Tekanan hidup sudah menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat di perkotaan. Sayangnya tidak banyak mereka yang mengalami tekanan mau membagi cerita dengan rekan maupun saudara.
Masalahnya, tak semua orang yang mengalami masalah tau cara menyelesaikannya. Hal itulah yang membuat tekanan hidup semakin bertambah.
Persoalan inilah yang ingin diangkat oleh seorang penulis bernama Ratu Agi, dalam buku berjudul 'Psikosomatis'. Catatan Belajar Merangkul Diri menjadi Sadar dan Berpendar', dia menulis tentang menjaga kesehatan mental dari diri sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam buku novel non fiksi ini, Agi menceritakan sejumlah gangguan mental dalam hidupnya baik yang diterimanya dari lingkungan keluarga hingga percintaannya. "Buku ini menceritakan tentang pentingnya menjaga kesehatan mental yang bisa dilakukan oleh diri sendiri," ucap Agi dalam rilis yang diterima, Selasa (21/11/2023).
Persoalan mental, kata dia, akan berdampak terhadap kesehatan fisik jika tidak ditangani dengan baik. Dalam bukunya itu, Agi menuliskan pengalaman dirinya ketika menghadapi berbagai persoalan mental.
"Saat kecil, aku merindukan sosok ayah. Secara fisik, ayahku ada. Tapi ketika di rumah, enggak ngobrol, enggak ngajak main," ujarnya.
Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab dirinya memiliki ketergantungan yang kuat terhadap orang lain. Salah satunya terhadap kekasihnya dulu yang kini telah menjadi suaminya.
"Dulu saat putus dengan mantan, yang sekarang menjadi suami, aku tuh merasa depresi banget, sampai-sampai sakit dan harus dirawat. Orang lain kok kayaknya putus cinta tuh biasa saja," ujarnya.
Tak hanya itu, berbagai gangguan mental pun terus dirasakan Agi sehingga dirinya memutuskan untuk menemui berbagai pakar kesehatan mental serta mengikuti sejumlah pelatihan dari para profesional.
"Saat itu aku menemui sejumlah pakar holistik. Akhirnya tahu bahwa untuk menyelesaikan persoalan itu enggak perlu menemui orangnya. Cukup dari diri kita sendiri," jelasnya.
Buku yang ditulisnya inipun merupakan rangkuman dari perjalanannya setelah menemui lebih dari 10 pakar kesehatan mental. Agi mengungkapkan pentingnya mengekspresikan diri ketika berhadapan dengan persoalan mental.
"Pentingnya menyelamatkan diri sendiri. Kalau mau nangis, nangislah. Kalau mau marah, marahlah. Tapi harus diungkapkan secara konstruktif," katanya.
"Kalau mau marah, marahlah, ucapkan kata-kata kotor, tapi lewat tulisan di kertas. Setelah itu akan netral. Memang akan tetap ingat, tapi perasaan aku jadi lebih baik," lanjut Agi.
Melalui 'self healing' inipun Agi berhasil mengeluarkan berbagai trauma yang pernah dialaminya. Caranya justru dengan mengingat-ingat kembali persoalan hidup yang dirasakannya itu.
"Lewat self healing ini aku mengeluarkan trauma yang ada, supaya lebih hidup dan banyak cinta. Enggak banyak dendam, enggak marah-marah," ungkapnya.
Dalam buku ini, Agi pun mengungkapkan, renungan yang lebih mendalam tentang keluarga, lingkungan, hingga pasangan. "Di buku ini dituliskan bagaimana hubungan-hubungan itu membentuk pribadi aku hari ini. Semuanya itu merupakan hal yang positif jika kita berhasil berdamai dengan diri sendiri," katanya.
Peluncuran buku ini dilabeli pertemuan intim sehingga hanya dibatasi untuk tiga puluh peserta. Bersama Syarif Maulana (editor buku) dan Yesaya Awuy (moderator diskusi), Ratu Agi pun memaparkan alasannya menulis buku tersebut meski di tengah-tengah kesibukannya di dunia perbankan.
"Sejak 20 tahun lalu memang saya sudah senang menulis, tetapi cita-cita tersebut terkubur sampai akhirnya saya mengikuti pelatihan menulis buku dan semangat tersebut timbul lagi," tutup Agi.
(bba/mso)