Mendirikan sebuah usaha yang memiliki cuan beromset puluhan juta memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Ada banyak rintangan dan cobaan selama berprosesnya.
Seperti yang dirasakan Bayu Pebrianto (37) pemuda asal Desa Wonoharjo, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, merasakan proses panjang untuk menjadi seorang pengusaha konveksi. Ia mengaku hanya bermodalkan mesin jahit bekas, merintis usaha konveksi dan mendirikan produk fesyen dengan brand sendiri.
Bayu merupakan mantan karyawan garmen di salah satu perusahaan Kota Bandung. Dia cukup lama bekerja untuk orang lain. Bayu mengaku hanya bermodal awal mesin jahit milik temannya yang kerja di pabrik garmen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 2016, Bayu keluar dari pekerjaannya dan memilih merintis usahanya sendiri di Kabupaten Pangandaran. Meskipun hanya memanfaatkan ruang tamu untuk produksi berbagai jenis pakaian. Bayu tetap semangat untuk melanjutkan usahanya.
Bayu mengatakan awalnya tidak sengaja, waktu kerja di garmen punya supervisor yang memiliki mesin jahit sendiri dan membuka jasa penjahitan sendiri serta produksi kebutuhan fesyen.
"Waktu itu sekitar tahun 2014 ada teman sekampus saya menawarkan pembuatan jeans dengan branding yang cukup terkenal waktu itu. Kemudian saya tawarkan ke teman saya yang punya mesin jahit untuk meminta dibantu produksi," kata Bayu saat berbincang dengan detikJabar, Jumat (8/3/2024).
![]() |
Ia mengatakan orderan pertama itu diambil untuk pertama kalinya sebagai pilot project. "Alhamdulillah hasilnya client suka, mulai dari situ ada yang minta lagi," ucap Bayu.
Kemudian, kata Bayu, permintaan banyak sampai berlanjut terus ada yang suka dengan hasil jahitannya. "Bahkan sampai nambah mesin, pinjam lagi karena waktu itu masih ikut dengan teman di Bandung," katanya.
Setelah memutuskan pulang ke Pangandaran, Bayu mulai merintis usaha konveksinya dengan hanya 2 unit mesin jahit. Selain itu, Bayu pun menerima pinjaman 8 mesin jahit tambahan dari temannya.
Kendati demikian, kata Bayu, untuk memulai usaha menjahit ruangannya memakai ruang tamu rumah, dengan hanya 5 orang pekerja hingga menambah belasan karyawan.
"Seiring berjalannya waktu, mencicil beli mesin dan tentu menambah karyawan juga ," kata Bayu.
Mencari Modal
Namun, menurut dia, karena modal masih kecil kadang beberapa kali harus mengelola keuangan dengan baik. Selain membayar karyawan bergelut dengan keuangan kebutuhan sehari-hari.
Menurut Bayu, waktu itu modal masih kecil orderan belum terlalu banyak, bahkan sempat bingung mencari pinjaman, hingga akhirnya ada yang memberitahu bahwa ada KUR BRI untuk pinjaman permodalan pertama waktu itu.
"Modal pertama buat beli mesin dari KUR BRI, setelah beli mesin terus alhamdulillah berkembang. Setelah KUR pertama itu, untuk bangun ruangan jahit. Cukup terbantu permodalan usaha yang diberikan KUR BRI itu," katanya.
![]() |
Pinjaman KUR BRI pertama, menurut Bayu, pinjam sekitar tahun 2016 sebesar Rp 25 juta dan dimanfaatkan untuk beli mesin jahit. "Karena prospeknya bagus dan saya lunasi KUR dan meminjam lagi sebesar Rp 150 juta tahun berikutnya. Alhamdulillah ACC," ucapnya.
Terhantam Pandemi
Meski demikian, waktu itu kata Bayu, usaha yang dijalani berjalan lancar selama beberapa tahun dan menikmati hasil daripada pinjaman KUR BRI untuk permodalan.
"Namun hal itu tidak seterusnya berjalan lancar. Tahun 2020 waktu COVID-19 menyerang, kami merasakan pailit atau kerugian yang luar biasa," kata Bayu.
Bayu mengatakan pastinya kalau gagal sedih dan apalagi kalau tidak tercapai targetnya. "Kita harus bisa kuat dan bangkit, selalu berambisi, mengevaluasi diri. Pasti ada gagal selama menjalani bisnis," ujarnya.
Tahun 2020, menurut Bayu momen yang tidak ingin terulang lagi karena mengalami musim paceklik yang panjang. "Pokoknya lost order tahun 2020 banyak cancel. Sempat tinggal 1 karyawan. Mesin jahit 5 unit dijual untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
Sambil mengeritkan dahi, Bayu kembali mengingat momen sedih itu saat masa-masa semuanya seperti akan berakhir termasuk usaha rintisannya yang berdiri sejak tahun 2016. Namun, bagi Bayu hal tersebut tidak bisa berlarut-larut lama meratapi nasib.
"Pertengahan tahun 2020 permintaan masker untuk warga cukup tinggi, dengan mesin jahit yang tersisa, saya buat masker kain, alhamdulillah ada pesanan dari Pemprov Jabar waktu itu sebanyak 10 ribu pcs," ucapnya.
![]() |
Rasa campur aduk dirasakan Bayu ketika usaha UMKM digandeng Pemprov Jabar. Ia menerima ribuan pembuatan masker bermerk Werner.
"Senang banget alhamdulillah, bagaikan gelap menjadi terang lagi. Jadi semangat lagi," kata dia.
Setelah orderan masker masuk, Bayu mulai bangkit lagi dan mencoba membeli mesin jahit hingga membuka lowongan kerja. Selain itu, modal untuk memulai usaha kembali mengajukan pinjaman melalui KUR BRI.
"Yang sebelumnya kan saya cicil bayar, alhamdulillah bisa mengajukan lagi," katanya.
Kembali Bangkit
Tahun 2021, Bayu kembali bangkit dan membuat brand produk fesyen sendiri dari mulai kemeja, jaket, kaos, rompi hingga tunik dengan tempat produksi bernama Batara Apparel, sementara nama brand produknya Werner.
"Produk fesyen itu bernama Werner, permintaan mulai banyak. Bahkan brand besar yang berdiri di mall Bandung dan Jakarta meminta jahit pakaian ke kami. Sampai bank dan pemda juga bikin baju juga di kami," katanya.
Ia mengatakan penjualan fesyen milik werner di ekspor ke Bandung, disamping dijual di marketplace werner dan web werner. "Werner merupakan brand yang kami sudah patenkan," katanya.
Bayu mengaku enggan memaparkan omset yang didapatkan selama ini mendirikan usaha konveksi di Pangandaran. "Ya kalau bicara omset kadang tidak kami hitung, karena uangnya diputarkan untuk modal. Kalau kotornya ada sampai 60 juta per bulan. Selain untuk belanja bahan kain, gaji karyawan dan sebagainya," ucap dia.
Tahun 2024 ini Bayu sudah memiliki 30 karyawan dan ada 25 mesin jahit dan 1 gedung di belakang rumah yang menjadi tempat produksi
Mengikuti Berbagai Festival dan Bazar UMKM
Bayu mengatakan brand fesyen miliknya beberapa kali mengikuti berbagai festival dan bazar. Beberapa kali pemda memilih produk hasil konveksi milik Bayu untuk ikut pameran di kota-kota besar.
"Festival dan Bazar UMKM sering dilibatkan seperti di Bandung, UMKM Juara di Miko Mall setiap tahun, BIK Jabar Paamprokan, Asia PAN HASH, bahkan sejumlah kegiatan pameran UMKM lainnya yang rutin dilakukan," ucap Bayu.
Selain itu, Bayu juga menerima beberapa kali pelatihan UMKM naik kelas dari berbagai instansi, terbaru pada 6-7 Maret 2024 kemarin oleh Kementerian Perdagangan RI.
