Ada yang menarik, dari halaman Google hari ini, Rabu (29/3/2023). Seorang wanita Sunda bernama Lasminingrat, terpampang wajahnya di laman utama Google. Siapa sebenarnya Lasminingrat hingga bisa jadi Google doodle?
Lasminingrat merupakan pelopor emansipasi wanita, di tanah Pasundan. Namanya, begitu dikenal, khususnya di Kabupaten Garut. Lasminingrat merupakan anak dari Raden Muhamad Musa, seorang sastrawan modern pada masanya, yang terkenal di abad ke-19.
"Muhamad Musa ini, juga berprofesi sebagai penghulu, atau lebe. Tapi meskipun berprofesi sebagai penghulu, tapi beliau luwes bergaul sehingga banyak teman dari Belanda, kemudian memiliki pemikiran yang terbuka pada zamannya," kata Warjita, sejarawan Garut kepada detikJabar, Kamis (29/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perempuan dengan nama asli Raden Ayu Lasminingrat ini, lahir di Garut. Catatan sejarah menyebut, beliau dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1854, dan wafat pada 10 April 1948 pada usianya yang ke-94 tahun. Sebab itu, tiap tanggal 29 Maret, diperingati sebagai hari RA Lasminingrat, khususnya bagi warga Garut.
Terlahir dari keluarga ningrat, membuat RA Lasminingrat mendapatkan banyak keunggulan dibanding pribumi lainnya. Keluwesan sang ayah, dimanfaatkan betul untuk belajar oleh Lasminingrat. Diceritakan Warjita, satu ketika, Lasminingrat pernah dikirim ayahnya, untuk berguru kepada Levyson Normal. Teman ayahnya asal Belanda.
"Karena didikan ini, Lasminingrat kemudian bisa menulis dan berbahasa Belanda. Beliau kemudian bercita-cita memajukan kesetaraan bagi seluruh perempuan melalui jalan pendidikan," katanya.
![]() |
Perjuangan itu, kemudian direalisasikan Lasminingrat lewat menulis. Caranya, tergolong unik. Dia mengadaptasi dongeng luar negeri, kemudian ditulis ulang ke dalam bahasa Sunda. Salah satu produknya, adalah Carita Erman, yang diterjemahkan dari Christoph von Schmid.
Sejak saat itu, mentalnya terus terlatih. Di bawah bimbingan sang ayah, Lasminingrat mulai mengajar anak-anak dari seluruh Indonesia di akhir tahun 1870-an. Lasminingrat diketahui mengajarkan pendidikan moral dasar dan psikologi.
Wanita yang kemudian menikah dengan Raden Tamtu dari Sumedang serta Bupati Garut keempat RAA Wiratanudatar VII itu, kemudian mendirikan sebuah sekolah, bernama Sekolah Kautamaan Istri, pada tahun 1907. Sekolah itu mengajarkan pemberdayaan perempuan, membaca dan menulis.
"Karena Lasminingrat itu istri bupati, jadi yang paling banyak diajar olehnya adalah anak-anak camat, anak kades. Tapi ada juga masyarakat biasa dari pribumi yang ikut belajar," ujar Warjita.
Sekolah itu, kemudian berkembang dan diakui oleh belanda pada tahun 1911. Seiring berjalannya waktu, sekolah ini kemudian terus berkembang sehingga kemudian diperluas ke berbagai daerah di Garut, pada tahun 1934an.
(yum/yum)