Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar talkshow di Kampus SBM ITB Jakarta, Kamis (18/1/2024). Pada perayaan dua dekade usianya, SBM ITB menggelar talkshow Education for Sustainable Development: Role and Strategy of Business School Innovation in ESG, Implementation and Best Practice.
Talkshow tersebut membuka acara yang kemudian akan dilanjutkan dengan penganugerahan penghargaan Avirama Nawasena.
"Penghargaan ini yang pertama dan semoga bukan yang terakhir, untuk organisasi dan individu yang bergerak di bidang ekonomi berkelanjutan. Kategorinya cukup banyak, dengan penilaian juri profesional dengan berbagai asesmen. Ini juga salah satu bukti bahwa SBM ITB sebagai sekolah bisnis, fokus membangun kelanjutan ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan," kata Dekan SBM ITB, Prof Ignatius Pulung Nurprasetio saat membuka acara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr Nurlaela Arief, Asisten Profesor dan Dosen ESG People and Knowledge Management menjadi moderator dalam talkshow dengan tiga pembicara tersebut.
Sesi talkshow dibuka oleh Jalal, ESG Expert and Chair Person of Advisory Board Social Invesment Indonesia. Ia banyak memaparkan literasi dan pemahaman bahwa sudah waktunya setiap perusahaan sadar akan pentingnya menegakkan kepedulian lingkungan.
Baca juga: SBM ITB Gelar Anugerah Avirama Nawasena |
Ia menyinggung istilah ESG yang terdapat dalam pembahasan hari ini. Sejatinya, kata Jalal, istilah Environmental, Social, and Governance (ESG) bukan barang baru, tapi sebagian besar orang Indonesia baru mendengarnya. Inilah yang perlu terus diedukasi.
"Pada tahun 2023 tercatat suhu bumi terpanas dari sejarah yang pernah ada. Masalah lingkungan beres kalau kita taubat. Setiap usaha itu jangan mendapatkan keuntungan dari masalah, seharusnya bagaimana caranya membuat keuntungan dengan menyelesaikan masalah," kata Jalal memaparkan.
Ia menyebut bahwa bisnis seharusnya bisa menjadi penyelamat. Jalal juga memberikan literasi buku dari Rob Van Tulder berjudul Principles of Sustainable Business. Ia menjelaskan bahwa sudah waktunya kita harus memikirkan emisi alami.
![]() |
Selain itu, para stakeholder harus benar-benar memiliki struktur pengambilan keputusan. Tujuan bisnis harus diluruskan kembali agar bisa bersamaan memberikan keuntungan bukan hanya masalah.
Ia pun mengkritisi bahwa setiap bisnis dan perusahaan tak boleh menganggap remeh isu lingkungan atau perubahan iklim. Jalal pun sedikit menyinggung soal Pandemi COVID-19, yang terjadi saat kebanyakan perusahaan menomor sekiankan isu kesehatan.
"Ingat, semua berkaitan dengan bagaimana kita memperlakukan alam. Dulu tahun 2019 tidak ada perusahaan selain perusahaan kesehatan, yang mengutamakan tentang kesehatan. Begitu covid, semua perusahaan langsung mengutamakan kesehatan, jadi hati-hati. Kita harus bertaubat dan peduli dengan lingkungan sebelum hal serupa terjadi," pesannya.
Selain Jalal, Melia Famiola Dosen SBM ITB dan Chairperson ESG SBM, serta Yani Saloh Komisaris PT Rimba Utama juga turut menjadi pembicara talkshow.
(aau/yum)