"Februari kemarin juga alhamdulillah terpilih dari banyaknya UMKM di Pangandaran, 10 besar UMKM yang dilatih langsung oleh expert dari Belanda yang difasilitasi oleh PUM dan HIPMI Pangandaran," ucapnya.
Saat ini, Bayu fokus memproduksi beragam pakaian fesyen perempuan dan menjahit untuk pakaian brand yang ada di mall.
"Kalau hasil jahitannya memang beragam, kebanyakan untuk fesyen. Kalau yang asli punya saya sendiri itu Werner lebih ke kaos, kemeja, jaket, tunik dan busana muslim. Jadi tidak memproduksi hanya 1 jenis produk saja," kata dia.
Permintaan Produk Fesyen menjelang Ramadan dan Lebaran Tinggi
Bayu mengatakan menjelang Ramadan dan Lebaran permintaan produksi fesyen untuk perempuan banyak. "Saat ini yang kami fokus buat sejak 3 bulan yang lalu diantaranya, tunik dan busana muslim," kata Bayu.
Untuk produk hijab dan busana muslim menjelang ramadan 11 ribu picis setiap vendornya sudah masuk. "Bahkan pemesannya 3 bulan sebelumnya, ada 3 vendor tetap rutin setiap bulan hampir 1 bulan 3 kali," ucap Bayu.
Namun, sementara ini yang terus produksi untuk brand milik sendiri diantaranya, kemeja, tunik, kaos, polo shirt, jaket dan rompi.
"Cuman tetap paling banyak permintaan fesyen cewe," katanya.
Dia berkata saat ramadan ini tinggal mengerjakan pesanan sisa yang sudah dijahit sejak awal Januari 2024. "Sekarang bulan Ramadan ini menjahit pesanan tambahan dari berbagai vendor," ucapnya.
Selain fesyen cewe, Bayu menerima permintaan untuk jaket bomber hingga ke Negeri Sakura Jepang. "Kalau permintaanya bukan dari vendor, tapi perorangan, dari karyawan-karyawan orang sini yang kerja disana," ujar Bayu.
Menurutnya, jaket Bomber yang bisa laku di Jepang semula di endorse oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat itu. "Sekitar tahun 2020 RK membuka open endorse UMKM, alhamdulillah dari Pangandaran brand saya yang terpilih, setelah itu banyak permintaan pembelian jaket bomber yang dipakai RK," Ucapnya.
Menurut dia, waktu itu produk jaket bombernya dikirim langsung ke Gedung Sate Bandung, lalu kemudian diunggah RK pada akun Instagramnya.
Untuk satuan harga di Werner, jaket bomber Rp 180 ribu, kemeja PDH 160 Ribu, kaos Rp 85 ribu, Polo Shirt Rp 95 ribu dan kaos anak 100 ribu 3 pcs.
Menerima Manfaat KUR BRI menjadi Modal Usaha Konveksi
Bayu mengatakan KUR BRI sangat membantu dan bermanfaat untuk memperbesar skala bisnis UMKM naik kelas.
"Saya anak guru SD, tidak memberikan banyak modal untuk anaknya berbisnis. Sehingga mencari cara alternatif untuk modal naik kelas berbisnis ini," kata Bayu.
Bayu berpikir, cuman modal semangat, berkomitmen supaya cash flownya bagus, dan menjadi ladang rezeki buat keluarga. "Sampai sekarang masih berlanjut menggunakan KUR sampai bagun toko. KUR Bagi saya sangat berarti," ucapnya.
Ia menyebutkan jika pihak bank BRI saat ini sangat gesit membantu proses administrasi hingga pencairan. "Alhamdulillah sangat membantu, sampai saat ini masih mendapatkan bantuan KUR," katanya.
Peran Pemkab Pangandaran Bantu UMKM Naik Kelas
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi UMKM Pangandaran Tedi Garnida mengatakan ada 98.290 pelaku UMKM di Pangandaran, namun hanya puluhan UMKM yang cukup sukses berjualan, satu diantaranya konveksi milik Bayu. Ia berhasil menarik hati para peminat fesyen.
"Bahkan kaos, hingga pakaian PDH untuk Bank dan SKPD di Pangandaran pesan sama dia (Bayu)," kata Tedi.
Menurutnya, sesuai regulasi yang ada kami membantu pengembangan penjualan mereka untuk naik kelas dengan pelatihan-pelatihan UMKM rutin tahunan. "Konveksi milik Bayu salah satu produk UMKM asal Pangandaran yang sukses dan cepat dalam perkembangan penjualannya," ucap dia.
Selain itu, pemkab Pangandaran memfasilitasi kemitraan dengan para toko modern, digitalisasi UMKM, akses pemasaran, termasuk membuat legitimasi sertifikasi halal, NIB dan sebagainya.
"Jadi semua UMKM yang kami bina secara merata bantu untuk berkembang dengan memasang produk di toko modern, penjualan online, legitimasi sertifikat halal, NIB dan lainnya," kata Tedi.
Tedi mengatakan jumlah pameran yang melibatkan pelaku UMKM diantaranya, Kain Nusa di Jakarta, Harlah Koperasi, Pekan Jawa Barat, rutin setiap tahun.
Data UMKM di Kabupaten Pangandaran
Disdagkop Pangandaran mencatat tahun 2023 ada 98.290 pelaku UMKM di Pangandaran yang terdata, UMKM yang sering dilibatkan dalam kegiatan kedinasan hanya ada 100 pelaku UMKM.
Rinciannya, dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Pangandaran untuk Kecamatan Cigugur ada 3.926 UMKM, Kecamatan Cijulang 6.030 UMKM, Kecamatan Cimerak 11.230 UMKM, Kecamatan Kalipucang 11.366 UMKM, Kecamatan Langkaplancar 10.756 UMKM, Kecamatan Mangunjaya 6.397 UMKM, Kecamatan Padaherang 16.264 UMKM, Kecamatan Pangandaran 15.554 UMKM, Kecamatan Parigi 10.814 UMKM dan Kecamatan Sidamulih 5.953 UMKM, totalnya ada 98.290 UMKM dengan berbagai bidang usaha, mulai dari warung kelontong, pengusaha gula, garam, konveksi hingga makanan dan lainnya.
"Dari ribuan UMKM, hanya 100 pelaku UMKM yang dikurasi menjadi beberapa produk dinilai berhasil dan serius menjalankan usahanya," kata Tedi.
Tedi berkata, data dari tahun 2021 ke 2022 masih sama 98.290 ribu tidak ada kenaikan, karena tahun 2023 tidak ada program pendataan lagi.
Pelaku UMKM yang tidak terkurasi, kata Tedi, masih menjalankan usahanya dengan biasa-biasa saja. "Namun tetap kami bantu untuk diberikan ruang pelatihan," katanya.
KUR BRI Memberikan Permodalan untuk UMKM di Jawa Barat
Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, selama 6 (enam) tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah.
"Sebanyak 3,9 juta nasabah itu dengan total nominal penyaluran sebesar Rp 102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung, di luar Bogor, Depok, Bekasi, Karawang yang termasuk wilayah kerja BRI Regional Office Jakarta 2," kata Sadmiadi saat dihubungi melalui pesan WhatsApp.
Menurutnya, BRI terus melakukan upaya untuk mendukung UMKM naik kelas seperti, membina klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. "Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," terangnya.
Selain itu, kata Sadmiadi, BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM (Go Modern, Go Digital, Go Online, Go Global). "Terdapat 3 Rumah BUMN yang berlokasi di Bandung, Purwakarta, dan Tasikmalaya," ucapnya.
Agus berkata, saat ini juga telah melakukan pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp33,4 miliar dari 2020 s.d 2023.
"Kami juga buka akses untuk para pelaku usaha melalui LinkUMKM," ucapnya.
Ia mengatakan LinkUMKM ini merupakan Platform Pemberdayaan Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website & aplikasi.
"Terdapat juga scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," ucapnya.
(yum/yum)