HealthHeroes Nutrihunt, Aplikasi yang Bantu Warga Cek Nutrisi Makanan

HealthHeroes Nutrihunt, Aplikasi yang Bantu Warga Cek Nutrisi Makanan

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 22 Jul 2023 09:00 WIB
Siswa sekolah saat menunjukkan aplikasi HealthHeroes Nutrihunt, pemindai kandungan nutrisi pada makanan.
Siswa sekolah saat menunjukkan aplikasi HealthHeroes Nutrihunt, pemindai kandungan nutrisi pada makanan (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar).
Bandung - Memperhatikan nutrisi makanan penting dilakukan untuk menjaga tubuh tetap dalam kondisi prima. Apalagi, masalah stunting akibat kurangnya asupan nutrisi masih jadi persoalan serius yang ditangani bangsa ini.

Karena itulah, upaya untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya memperhatikan asupan nutrisi terus dilakukan. Salah satu caranya dengan menghadirkan aplikasi pemindai nutrisi dalam suatu makanan.

Aplikasi tersebut bernama HealthHeores Nutrihunt yang dibuat atas kerjasama antara Dinkes Jabar, Kemenkes RI dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia.

HealthHeroes Nutrihunt ini adalah aplikasi untuk memindai kandungan nutrisi makanan. Fungsi aplikasi ini untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat khususnya remaja agar lebih peduli terhadap hak informasi makanan melalui pengecekan lebel pangan kemasan.

Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja mengatakan, informasi tentang kandungan nutrisi dalam makanan sangat penting bagi masyarakat. Bahkan, kata dia, di negara maju label kalori dan nutrisi wajib tercantum.

"Tujuannya itu adalah bahwa kita sebagai konsumen akan tahu persis bahwa kandungan dalam pangan itu apa. Jadi kalorinya berapa, kandungan lemak, karbohidrat, dan lain sebagainya. Dan itu di negera maju sesuatu yang diharuskan," kata Setiawan di Gedung Sate, Bandung, Jumat (21/7/2023).

Setiawan menerangkan, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, terdapat 25,7 persen remaja usia 13-15 tahun dan 26,9 persen remaja usia 16-18 tahun yang memiliki status gizi pendek dan sangat pendek.

Lalu, 8,7 persen remaja usia 13-15 tahun dan 8,1 persen remaja usia 16-18 tahun tergolong dengan kondisi kurus dan sangat kurus serta 3-4 dari 10 remaja menderita anemia.

Di sisi lain, prevalensi berat badan lebih atau obesitas sebesar 16,0 persen pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5 persen pada remaja usia 16-18 tahun. Salah satu faktor penyebab terjadinya tren kenaikan obesitas itu karena buruknya pola makan remaja.

"Fenomena gizi ini sangat terkait juga dengan fenomena stunting sebetulnya. Alhamdulillah untuk di Jawa Barat ini, tadi saya sampaikan bahwa survei SSGI terakhir di tahun 2022, kita menurun kurang lebih di 4 persen, dari 24,5 persen menjadi 20 persen," paparnya.

Dia menambahkan, selama ini masyarakat belum familiar dengan menghitung jumlah kalori dan kandungan nutrisi makanan. Karena itulah, dengan aplikasi tersebut diharapkan masyarakat mulai terbiasa untuk memperhatikan kandungan gizi pada makanan.

"Oleh karena itu, kadang di label diharuskan gizi ini sekian cuman jarang dibaca karena kurang menarik, kurang gede, dan kurang melihat seperti apa, cuman kecil-kecil saja. Oleh karena itu, dengan aplikasi ini kita bisa langsung scan kode batang, hasilnya langsung kelihatan ada gambar dan lainnya, kandungannya lengkap," pungkasnya.

Di tempat yang sama, Plt Kepala Dinas Kesehatan Jabar Vini Adiani menambahkan, aplikasi ini diharapkan bisa mengedukasi para remaja untuk terbiasa membaca informasi gizi pada makanan. Selain bisa melihat kandungan nutrisi, masyarakat juga bisa ikut melaporkan kandungan nutrisi makanan kemasan.

"Kan ada ribuan, jadi di setiap ada tambahan bisa ditambahkan nanti dibantu oleh tim nanti akan terlihat isi kandungannya apa. Jadi karena semuanya masuk, jadi teman-teman bisa membantu kami dengan memasukkan nomor kode batangnya. Nanti kami bantu untuk memasukkan," singkatnya. (bba/mso)



Hide Ads