Upaya SLB Cicendo Siapkan Siswa Terjun ke Dunia Kerja

Upaya SLB Cicendo Siapkan Siswa Terjun ke Dunia Kerja

Fahmy Fauzy Muhammad - detikJabar
Senin, 01 Jan 2024 02:30 WIB
Kepala Sekolah SLBN Cicendo Wawan
Kepala Sekolah SLBN Cicendo Wawan. (Foto: Fahmy Fauzy Muhammad /detikJabar)
Bandung -

Sekolah Luar Biasa Negeri Cicendo (SLBN Cicendo) terus meningkatkan kualitas guru dan fasilitas agar siswanya dapat terjun ke industri kerja setelah lulus sekolah.

Kepala Sekolah SLBN Cicendo Wawan mengatakan orientasi dari format pendidikan SLBN Cicendo hampir menyerupai SMK atau sekolah vokasi yang mempersiapkan muridnya untuk bekerja.

"Secara kelembagaan, sekolah itu tidak dibuatkan lembaga yang memastikan anak-anak ini setelah selesai (sekolah) itu bekerja di industri atau kuliah. Makanya, SMA LB itu saya sebutkan cita rasa SMK atau vokasi," ujar Wawan saat ditemui detikJabar di SLBN Cicendo, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walaupun berbasis sekolah vokasi, SLBN Cicendo hingga saat ini tidak memiliki lembaga sertifikasi, pelatihan, atau bursa kerja. Hal tersebut yang membuat Wawan kebingungan karena SLB tidak memiliki lembaga penunjang program seperti SMK atau sekolah vokasi lainnya.

"Nah, ketika bicara vokasi kan harus ada kelembagaan-kelembagaan yang ada dan hadir di sekolah itu. Hasil penelaahan kami ke SMKN 9 Bandung, di sana itu ada lembaga sertifikasi profesi B1 sama ada bursa kerja khusus juga. Kenapa di SLB tidak ada? Padahal seluruh programnya mendekati SMK," kata Wawan.

ADVERTISEMENT

Berawal dari permasalahan tidak ada lembaga yang mendukung program vokasi, SLBN Cicendo akhirnya menjadi sekolah penggerak dengan mengusung program Garuda Jaya (Gerakan disabilitas muda berdaya dalam bekerja dan berkarya).

Wawan menjelaskan lima langkah untuk mensukseskan program Garuda Jaya yang diusung. Pada tahap pertama dilakukan assessment untuk melihat minat, bakat, dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa.

"Nah, atas dasar itu kita buat program ada lima langkah yang dilakukan dan ini sudah menjadi siklus tahunan kita. Pertama, analisis teknisnya kan tadi sudah, makannya nanti akan melahirkan yang kita sebut dengan assessment vokasi. Jadi anak-anak yang tidak mendengar atau tunarungu harus di assessment dulu, dinilai, di assessment pelajaran, kira-kira anak ini itu akan memilih keterampilan apa," jelas Wawan.

Terdapat empat pilihan keterampilan yang diusung program Garuda Jaya seperti tata boga, desain grafis, teknologi informasi komunikasi (TIK), dan souvenir. Setelah melakukan pengelompokan keterampilan, langkah selanjutnya yaitu modifikasi pembelajaran.

Modifikasi pembelajaran dengan cara mitra vokasi merupakan kegiatan kerja sama antara SLBN Cicendo dengan SMKN 9 Bandung. Mitra vokasi tersebut dikarenakan tidak adanya alat penunjang dan tenaga pendidik SLBN Cicendo yang memiliki keahlian dari program keterampilan yang diusungkan.

"Kita kan harus juga menyampaikan pada persoalan profesionalisme layanan, di kita kan tidak ada guru ahlinya, jadi yang ngajar itu kan guru SMKN 9. Ketidaktersediaan SDM kita terjawab di sana. Sehingga gurunya belajar dan muridnya juga belajar oleh profesional kan gitu," ungkap Wawan.

Selain mengasah keterampilan di bidang hard skill, langkah ketiga dari program Garuda Jaya yang menurut Wawan menjadi hal penting ini adalah melatih soft skill. Kegiatan mitra vokasi bisa melatih murid SLBN Cicendo untuk berinteraksi secara luas dengan masyarakat.

"Soft skill itu kan pada persoalan bagaimana ketika ada tekanan dia bisa survive, sopan, menghargai, dan seterusnya.Nah, anak-anak ini soft skill nya kan dilatih bagaimana dia harus berkomunikasi dengan orang lain kebanyakan yang dia tidak tuna rungu itu bukan hal yang mudah," tutur Wawan.

Langkat keempat yang dilakukan yaitu dengan melakukan praktik kerja lapangan untuk menambah pengalaman bekerja di industri secara real. Menurut Wawan, kegiatan kerja lapangan ini juga sebagai bentuk usaha dari mengimplementasikan Undang-Undang nomor 8 tahun 2016.

"Di 2 tahun ini kita ada MOU dengan sekian banyak tempat, salah satunya adalah dengan rumah sakit mata Cicendo. Karena di rumah sakit kan ada instalasi gizi, ada kehumasan yang bisa masuk desain grafisnya, seperti itu. Ini juga sebagai usaha membantu implementasi dari Undang-Undang Disabilitas nomor 8 tahun 2016," imbuhnya.

Langkah terakhir dalam menyukseskan program Garuda Jaya tersebut dilakukan Uji Kompetensi Keahlian (UKK). Wawan mengatakan hingga saat ini baru SLBN Cicendo yang melakukan uji kompetensi ini dengan menggaet beberapa asesor dari perusahaan dan seorang ahli seperti chef atau koki.

"Satu lagi langkah inovasi yang kita lakukan adalah UKK atau Uji Kompetensi Keahlian. Nah, kompetensi nya gimana? Kan itu harus diuji oleh lembaga sertifikasi supaya punya ijazah atau sertifikat. Saya lihat hanya SLB Cicendo yang baru melakukan ini. Tata boga itu dengan asosiasi chef Indonesia, Desain grafis dengan perusahaan," tambah Wawan.

Tak kalah saing, Wawan menceritakan ketika asesor memberi komentar bahwa murid SLBN Cicendo juga dapat bersaing dengan murid lainnya. Hal tersebut sontak menambah kepercayaan diri Wawan bahwa program yang ia jalankan berdampak positif kepada muridnya.

"Komentar dari asesor itu luar biasa. Anak-anak kita bisa bersaing dengan anak-anak pada umumnya. Karena menurut chef Anton ketika itu belum hanya mengatakan dia salah satu chef hotel bintang 4 di Bandung," pungkasnya.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads