Detik-detik Menegangkan Amir dan Batalyon Tengkorak Halau Tank Baja

Detik-detik Menegangkan Amir dan Batalyon Tengkorak Halau Tank Baja

Yuga Hassani - detikJabar
Sabtu, 17 Agu 2024 16:00 WIB
Amir Saputra (92), seorang Veteran saat berbincang dengan detikJabar.
Amir Saputra (92), seorang Veteran saat berbincang dengan detikJabar. (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Bandung -

Para pejuang harus berkorban menumpahkan darah dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Mereka dengan gigihnya mempertaruhkan seluruh jiwa dan raganya demi negara.

Salah satu yang turut menjadi saksi pertarungan melawan penjajahan Belanda adalah, Amir Saputra (92). Dirinya tercatat turut berjuang dalam Agresi Militer II pada tahun 1948 - 1949 di Jawa Barat.

Kepada detikJabar, Amir masih mampu menceritakan bagaimana gentingnya pertarungan melawan Belanda. Dirinya tergabung dalam Batalyon 303 (Tengkorak) di bawah pimpinan Mayor Nasuhi pada saat itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam agresi tersebut dirinya ditugaskan dan masuk dalam 1000 anggota yang dikirim ke priangan timur Jawa Barat. Kala itu para pasukan Indonesia tengah bergeriyla dari Kabupaten Ciamis hingga ke wilayah Singaparna, Tasikmalaya.

"Dari pertarungan tersebut tinggal nyisa sebanyak sekitar kurang lebih 20 orang pasukan. Kebanyakan meninggal, karena kami menghadang tank baja 80 rombongan yang mau ke Bandung," ujar Ami, saat ditemui detikJabar, Sabtu (17/8/2024).

ADVERTISEMENT

Menurutnya pada pertarungan tersebut dibantu secara langsung oleh masyarakat. Makanya pada peristiwa tersebut banyak warga dan pasukannya yang tumbang.

"Itu semua dibantu oleh masyarakat dan rakyat. Dari 80 rombongan itu dalam beberapa menit habis, di situ pertempuran luar biasa hidup dan mati. Dan kebanyakan gugur," katanya.

Melawan Pemberontakan

Amir menjelaskan pertarungan lainnya yang paling menantang adalah melawan pemberontak DI/TII. Kata dia, pertarungan tersebut yang paling menguras tenaga. Pasalnya pertarungan dilakukan dengan bangsa sendiri.

"Pertempuran luar biasa mah bukan dengan Belanda. Tapi saya saat tugas di Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis. Di sana saya mendapatkan serangan luar biasa, ada tiga kompi yang serang," jelasnya.

Amir Saputra (92), seorang Veteran saat berbincang dengan detikJabar.Amir Saputra (92), seorang Veteran saat berbincang dengan detikJabar. Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Pada pertempuran tersebut dirinya kembali berhasil selamat. Bahkan ia masih mengingat bagaimana suara desing peluru kala itu.

"Iya pada pertempuran itu dahsyat sekali. Sekitar pukul 12.07 siang, tiba-tiba der, der, der. Tapi Alhamdulillah, saya selamat berkat doa orang tua, dan itulah pengalaman pertempuran saya," ucapnya.

Amir meminta kepada masyarakat Indonesia untuk tetap menerapkan nilai pancasila. Pasalnya hal tersebut telah menjadi acuan masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga kedamaian bangsanya.

"Saya juga mengajak semua masyarakat Indonesia untuk menjaga semangat perjuangan dan kemerdekaan dengan bekerja keras serta menerapkan nilai-nilai Pancasila." tegasnya.

Sementara itu, salah satu anak Amir, Toto Sumantri (54) mengungkapkan, kondisi Amir saat ini pendengarannya sedikit terganggu. Namun orang tuanya tersebut masih bisa diajak berbicara meski hanya terbaring di kasur.

"Kalau sakit sih alhamdulillah tidak punya penyakit, sehat sebetulnya, tapi mungkin karena usia aja. Kalau jalan masih kuat, cuman kalau punya alergi suka ingusan. Makannya sering pake oksigen. Tapi kalau di rontgen dan diperiksa juga tidak ada penyakit, sehat," kata Toto.

Toto menyebutkan saat ini orang tuanya tersebut ingin lebih dihargai lagi oleh negara. Pasalnya para veteran tersebut telah berjuang bagi bangsa dan negara.

"Dia (Amir) itu memperjuangkan pake nyawa, bagaimana kalau tidak ada sosok kaya dia mungkin negara tidak ada. Jadi pemerintah kalau ada perhatian lebih kepada veteran atau pejuang. Intinya mah itu," tegasnya.

Menurutnya sejauh ini belum menerima penghargaan apapun dari pemerintah. Sehingga dirinya ingin mendorong para veteran untuk lebih diberi penghargaan.

"Bantuan jarang, penghargaan belum ada. Makanya dari saya di sini ingin mendorong keluhan dari veteran. Upacara kemerdekaan tahun ini pun tidak ada undangan. Padahal mah Apih (Amir) mah jelas-jelas pejuang," bebernya.

Setelah pensiun dari TNI, Amir sempat diangkat menjadi PNS dan bekerja di Pemkab Bandung bagian khusus bidang politik dan keamanan di bawah kepala Kiswaya Harja Kusuma.

Setelah itu menjadi Mantri Polisi di Kecamatan Cipeundeuy dan Kecamatan Ujungberung pada tahun 1968. Setelah itu dipindahkan ke Kecamatan Cililin dan menjadi Camat Sindangkerta tahun 1974.

"Jabatan terakhir jadi camat. Dulu sempat Camat dulu di Sindangkerta, terus pindah ke Rancaekek, Ujungberung, terakhir Cicalengka. Pensiun di Cicalengka sekitar tahun 1985," bebernya.

Toto menambahkan semangat dari orang tuanya terus membara hingga saat ini. Pasalnya hingga saat ini dirinya masih aktif membaca koran hingga menulis surat untuk Presiden.

"Apa-apa teh masih bikin surat ke presiden. Terus perhatian kepada anak-anaknya masih. Tidak lepas. Seusia segitu mah harusnya istirahat. Ini mah masih peduli, ke negara juga masih. Kalau untuk pensiunan mah ada dua, dapet veteran dan PNS camat," tuturnya.

"Sekarang masih ketua Kesatuan Pejuang Proklamasi 45 (KPP) Jawa Barat (Jabar) dan Gerakan Pemantapan Pancasila," pungkasnya.

(yum/yum)


Hide Ads