Kecintaan Sri Dewi Setyawati pada kerajinan tradisional, mengantarkannya pada usaha dengan cuan menggiurkan. Hampir delapan tahun sudah, ia mendirikan Nazzdezzan, sebuah usaha kerajinan lokal skala rumahan.
Kediaman sekaligus gudang produksinya ada di Cipamokolan, Rancasari, Kota Bandung. Sri mengaku, mulanya ia hanya mencari kesibukan di hari tua dengan merajut. Siapa sangka, rezeki justru datang dari hobi.
"Kebetulan Ibu punya hobi merajut dan senang berbagi keterampilan kepada ibu-ibu PKK gitu. Sampai sekarang pun masih suka nengokin warga binaan Lapas Sukamiskin, ngajarin merajut di sana juga. Kemudian mulai dari kerajinan itu, bikin sepatu, baju, taplak meja dari rajut, terus mulai nambah ke lukis kain," ceritanya pada detikJabar belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usianya mungkin sudah tak muda lagi, tapi semangatnya masih sangat tinggi. Ia tak mau menghabiskan masa tua dengan berdiam diri. Dengan wajah semringah, Sri menunjukkan koleksi hasil karya yang dibanggakannya.
Ada aneka tas rajut, sepatu boots rajut, sepatu kulit yang dikombinasi dengan rajut, hingga hasil karyanya yang terbaru yakni set baju Lukis Cabut Warna. Lukis Cabut Warna adalah sebuah teknik wastra kreatif, yakni melukis pada kaos polos atau kain gelap sehingga menghasilkan warna-warna yang khas dari sistem discharge.
Ternyata, buah tangannya ini cukup banyak diminati. Sebab, modelnya cukup unik. Seluruh produknya punya ciri khas hasil karya etnik tradisional, tapi bukan berarti lekat dengan kesan jadul. Sri memadu padankan agar motif kujang atau mega mendung juga bisa terlihat trendy.
"Akhirnya dari aneka rajut, mulai ke fashion ada pangsi, ikat, baju etnik. Jadi memang karena suka merajut, suka dengan kerajinan yang berbau lokal ya. Selain hobi juga akhirnya jadi memperkenalkan budaya Sunda ke daerah lainnya. Banyak yang pesan dari luar daerah," ujar Sri.
Sri konsisten bergelut di usaha ethnic craft. Akhirnya, ia pun bergabung menjadi UMKM binaan Diskop UKM Bandung. Dari sinilah, ia mendapat kesempatan memperkenalkan usaha sampai ke luar pulau Jawa.
"Pernah saya dibawa pameran ke Padang juga. Terus kemarin sama Disbudpar juga dibawa ke Makassar untuk menonjolkan nilai budaya baju tradisional pangsi dan iketnya, lengkap dengan lukis cabut warna tadi," cerita Sri.
"Paling jauh pernah ngirim ke Aceh itu sepatu rajut kombinasi kulit. Terus pernah ada yang bawakan untuk oleh-oleh ke Jerman, Belanda, bahkan dipakai Umroh, juga banyak," lanjutnya.
Kreatifitasnya dalam berkarya, kata Sri, tak bisa dibatasi. Sayangnya, ia mengaku dalam memproduksi iket Sunda dan beberapa produk lain, masih terbatas dengan motif kain batik yang tersedia.
Maka, ia pun mengekspresikan kreasinya pada lukis cabut warna. Hanya saja, memang dari segi harga akan jauh lebih terjangkau jika produk terbuat dari batik sablon.
"Biasanya sih motif ya, motif hanya tergantung kain yang tersedia. Kalau lukis lebih berkreasi, tapi biasanya kita pakai motif kujang, mega mendung, itu kan khas Parahyangan. Batik sebetulnya apapun masuk, motif Garutan juga bisa kita bikin iket atau mungkin kombinasi dengan kain polos, tapi sayangnya variasinya masih sedikit padahal harganya lebih terjangkau," ucapnya.
Harga produk yang dijual Sri cukup variatif mulai dari Rp40-600 ribu. Nyatanya, Sri memang sudah punya market yang menjanjikan. Beberapa pelanggannya tak lagi melihat harga yang terjangkau, namun lebih ke kualitas dan selera yang sesuai.
Dalam sebulan, Sri bahkan bisa meraup cuan di atas Rp10 juta. Meskipun nampak menggiurkan, ia mengaku hal ini tak diperolehnya dengan instan.
"Sebetulnya lebih banyak laku dari relasi ya, seperti dari teman atau saudara pernah beli. Kemudian nanti temannya yang lain ikut beli, pesan, kemudian jadi konsumen loyal. Jadi memang relasi ini harus dijaga betul, makanya dulu waktu pandemi sempat drop kan penjualan, tapi bisa bangkit lagi karena konsumen-konsumen sebelumnya," tutur Sri.
Kini, ia pun fokus dengan pesanan via online dan toko offline di gerai Salapak Mikroshop binaan Diskop UKM. Jika detikers tertarik, juga bisa mampir ke salah satu gerainya yang ada di Click Square, Jl. Naripan, Sumur Bandung, Kota Bandung.
(aau/dir)