Melon Sultan Ala Santri di Ponpes Jamanis Pangandaran

Melon Sultan Ala Santri di Ponpes Jamanis Pangandaran

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Minggu, 17 Des 2023 08:00 WIB
Melon Sultan Pangandaran
Melon Sultan Pangandaran (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran - Bagi sebagian orang mengenal pondok pesantren berarti fokus terhadap kegiatan keagamaan. Namun, di Pondok Pesantren Babakan Jamanis Pangandaran sekelompok santri mencoba peruntungan dari bertani melon. Sekelompok santri yang merintis tanaman melon itu berjumlah 8 orang yang semula hanya dirawat oleh 2 orang santri.

Perintis Tanaman Melon Green House Pondok Pesantren Babakan Jamanis, Daris Susanto mengatakan, ide menanam melon muncul saat melakukan kunjungan dan belajar di pesantren Al Ittifaq Ciwidey, Bandung.

"Pertama belajar dari pesantren Al Ittifaq sehingga mencoba membeli benih, pupuk dan pestisida yang sudah disediakan di sana. Sehingga bisa menerapkannya di pesantren ini sepulang dari sana," kata Daris kepada detikJabar, Jumat (15/12/2023).

Daris mengatakan menanam melon tidak mudah seperti yang dilihat apalagi dibayangkan saat melihat dari yang sudah berpengalaman. "Menanam melon perlu kesabaran, ulet, teliti dan hati-hati. Karena gagal panen bukan hanya cuaca tetapi salah penanaman, hama dan perawatan," kata Daris.

Menurutnya, ada beberapa tahapan menanam melon sehingga menghasilkan tanaman melon yang berbuah manis dan layak untuk dijual. Pertama, ada proses penyemaian. "Proses pertama penyemaian terlebih dahulu, untuk mengetahui, mana yang bisa ditanam dan tidak bisa," terangnya.

Kemudian, kata dia, setelah bibit tanaman berusia 14 hari dipindahkan ke media tanam yang sudah disediakan. "Berselang 21 hari saat sudah berbunga, mulai dikawinkan bunganya menuju pembuahan," katanya.

Adapun proses pemindahan lagi dari media tanam ke media tanam pembuahan yang memerlukan waktu selama hampir 3 bulan.

"Kalau sudah pada media tanam pembuahan membutuhkan waktu 80-90 hari. Dalam waktu tersebut melon sudah siap panen," ucapnya.

Ia mengatakan proses perkawinan bunga jantan dan betina bertujuan untuk menghasilkan buah melon yang kualitasnya baik. Maka, Daris mengatakan setiap 1 pohon akan berbuah 1 melon.

"Sebetulnya setiap 1 pohon kalau dibuahkan semua bisa banyak, tapi karena kita menjaga kualitas buah, sehingga dalam 1 pohon hanya dibuahkan 1 melon saja," katanya.

Jenis melon yang Daris tanam bersama 6 santri lainnya merupakan jenis Melon Inthanon atau melon Sultan. "Melon Intanon ini berasal dari Belanda. Tetapi kalau bibit di daerah Jabar pun banyak. Kita ambil bibit dari Al Ittifaq, Ciwidey, Bandung," ucapnya.

Berbuah Manis Dari Menanam Melon

"Siapa yang menanam pasti akan menuai" Daris melontarkan kata-kata tersebut saat bicara bagaimana perjalanan panjan menanam melon kepada detikJabar.

Daris mengatakan proses panjang yang dilalui selama menanam melon tidak akan sia-sia, sudah pasti berbuah walaupun keberhasilannya fifty-fifty.

"Kalau untuk proses penanaman sekarang sekali panen bisa sampai 1.000 buah melon, ya sekitar 90% dari bibit yang ditanam," kata Daris.

Melon Sultan PangandaranMelon Sultan Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Ia pun bercerita omset yang dihasilkan tidak main-main dan memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi. "Dari ribuan melon itu omsetnya tidak menghitung bulan, tetapi dalam sekali panen bisa mencapai Rp 40-45 juta itu sudah maksimal," katanya.

Menurutnya, hasil itu belum dipotong modal penanaman yang bisa menghabiskan uang sebesar Rp 10 juta. "Tapi untuk modal sudah terganti, karena sekali modal menanam, pupuk dan pestisida itu habis Rp 10-15 juta," katanya.

Sementara itu, untuk sekarang santri yang menjadi petani melon ada sebanyak 8 orang. "Tim intinya ada 6 orang, cuman ada santri yang ikut membantu 2 orang saja," kata dia.

Distribusi Penjualan Melon

Selain Daris, Santri Perintis Tanaman Melon, Yasri (22) mengatakan untuk omset penjualan melon itu kebanyakan sudah habis untuk pengunjung yang hadir memetik sendiri.

"Kalau distribusi memang paling menguntungkan itu dari hasil petik sendiri karena harganya juga beda Rp 45 ribu per kilogram," kata Yasri.

Santri mahasiswa tingkat akhir itu, menyebutkan, jika distribusi keluar daerah harganya bisa berbeda dengan pengunjung langsung ke lokasi. "Jauh lebih murah, kalau buah melon ini menjualnya ke Ciwidey, Bandung di Pesantren Al Ittifaq sudah siap menampung," katanya.

Melon Sultan PangandaranMelon Sultan Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Sekali panen omzet dari hasil penjualan itu, kata Yasri, bagi hasil dengan pondok pesantren sebagai pemilik lahan dan pemodal pertama dalam merintis usaha tersebut.

"Sekali panen, bisa mendapatkan keuntungan dari bagi hasil dengan pesantren tidak menentu sih nominalnya karena kita presentasi, belum coba menghitung. Tapi alhamdulillah, bisa untuk bayar kuliah, kebutuhan alat tulis belajar, kirim juga ke orang tua," ucapnya.

Membagi Waktu Mengaji dan Bertani

Daris mengatakan karena berada di lingkungan pesantren, dirinya tetap harus membagi waktu mengaji dan belajar

"Kalau waktu luang belajar, mengaji dan sebagainya masih ada, karena untuk mengurus tanaman ini kita cukup di siang hari, malamnya baru mengaji, tetap tidak terlewat," katanya.

Menurutnya, perlu tenaga yang cukup membagi waktu bertani, mengaji dan belajar. "Ya pintar-pintar kita saja membagi waktu," ucapnya.

Kendati demikian, kata Daris, walaupun ada pembelajaran yang kelewat bisa belajar melalui internet. "Karena akses untuk memakai HP pun masih bisa diatur, jadi buka HP untuk belajar, mencoba penjualan melon dan promosi di media sosial," katanya.

Daris mengatakan modal pertama selama bertani melon sempat mendapatkan bantuan dan pembinaan dari Bank Indonesia (BI) Jabar.

"Kalau modal kita sebetulnya awal-awal seperti saung yang luas ini dari BI Jabar, karena kami pun berada dibawah binaan BI," ucap dia. (yum/yum)



Hide Ads