Singapura, Jepang dan Arab Saudi merupakan negara yang sudah disinggahi kopi asal Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung yakni Wanoja Coffee.
Harumnya aroma kopi yang berasal dari dataran tinggi Kabupaten Bandung bisa diekspor ke sejumlah negara di Asia dan Timur Tengah ini berkat tangan dingin Eti Sumiati.
Di usia senjanya yang sudah menginjak kepala 7, tahun ini belasan ton kopi dari Ibun ini akan kembali dikirim ke Arab Saudi dan terbaru yakni ke negara kincir angin Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita pernah kirim sampel ke sejumlah negara di Timur Tengah, ke Qatar, ke Arab dan Dubai Jadinya ke Arab. Udah ambil ketagihan dan jadi order, kemarin dikirim satu kontainer seberat 7 ton," kata Eti, owner Wanoja Cofffee dijumpai di acara KKJ dan PKJB 2024 di Trans Hotel, Kota Bandung, Sabtu (29/6/2024).
Eti juga memberikan kabar gembira, jika di Bulan Oktober mendatang Arab Saudi kembali order Wanoja Coffee sebanyak 18 ton. Tak hanya itu, Belanda juga menginginkan kopi asal Ibun itu dan saat ini pihaknya masih melakukan pengurusan perizinan dan kerjasama.
"Bulan Oktober ini order lagi jadi 18 ton ke Arab. Ke Belanda 5 ton sekarang sedang melakukan perjanjian kerjasama (PKS)," ungkapnya.
Disinggung, mengapa Belanda kepincut dengan Wanoja Coffee Eti menyebut, dari sisi legalitas Wanoja Coffee sudah mencukupi semuanya, sertifikat organik dan segi pengolahan sudah layak. "Jadi mereka ambil kopi kita," tambahnya.
Berdayakan Kaum Ibu dan Konservasi Melalui Kopi
detikJabar juga pernah berkunjung ke tempat produksi kopi milik Eti Sumiati. Dalam pengelolaan pertaniannya itu, Eti memberdayakan puluhan perempuan. Bahkan dibandingkan kaum pria, anggota Kelompok Tani Kopi Wanoja didominasi kaum ibu.
Eti Sumiati yang karib disapa Nenek Eti itu mengatakan, karena dirinya merupakan seorang perempuan, dia ingin meningkatkan kesetaraan gander, utamanya dalam pembangunan bangsa dan negara.
"Perempuan unik, fokus bekerjanya, penyabar, uniklah. Sabar, kekeluargaannya kelihatan, tingkat emosionalnya bisa cepat dekat dan kesetaraan gander soalnya gajinya juga hampir sama dengan yang laki-laki. Juga memberdayakan masyarakat setempat," ungkap Nenek Eti
Menurutnya, keberadaan Wanoja Coffee bukan sekedar bisnis belaka, pihaknya memiliki misi melakukan konservasi laha-lahan kritis yang sudah gundul akibat perambahan kawasan di Kamojang Ibun dan kembali ditanami pohon kopi.
Nenek Eti menuturkan, proses konservasi ini bertujuan agar pohon kopi dapat menahan erosi sehingga tidak ada lagi longsoran tanah dari wilayah hulu ke wilayah hilir.
Selain itu, pohon kopi ini juga memiki fungsi sebagai tempat cadangan air. Nenek Eti mengisahkan, sebelum banyak pohon kopi yang ditanam, erosi dari wilayah Ibun ke Majalaya kerap terjadi di musim penghujan.
"Kita berdiri tahun 2012, sejak itu kami masif melakukan penanaman pohon. Sejak saat itu tak ada lagi cerita banjir bandang atau banjir di wilayah pegunungan ," terangnya.
"Nenek punya mimpi bahwa gunung di Kamojang bisa diperbaiki ekosistemnya. Itu jadi utang Nenek, 2012 bentuk kelompok dan 2013 menanam, alhamdulillah sekarang sudah 70 persen terselamatkan dengan Nenek menanam kopi," jelasnya.
Tingkatkan Kesejahteraan Petani Ibun
Jauh sebelum kopi menjadi barang bernilai tinggi seperti saat ini, apalagi komoditas kopi semakin melambung harganya jika sering dilakukan ekspor, para petani di Kamojang Ibun lebih memilih menanam sayuran dibandingkan kopi.
Mereka beralasan sayur lebih cepat tanam dan panennya. Beda dengan kopi yang membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga menghasilkan biji yang siap jual.
![]() |
Lambat laun, Nenek Eti juga memberikan edukasi kepada para petani jika menanam sayur di wilayah pegunungan bisa merusak alam, beda dengan kopi yang dapat menjaga alam dan hasilnya juga cukup memuaskan.
"Dengan petani menanam kopi, dulu mereka orientasinya menanam sayur, mereka beranggapan panen sayur cepat jadi uang dibandingkan kopi, kopi lama banget," tutur Nenek Eti.
"Setelah dijalani, jalani bareng, kita sampaikan, kita advokasi, diedukasi, selain keuntungan kopi bisa menahan erosi dan banjir, secara ekonomis bisa meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarga. Juga alhamdulillah hutan Kamojang kembali hijau," ucap Nenek Eti.
Wanoja Coffee Miliki Akses Ekspor Mandiri
Bank Indonesia Jawa Barat beranggapan, karakteristik kopi di Jawa Barat unik, termasuk Wanoja Coffee yang ditanam di Pegunungan Kamojang. Pemberdayaan terhadap kelompok tani ini tidak hanya pemberdayaan kelompok tani pada umumnya. Support materi terhadap Wanoja Coffee dilakukan demi perbaikan kualitas menuju produk Jabar yang go internasional.
Dalam kegiatan Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) Eti Sumiati juga melakuka penandatanganan KAD komoditas hortikultura bersama dua pelaku UMKM lainnya yang ada di Kabupaten Garut, Provinsi Jabar dan Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung.
![]() |
Deputi Kepala Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia Jawa Barat Muslimin Anwar mengatakan, UMKM binaan Bank Indonesia yang sudah memiliki akses ekspor secara mandiri untuk produknya yakni Wanoja Coffee.
"Salah satunya itu Wanoja Coffe, dan banyak lagi pelaku UMKM yang kini sudah berorientasi ekspor," ujarnya.
Tak hanya kepada Wanoja Coffee, pihaknya juga mengawal banyak UMKM lainnya untuk bisa melakukan ekspor secara mandiri dan dapat mengikuti jejak Wanoja Coffee.
"Dikawal dari mikro ke kecil, menjadi menengah, hingga nantinya pelaku usaha yang tadinya kecil bisa mempunyai akses ekspor," pungkasnya.
(wip/yum)