ditemukan daerah-daerah bersuhu tinggi.

"Yang membuat gedong gincu tumbuh bagus di Majalengka itu karena daerah panas, gedong gincu suka tuh di tempat yang panas. Di Majalengka kota kan panas suhunya, makanya banyak ditemuinya di daerah sininya," ujar dia.

ADVERTISEMENT

"Setahu saya di sini mah banyak ditemuinya di Desa Pasir Muncang, Kecamatan Panyingkiran terus di Blok Ciandeu, Desa Sidamukti, Majalengka," tuturnya.

Dijelaskannya, mangga gedong gincu di Majalengka biasanya melimpah pada Juli. Perbedaan mangga gincu dengan mangga lainnya, yakni proses pematangannya.

Pada umumnya buah mangga bisa dipetik sekitar umur 4 bulanan. Namun mangga gedong gincu baru bisa dipanen sekitar 5-6 bulan.

"Kalau mangga gedong gincu mah kan mateng di pohon, makannya lama dipanennya. Kalau panen mah cuma setahun sekali itu biasanya setiap bulan Juli," kata dia.

Pemasaran mangga gedong gincu Majalengka, kata Oci, banyak diburu masyarakat dari berbagai penjuru daerah di Indonesia. Mangga tersebut jika dari petaninya langsung dijual dengan harga Rp 19-20 ribu per kilogram.

"Peminat banyaknya daerah perkotaan, kayak Jakarta, Kalimantan, Medan, ya banyak pokoknya mah. Kalau harga mah enggak nentu. Sekarang mah Rp 19-20 ribu per kilogram, itu teh dari petaninya langsung. Kalau dari pedagang mah nyampe Rp 25-30 ribu mah," ujarnya.




(ors/ors)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads