Gelora Local Pride di Kota Bogor

detikJabar Awards

Gelora Local Pride di Kota Bogor

M. Sholihin - detikJabar
Jumat, 16 Jun 2023 11:00 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) dan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim
Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) dan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim menggunakan busana produk lokal. (Foto: dok.Pemkot Bogor)
Bogor -

Pemkot Bogor membangkitkan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang sempat lesu akibat pandemi COVID-19. Wali Kota Bogor Bima Arya mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) menggunakan busana kasual produk lokal sebagai pakaian dinas setiap Selasa sejak 2022.

Salah satu warga Kota Bogor, Intan Ashfia, mengapresiasi kebijakan Pemkot Bogor yang pro rakyat dan UMKM. Adanya kebijakan tersebut, menurutnya, membuat pengusaha lokal akan semakin bangga menjual produk lokal.

"Setuju saja sih, itu kan artinya membantu pengusaha lokal ya. Masa harus selalu beli di mal. Kalau beli di penjual kecil kan jadi motivasi buat pedagang itu sendiri. Saya apresiasi kebijakannya pro rakyat, mengedukasi masyarakat untuk cinta produk lokal," kata Intan, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan Bima yang mewajibkan PNS menggunakan busana kasual produk lokal setiap Selasa, sangat dirasakan manfaatnya oleh pengusaha dan pemilik toko pakaian di Kota Bogor. Omzet mereka kini bertambah dan memperkuat harapan agar usahanya semakin berkembang.

"Wah itu sangat membantu, kalau dibilang efektif ya itu memang sangat efektif ya buat pendapatan kami," ujar pengelola Distro Avenue, Regiana, kepada detikJabar di Ciheuleut, Kota Bogor.

ADVERTISEMENT

"Kami terbantu lah pokoknya, karena akhirnya bukan cuma ASN, warga juga banyak yang datang, cari model-model yang dipakai Pak Bima, karena kan dia gembor-gemborkan di Instagram kan ya. Jadi banyak yang cari juga, alhamdulillah jadi terbantu promosi," tutur Regi.

Distro di Kota Bogor menghadirkan produk lokal.Distro di Kota Bogor menghadirkan produk lokal. (Foto: M Sholihin/detikJabar)

Toko yang mulai beroperasi di masa pandemi ini kian sering didatangi PNS Kota Bogor. Banyak dari PNS mencari pakaian kasual yang cocok dipakai ketika berdinas.

"Awalnya kita bikin-bikin kemeja itu segmennya memang buat anak muda, tapi sekarang-sekarang ini banyak orang tua, PNS yang datang, katanya cari yang cocok buat bisa dipakai kerja. Kadang kita ngobrol, mereka sendiri yang ngaku PNS," kara Regi, sapaan akrabnya.

Regi mengaku bangga karena kemeja hasil desain tokonya disenangi dan dipakai Wali Kota Bogor Bima Arya. Hal itu menambah semangatnya untuk membuat desain-desain baru.

"Kita punya desain sendiri, kemeja yang ada logo panda itu habis semua stoknya. Pembelinya ASN semua, awalnya kan yang beli itu Pak Bima ya. Padahal awalnya, kemeja yang logo panda itu segmennya buat anak muda. Terus terang kita juga bangga, ya karena desain kita disenangi juga sama pak wali kota (Bima)," kata Regi didampingi rekannya, Rizki Delanda.

Sementara itu, Rizki Delanda berharap, Pemkot Bogor konsisten terkait kebijakan penggunaan busana kasual produk lokal. Karena selain meningkatkan pendapatan pegiat UMKM, kebijakan tersebut membuat pengusaha bangga produk lokalnya diapresiasi oleh pemerintah.

"Kita berharap kebijakannya konsisten ya, tidak berhenti disini, jangan ketika ramainya saja, terus nanti hilang begitu saja kebijakannya. Terus terang kita sangat terbantu dengan kebijakan itu, kalau bisa diperluas lagi penggunaan produk lokalnya," kata Rizki, pemuda yang sudah lama bergelut di dunia distro dan clothing.

Busana Kasual Rasa Lokal

Wali Kota Bogor Bima Arya menjelaskan Perwali Nomor 30 Tahun 2022 merupakan tindak lanjut dari instruksi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terkait penggunaan busana kasual bagi ASN setiap Selasa. Dalam instruksi gubernur hanya disebut penggunaan busana kasual, tanpa menyebutkan secara spesifik penggunaan produk lokal.

[Gambas:Instagram]


Hal tersebut kemudian jadi celah bagi Pemkot Bogor untuk kembali menggelorakan busana kasual produk lokal, tanpa menerobos aturan. "Kami melihat ada celah. Celahnya adalah setiap Selasa ada instruksi gubernur yang meminta agar seluruh ASN menggunakan pakaian kasual, busana santai ketika dinas. Iya, ada di dalam instruksinya, busana kasual," ujarnya.

"Oleh karena itu terpikir oleh saya, kemudian di hari Selasa itu busana kasualnya adalah kasual lokal. Ini sektor yang selama ini belum kita sentuh. Tapi marak di mana-mana," ucap Bima menambahkan.

Tiga Kali dalam Seminggu

Politisi PAN ini menyebut, upaya untuk menggelorakan produk lokal sudah dimulai sejak 2014, melalui kebijakan Rebo Nyunda. Dalam kebijakan tersebut, setiap ASN Pemkot Bogor diwajibkan menggunakan pakaian adat Sunda setiap Rabu.

"Di Kota Bogor sudah sejak tahun 2014 kita berlakukan 'Rebo Nyunda'. Jadi setiap Rabu, kita (semua ASN) pakai pakaian Sunda. Jadi dari ujung kepala sampai ujung kaki itu pakaian Sunda," tutur Bima.

Selain itu, pada Jumat, ASN di Kota Bogor diwajibkan menggunakan batik ketika berdinas di lingkungan Pemkot Bogor. Kebijakan ini juga didorong untuk penggunaan batik produk lokal.

"Artinya dalam seminggu itu kita ada tiga hari menggunakan produk lokal. Hari Selasa pakai pakaian kasual produk lokal, kemudian Kamis pakaian tradisional Sunda, dan hari Jumat itu batik atau etnik nusantara," kata Bima.

Penggunaan kuliner produk lokal juga didorong dalam setiap kegiatan di lingkungan Pemkot, instansi hingga perhotelan di Kota Bogor. "Sektor kulinernya juga kita dorong. Setiap rapat makanan dan minumannya kita imbau menggunakan produk lokal. Begitupun instansi lain. Di hotel-hotel juga kita imbau untuk mendukung, misalnya menggunakan makanan lokal untuk welcome drink-nya," ujarnya.

Bima mengatakan peningkatan ekonomi masyarakat Kota Bogor jadi masalah utama sejak awal ia menjabat wali kota Bogor. Sehingga perlu cara yang tepat agar pemerataan ekonomi terjadi di semua sektor, terutama UMKM bidang pakaian, kuliner dan kerajinan atau kriya.

"Gini, saya pelajari ketika awal menjadi wali kota memang masalah ekonomi ini masalah yang utama. Tidak mudah menciptakan pekerjaan, karena sektor formal itu sangat terbatas, pekerjaan-pekerjaan yang disediakan di sektor formal, perusahaan, instansi itu terbatas. Maka itu, sektor informal dalam hal ini UMKM, potensinya sangat besar," tuturnya.

"Ini salah satu yang kita dorong sejak awal, yaitu bagaimana produk lokal itu bisa didorong, sehingga bisa menggerakkan roda ekonomi di Kota Bogor, mulai dari hal yang kecil," ucap Bima menegaskan.

Perputaran Uang Rp 3,5 Miliar

Aturan kewajiban penggunaan produk lokal dianggap mampu meningkatkan pendapatan pelaku usaha distro dan toko pakaian produk lokal di Kota Bogor. Jika ASN Kota Bogor yang berjumlah 7.000 orang belanja minimal 500 ribu setiap orang, maka perputaran uang ditaksir mencapai Rp 3,5 miliar lebih.

"Jadi bisa dibayangkan, kalau ada 7.000 ASN Kota Bogor, kemudian masing-masing membelanjakan misalnya 500 ribu untuk satu hari, itu artinya uang yang diterima pengusaha UMKM bisa sampai 3,5 Milyar, kita seminggu ada 3 hari pakai produk lokal, artinya kan nilai belanja untuk produk lokal sangat tinggi," ucap Bima.

"Jadi itu pertimbangannya. Jadi satu, ada lapangan pekerjaan dan ekonomi. Kedua, adalah tentang nilai dan kebanggaan tentang identitas lokal. Kita menunjukkan keberpihakan kita kepada hal-hal yang sifatnya lokal tadi," katanya.

Distro di Kota Bogor menghadirkan produk lokal.Produk lokal mejeng di salah satu distro yang berlokasi di Kota Bogor. (Foto: M Sholihin/detikJabar)

Bima berharap kebijakan kewajiban penggunaan busana lokal bagi ASN ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengusaha distro dan outlet di Kota Bogor. Sehingga mereka bangkit berkreativitas untuk menciptakan desain-desain busana baru.

"Oleh karena itu kita create demand-nya supaya suplainya berbenah. Selama ini kasual lokal masih terbatas untuk usia 40 ke atas, karena sebelumnya kebanyakan kan masih hanya untuk target usia 20an tahun, dengan men-create demand ini kan banyak nih ASN, tentu seleranya akan berbeda. Ini peluang bagi pelaku UMKM untuk lebih kreatif menciptakan desain-desain pakaian baru," ujar Bima.

Kampanye di Media Sosial

Bima Arya mengajak semua pihak berpartisipasi menggelorakan produk lokal. Ia bahkan sudah menerbitkan Surat Imbauan penggunaan busana kasual produk lokal setiap Selasa untuk instansi, perkantoran hingga perbankan di Kota Bogor.

"Tidak saja kepada ASN, tetapi juga mengimbau agar seluruh perusahaan, kantor-kantor, sampai perbankan yang ada di Kota Bogor itu menyesuaikan untuk menggunakan busana kasual lokal ini, dengan tidak melanggar aturan yang sudah ada," kata Bima.

[Gambas:Instagram]


Bima menyebut, jumlah total UMKM di Kota Bogor sebanyak 68.000, dengan dominasi sektor kuliner. "Kita sekarang ada 68 ribu UMKM dan ini masih didominasi oleh sektor kuliner 40 persen, kemudian 60 persennya terbagi antara fesyen dan kerajinan atau kriya. Secara kasat mata kalau saya mengunjungi gerai-gerai itu mengatakan pasti ada pertumbuhan omzet. Tapi harus diakui belum signifikan," kata Bima.

Secara pribadi, Bima gencar memamerkan produk lokal melalui akun media sosial. Sebagai bentuk apresiasi, ia juga sering mengunggah ASN yang paling konsisten menggunakan busana kasual produk lokal via media sosialnya.

"Jadi memang harus didorong lagi. Menurut saya memang harus ada endorser yang efektif. Saya sering menggunakan busana lokal, kemudian saya kampanyekan di media sosial, dipakai dan dipromosiin, supaya yang lain ikut. Harus ada trendsetter-trendsetter itu. Bukan hanya ASN, tapi juga yang lain lain gitu, supaya terus menular. Karena kadang kita tidak tahu ada produk lokal yang juga keren," tutur Bima.

Selain itu, kegiatan besar selain acara tahunan akan digelar agar produk lokal semakin dikenal dan dinikmati masyarakat Kota Bogor. Salah satunya fashion show khusus produk lokal.

"Ke depan kita akan adakan event khusus, fashion show produk lokal, pesertanya ASN dan umum," ucap Bima.

(bbp/bbn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads