Raden Ayu Lasminingrat merupakan pahlawan emansipasi, yang berasal dari Kabupaten Garut. Namanya abadi, bersama beragam cerita dan peninggalannya yang hingga kini masih lestari di kota berjuluk Swiss van Java.
Salah satu saksi bisu perjuangan RA Lasminingrat dalam perjuangan kesetaraan perempuan, ada di bangunan SDN Regol 7 dan 10, yang berada di tepi jalan Ranggalawe, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.
Lokasinya, cukup dekat dengan Pendopo Bupati, Lapangan Alun-alun Garut serta titik nol kilometer Garut, yang berada di sebelah timur dan utara sekolah. Sekolah-sekolah ini, menjadi saksi bisu perjuangan RA Lasminingrat, dalam memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan gender.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ema Nurjamilah, kepala SDN Regol 10 mengatakan, dulu ada enam sekolah di lokasi ini. Namun, sekarang dimerger dan tinggal menyisakan dua sekolah yang masih eksis dan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar hingga saat ini.
"Sebenarnya, peninggalan RA Lasminingrat itu, adalah SDN 7 Regol. Sedangkan kami, SDN 10 Regol, hanya berada di kawasan cagar budaya," kata Ema kepada detikJabar.
Ema menjelaskan, seluruh bangunan yang ada di kawasan ini, merupakan bangunan cagar budaya. Beberapa di antaranya, merupakan peninggalan langsung RA Lasminingrat. Sebab itu, hingga kini, bangunan hanya mengalami sedikit perubahan, tanpa merubah struktur bangunan yang asli.
"Di sini, kami juga sebagai guru memiliki kewajiban untuk memberikan edukasi kepada peserta didik. Tentang siapa itu Lasminingrat," katanya.
![]() |
Untuk memperkenalkan RA Lasminingrat kepada para pelajar, pihak sekolah kemudian menampilkan lukisan-lukisan wajah Lasminingrat, di dinding sekolah. Selain itu, beberapa bacaan mengenai Lasminingrat juga, disebar di beberapa penjuru.
Warjita, sejarawan asal Garut mengatakan, di tempat tersebut, dulu Lasminingrat mendirikan sekolah kautamaan istri. Di lokasi itu, Lasminingrat memulai perjuangannya, dalam memperjuangkan kesetaraan untuk perempuan.
"Dulu bangunan tersebut bekas sekolah kautamaan istri," kata Warjita.
Baca juga: Selamat Ulang Tahun Inggit Garnasih |
Sekolah yang didirikan Lasminingrat pada tahun 1907 ini, kemudian mendapatkan legitimasi dari Belanda di tahun 1911. Kemudian di tahun 30an, sekolah diperluas ke beberapa daerah lain di Garut seperti Bayongbong dan Cikajang.
Warjita menambahkan, kebanyakan peserta didik Lasminingrat dahulu, adalah anak dari para bawahan Bupati Garut. Seperti camat, hingga kepala desa. "Tapi banyak juga putra daerah dari kalangan biasa yang ikut belajar," pungkas Warjita.
(yum/yum)