Menengok Semangat dan Cantiknya Rajutan Karya Dede

Jabar Ngagaya

Menengok Semangat dan Cantiknya Rajutan Karya Dede

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Minggu, 20 Agu 2023 19:00 WIB
Dede, tengah merajut beberapa pesanan.
Dede, tengah merajut beberapa pesanan (Foto: Anindyadvi Aurellia/detikJabar).
Bandung -

Sore itu Dede tengah merajut di rumahnya yang sederhana. Ia masih harus menyelesaikan beberapa pesanan rajutan, salah satunya sweater rajut warna-warni.

Dede Kurniawati dikenal sebagai pengrajin rajut yang handal dari mulut ke mulut. Ia tak punya butik atau pun online shop, namun pesanan dari orang-orang terus menggunung.

Selama lebih dari setengah abad usia Dede, tak sekalipun ia pernah menginjak tempat lain selain rumahnya dan Gereja. Tapi memang rejeki tak akan kemana. Nyatanya pesanan terus berdatangan dari teman-teman ibadahnya atau tetangga sekitar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyakit polio mempengaruhi fisiknya sejak lahir, membuat gerak Dede terbatas. Tapi ia berbakat dalam merajut. Kemampuannya dijadikan sumber mata pencaharian untuk Dede menyambung hidup. Sudah lebih dari 30 tahun ia menjadi pengrajin rajut.

"Nggak pernah kemana-mana, selalu di rumah aja ngerajut. Kalau bahan-bahan dibelikan adik, saya yang beri daftar apa saja yang harus dibeli. Ke Gereja tiap minggu ada yang antar jemput, meskipun Gejera jauh, tapi orang-orangnya Puji Tuhan pada peduli jadi mau bantu," cerita Dede.

ADVERTISEMENT

Sang adik setia membantunya setiap dibutuhkan. Meskipun Dede memang tak bisa melakukan banyak hal sendiri, tapi ia seolah tak mau dikasihani. Dede terus gunakan keterbatasannya jadi pecutan semangat. Meskipun dunianya terbatas, ia tak lelah untuk menawarkan apapun kemampuannya.

"Sering diminta buatkan misalnya teman Gereja ada yang mau ke luar negeri, terus beli syal agak banyak. Satu syal dijual Rp50 ribu. Paling besar dulu buatkan pesanan untuk penutup piano Gereja. Nah sekarang ini baru coba dapat pesanan sweater," ucapnya.

"Pernah juga sempat buat kerajinan dari benang wol bikin tempat tisu mirip anjing poodle. Sayangnya kalau butuh manik-manik itu susah kadang, suka nggak nemu yang sama. Akhirnya balik ngerajut lagi," lanjut Dede.

Kecintaan Dede pada merajut sudah muncul sejak kecil. Kata dia, mungkin bakatnya ini turunan sang nenek yang juga suka merajut.

"Kan dulu sekolahnya di rumah manggil guru, nggak bisa main kemana-mana jadi yaudah ngerajut aja, ternyata suka. Belajar sendiri semuanya otodidak. Dulu nenek juga suka ngerajut. Terus kadang niru dari buku atau majalah gitu suka dikasih," kenangnya.

Dari mulut ke mulut, banyak orang tahu hasil rajutan Dede yang telaten. Tak banyak orang sabar merajut, makanya kemampuan dan hasil karya Dede bisa dibilang tak mudah didapatkan.

"Iya memang merajut itu harus sabar, banyak orang yang nggak sabar. Dulu sempat ada anak tetangga yang disuruh kursus ke saya. Nggak banyak sih dulu muridnya cuma dua orang. Tapi terus udah, belum sampai bisa udah nggak pernah kesini. Kurang sabar," ceritanya sambil tertawa kecil.

Sampai akhirnya, kemampuan Dede dari mulut ke mulut sampai ke telinga pengusaha. Tahun ini Dede diajak bekerja sama dengan Puka, merek aksesoris dari Bandung.

"Ada teman Gereja yang kenal Bu Desi (pemilik Puka), kebetulan kan usahanya itu memang memberdayakan pengrajin difabel. Terus sama Ibu Desi diarahkan mau bikin apa, warnanya apa saja, bahan-bahannya dibelikan. Ini lagi buat sweater tapi pembuatannya agak lama, kurang lebih dua minggu," ujar Dede.

Penghasilannya memang tak tentu, bisa ratusan ribu hingga jutaan Rupiah dalam satu bulan. Tapi ia selalu bersyukur bisa memberdayakan kemampuannya.

Dede biasa membuat pesanan tas, topi rajut, syal, bantal, taplak meja, sarung tangan, cardigan, hingga pesanan saat ini yang terbesar dan menurutnya tersulit yakni sweater. Dede tak ada hentinya belajar mengembangkan kemampuan.

"Biasanya kalau bingung lihat YouTube. Referensi harga juga lihat internet, ini sweater bisa habis 20 gulung benang padahal satu gulung Rp20 ribu, agak mahal ini kelihatannya bahkan ada yang jual Rp1 juta. Terus ya memang gitu merajut harus sabar, telaten, dan konsentrasi. Soalnya kalau ada jahitan yang salah satu saja itu harus diulangi lagi untuk diurai salahnya nggak bisa ditambal," kata dia.

Sekarang, hasil karya Dede sudah mejeng di toko milik Puka seperti di Pasar Kreatif Jabar dan jalan Jati di Lengkong Kota Bandung. Dede sangat senang dan bersyukur banyak orang yang mau membantu dan menghargai kemampuannya.

Ia tak banyak berharap, hanya ingin bisa terus berkarya untuk menyambung hidupnya. "Semoga semakin laris dan bisa terus merajut," harapnya singkat.

(aau/mso)


Hide Ads