Banyak hal terjadi sepanjang tahun 2022 di Jawa Barat termasuk kemunculan sosok hebat yang melakukan sesuatu tak biasa. Kemunculan orang-orang itu mampu menarik perhatian publik.
Dalam rangkuman detikJabar, ada beberapa sosok hebat yang muncul di Jawa Barat pada tahun 2022 ini. Mulai dari mereka yang berani melawan rentenir hingga menaklukkan mesin permainan. Siapa saja mereka?
1. Kades Sultan Pelawan Rentenir di Majalengka
Di Kabupaten Majalengka, ada sosok Kepala Desa (Kades) yang disegani masyarakatnya. Bukan karena kehebatan atau jabatan yang diembannya, namun Kades ini disukai karena aksinya melawan rentenir yang masuk ke desanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia adalah Yosa Novita, Kades Kawunghilir, Kecamatan Cigasong, Majalengka. Yosa membuat gebrakan jempolan yang banyak mendapat apresiasi.
Sejak dipimpin wanita kelahiran 27 April 1965, praktik rentenir atau 'bank emok' di Desa Kawunghilir berhasil ditumpas habis. Hal itu berkat program Yosa yang meminjamkan uang tanpa bunga bagi warga desanya.
Tak tanggung-tanggung, Yosa menyiapkan uang sebesar Rp 200 juta untuk program ini. Hebatnya, uang itu bukan dari anggaran dana desa, tapi dari kantong pribadinya. Sehingga Yosa kemudian disebut 'Kades Sultan'.
Yosa mengaku program tersebut sengaja digulirkan untuk memerangi praktik rentenir. Itu karena jeratan rentenir dianggap berbahaya bagi kesejahteraan masyarakat. Sebab, jika meminjam kepada rentenir di desanya, nasabah akan dikenakan bunga.
"Bagi saya rentenir itu sangat meresahkan masyarakat. Setidaknya program pinjaman tanpa bunga dari uang saya pribadi ini bisa mencegah hal-hal pinjaman kepada rentenir," kata Yosa saat diwawancarai detikJabar beberapa waktu lalu.
![]() |
Bukan untuk tujuan tertentu, menurutnya, gebrakan itu murni demi melawan tumbuh suburnya praktik rentenir. Program tersebut juga merupakan cita-cita dirinya bersama almarhum suami dalam mencari amal kebaikan di sisa hidupnya.
"Kebetulan waktu itu masih ada almarhum suami saya, dia bilang 'kalau nanti seandainya dapet menjadi kepala desa kita pinjamkan uang kepada masyarakat yang membutuhkan uang, baik untuk keperluan sekolah maupun modal usaha'," ucap Yosa.
Yosa menerangkan, calon debitur cukup memperlihatkan KTP untuk menunjukkan bahwa mereka merupakan warga Desa Kawunghilir. Yosa juga hapal muka warganya, sehingga calon peminjam dari luar Kawunghilir bisa dihindari.
"Saya hapal wajah warga sini karena penduduk Kawunghilir kurang dari seribu orang," katanya.
Dengan anggaran Rp 200 juta dari kantong pribadinya, Yosa membatasi jumlah pinjaman paling besar Rp 15 juta per bulan dengan tenor satu tahun. Tak ada denda bagi debitur yang belum bisa melunasi utang melewati batas waktu pinjaman.
Menurut Yosa, ada saja warga Kawunghilir yang macet membayar cicilan. Namun, ia hanya mengimbau agar mereka segera melunasi utang tersebut. "Segera dibayar (utangnya) biar bisa dipakai secara giliran dengan warga lainnya," tuturnya.
Apa yang dilakukan Yosa itu mendapat apresiasi dari Pemkab Majalengka. Sekda Majalengka, Eman Suherman menuturkan, program tersebut dinilai bisa mencegah masyarakat meminjam uang dari bank emok. "Ibu Yosa berani memberikan pinjaman dari kantong pribadinya hanya untuk mengusir bank emok secara perlahan," ujarnya.
2. Pria Cirebon Pembuat Nikuba, Alat Perubah Air jadi BBM
Aryanto Misel (67), warga Kabupaten Cirebon, Jawa Barat membuat alat pengkonversi air menjadi hidrogen yang bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor.
Alat tersebut ia beri nama Nikuba, akronim dari Niku Banyu (bahasa Cirebon) atau dalam bahasa Indonesia berarti itu air. Aryanto hanyalah seorang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Warga Lemahabang Wetan, Kecamatan Lemahabang ini mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi.
"Otodidak aja saya. Karena memang saya sudah menyukai bidang kimia ini sejak masih SMP. Yang penting kita mau belajar tentang hal-hal begini. Kita harus tau tentang unsur, sifat dan karakternya," kata Aryanto, Rabu (27/4/2022).
Karena kesukaannya terhadap bidang kimia, Aryanto pun telah membuat beberapa karya. Salah satunya adalah Nikuba. Sepintas, alat buatan Aryanto ini terlihat seperti mesin pompa air namun ukurannya lebih kecil.
