Cerita Lucy Bawa Kopi Khas Ciwidey Melesat ke Dunia

Jabar Mendunia

Cerita Lucy Bawa Kopi Khas Ciwidey Melesat ke Dunia

Yuga Hassani - detikJabar
Sabtu, 13 Jul 2024 06:30 WIB
Lucy Tedjasukmana saat memperlihatkan produk kopi khas Ciwidey
Lucy Tedjasukmana saat memperlihatkan produk kopi khas Ciwidey (Foto: Yuga Hassani/detikJabar).
Kabupaten Bandung -

Citarasa kopi asal Ciwidey, Kabupaten Bandung telah melanglang buana di Indonesia hingga dunia. Para petani di kawasan tersebut dengan tekun merawat kopi hingga menghasilkan rasa yang terbaik.

Mayoritas petani di wilayah tersebut menanam kopi hingga memanennya. Kemudian kopi yang dipanen tersebut dijual ke pengepul dan dikemas untuk penjualan pasar internasional.

Salah satu pemilik produsen kopi Ciwidey, Gravfarm Lucy Tedjasukmana mengatakan, saat ini mempunyai petani binaan yang berada di Ciwidey. Kemudian para petani tersebut diedukasi untuk menanam kopi dengan hasil yang terbaik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau perkopian itu sebenarnya kan 90 persen didominasi oleh petani kecil. Kita menggunakan sistem yang baik untuk menyeragamkan produksi. Jadi QC-nya itu terjaga, jadi nanti dari petani-petani itu dikirim ke kita, diolah. Nah dengan QC yang benar, jadi kita kemas untuk dikirim ke pasar Internasional," ujar Lucy, kepada detikJabar, belum lama ini.

Lucy menjelaskan, produksi kopi dilakukan wilayah Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey. Kata dia, para petani harus menghasilkan kopi dengan citarasa yang baik.

ADVERTISEMENT

"Jadi peti kopinya nggak boleh belang-belang, harus yang merah. Karena kita ingin menghasilkan kopi yang kualitasnya tinggi, tapi dari hal kecil aja, pemetikan warna-warni aja itu nggak akan bisa kopinya enak. Jadi kita harus edukasi gitu," katanya.

Lucy mengaku, saat ini konsentrasi pada pengolahan kopi dengan grade yang terbaik. Makanya pengolahannya pun dilakukan dengan cara yang berbeda.

"Klau dilihat dari kopi sampel kita, kopi kita itu hampir zero defect, artinya tidak ada cacat. Terus kita sustain, dan yang lebih menarik itu adalah kita mempekerjakan women employee dengan kesetaraan upah. Dan kita juga di dalam sistem produksi kita itu zero waste," bebernya.

Menurutnya tempat pengolahan kopi yang dimilikinya telah memiliki sertifikasi Harsat Analyzing Critical Control Point (HACCP). Kata dia, sertifikat tersebut merupakan dari internasional untuk safety food.

"Jadi kalau dilihat di produk kita, semua ada logo HACCP. Dan itu untuk dunia perkopian, apalagi pengolahan basah ya, bukan kopi sangrai, itu tuh susah, jarang sekali," tuturnya.

Kopi dari Gravfarm menjadi salah satu kopi yang dikirim ke Filipina oleh Pemkab Bandung. Mereka mengirimkan kopi dengan citarasa khas Ciwidey.

"Jadi di sini kita bisa melihat bahwa potensi permintaan dari pasar Filipina untuk Kopi Indonesia itu tinggi sekali. Bahkan mereka itu, 3 kontainer itu untuk awal. Jadi ada kemungkinan kedepannya itu akan ada lebih besar lagi selama kita mampu untuk produksi," jelasnya.

Produsen kopi Gravfarm kerap memenangkan kontes kopi di Internasional. Hal tersebut yang membuatnya bisa bersaing di dunia Internasional. Pemasarannya telah terdapat di Slovakia, Jerman, AS, Belgia, Jepang, China, Malaysia, dan terbaru adalah Filipina.

"Jadi akhirnya 90 persen produksi kita itu, itu untuk pasar ekspor. Kebanyakan ekspor. Tapi tetap ya, kita kalau lokal minta juga, ya sama kita pasti dikasih," kata Lucy.

Produk kopi yang dihasilkan adalah Kopi Curah, Java Toebroek, Gravfarm 1831, Nusantara Series, Hyang, Ireng, Dandelion, dan Get Borbor. Kopi tersebut ada jenis Arabica dan Robusta yang dijual dalam bentuk green bean dan kopi siap sangrai.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads