Masyarakat di seluruh Indonesia bakal disuguhkan fenomena astronomi Gerhana Matahari Total yang akan terjadi pada 20 April 2023 mendatang.
Menjelang momen spesial tersebut, Observatorium Bosscha di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), memproduksi instrumen khusus berupa kacamata matahari yang dibuat secara manual.
Peneliti Observatorium Bosscha Yatny Yulianti mengatakan pihaknya membuat sekitar 4.000 kacamata matahari yang merupakan bagian dari paket edukasi gerhana. Selain kacamata ada instrumen edukasi lainnya seperti buku panduan gerhana hingga alat-alat untuk membuat kotak lubang jarum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memproduksi 4.000 kacamata khusus untuk pengamatan nanti. Dan ini juga merupakan paket program edukasi gerhana yang akan di bagian di seluruh Indonesia," ujar Yatny saat ditemui di Observatorium Bosscha, Lembang, Senin (16/1/2023).
"Kita bagikan terutama untuk mereka yang ada di jalur Gerhana Matahari Total. Penerimanya nanti akan kita sebut sebagai duta gerhana baik itu guru, fasilitator pendidikan, dan elemen lainnya," tambahnya.
Yatny mengatakan masyarakat yang hendak mengamati fenomen astronomi itu wajib menggunakan instrumen khusus. Mengingat paparan cahaya matahari memiliki intensitas cahaya dengan energi yang sangat tinggi.
"Berbahaya kalau melihat matahari secara langsung. Bisa menggunakan teleskop atau kacamata matahari seperti ini. Bagian penting dari kacamata ini justru filternya yang bisa menangkis energi matahari sampai ke 99,90 persen sehingga aman untuk diterima oleh mata kita," tutur Yatny.
Yatny mengatakan mata seseorang bisa mengalami kerusakan pada retina jika terpapar cahaya matahari tanpa instrumen khusus. Kerusakan yang ditimbulkan bisa bersifat sementara hingga permanen.
"Jadi kerusakan retina itu berupa penglihatan kabur dengan rentang waktu 1 jam sampai 1 minggu. Risiko paling buruk bisa menyebabkan kerusakan permanen hingga kebutaan," ucap Yatny.
Gerhana Matahari Total itu diperkirakan bakal berlangsung selama 1 menit 14 detik di langit Indonesia bagian timur. Untuk menikmati fenomena gerhana matahari total masyarakat bisa mengamati di wilayah Maluku dan Papua Barat.
Sementara masyarakat di wilayah Indonesia lainnya dapat menyaksikan fenomena itu sebagai gerhana matahari sebagian (GMS) dengan porsi tertutupnya matahari sebanyak 30 hingga 90 persen.
(mso/mso)