Ia kemudian menjelaskan cara kerja alat buatannya itu. Menurut Aryanto, Nikuba ini berfungsi memisahkan antara Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) yang terkandung di dalam Air (H2O) yang telah dimasukkan ke dalam alat tersebut.
"Alat ini bisa menghasilkan Hidrogen yang berasal dari Air. Namun Air yang digunakan adalah air yang sudah tidak mengandung logam berat. Air yang dimasukan ke dalam alat ini akan dielektrolisis. Air ini nantinya akan terpecah menjadi Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2)," kata dia.
![]() |
"Hidrogen (H2) ini nantinya akan dialirkan ke ruang pembakaran mesin kendaraan. Sementara Oksigen (O2)nya akan dielektrolisis lagi agar menjadi Hidrogen untuk kembali dialirkan ke ruang pembakaran mesin kendaraan," ucap Aryanto.
Untuk sekitar 1 Liter air yang dimasukkan ke dalam Nikuba diklaim mampu menempuh perjalanan dari Cirebon ke Semarang, pulang pergi.
Sejauh ini, alat buatan Aryanto telah dipasang di 30 unit motor dinas milik TNI dari Kodam III Siliwangi. Terbaru, alat tersebut juga dipasang di satu unit motor dinas milik TNI dari Koramil Lemahabang.
Aryanto mengaku membutuhkan waktu hingga 5 tahun dalam proses pembuatan alat yang bisa mengonversi Air menjadi Hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
Saat ini,Aryantosendri mengaku sedang mengusulkan hak paten atas alat buatannya itu. Satu unitNikuba,Aryantomembanderolnya dengan harga Rp 4,5 juta.
3. Pemuda Sumedang Bikin Software Komponen Pesawat
Di Sumedang, pria berusia 27 tahun berhasil membuat software serta komponen pesawat terbang. Ialah Muhammad Ihsan Ismail, warga Desa Citimun, Kecamatan Cimalaka yang berhasil membuat software tersebut.
Ihsan diketahui membuat alat bernama air data tester atau alat untuk menguji sistem pilot di pesawat terbang. Alat ini sangat dibutuhkan untuk memastikan tingkat keamanan dari pesawat terbang sebelum dinyatakan laik terbang.
Alat ini harganya mencapai ratusan juta dan konon belum ada yang memproduksinya di Indonesia. Namun Ihsan mampu membuat alat itu dengan harga yang jauh lebih murah.
Ihsan menjelaskan bagaimana cara kerja dari alat tersebut. Dikatakannya, air data tester penting digunakan untuk menguji beberapa indikator dari pesawat terbang sebelum pesawat itu dinyatakan laik terbang.
![]() |
Adapun beberapa indikator yang dapat diukur oleh alat tersebut, diantaranya altimeter yaitu indikator untuk mengukur altitude pesawat (alat untuk mengukur ketinggian pesawat di atas permukaan laut) dan air speed (kecepatan di udara).
"Jadi pesawat terbang itu sebelum tinggal landas harus dicek tingkat keamanan atau kemampuannya, salah satu indikator yang harus adalah altimeter dan air speed melalui lubang pitot static dan pitot probe yang terdapat di bagian samping depan pesawat terbang," terangnya.
Ihsan melanjutkan, alat air data tester secara garis besar digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemampuan dari pesawat terbang dari sisi kecepatan dan ketinggian sebelum tinggal landas.
"Kalau mobil kan karena di darat jadi ketika ada sistem yang rusak bisa berhenti untuk diperbaiki, nah beda dengan pesawat, ditesnya itu justru sebelum terbang untuk memastikan bahwa semua sistem di pesawat aman untuk terbang karena jika pesawat ada kesalahan sistem pada saat terbang bisa menyebabkan kecelakaan," terangnya.
Ihsan sendiri mampu membuat alat tersebut selain dari ilmu yang didapat sewaktu duduk di bangku kuliah, juga didasari karena keuletannya ditambah pengalamannya saat bekerja di perusahaan asing.
"Saya bisa membuat ini melalui proses panjang, dasarnya ya dari belajar sewaktu kuliah dulu belajar teori sistem pesawat terbang, tapi lebih dari itu adalah dari pengalaman waktu kerja menggunakan air data tester kemudian mencoba memperbaiki alat itu sendiri, dari sana mulai belajar dengan cara observation to imagination yaitu mempelajari, lalu berimajinasi dan mencoba untuk membuat sendiri," paparnya.
Menurut Ihsan, tidak mudah dalam membuat alat air data tester tersebut. Paling tidak ada tiga disiplin ilmu yang harus dikuasai. Pertama teknik elektro, kedua pemrograman dan ketiga ilmu tentang avionik (sekelumit peralatan elektronik tentang penerbangan).
Ihsan mengaku, air data tester yang dibuat berkaca dari pengalamannya sewaktu bekerja dulu. Hal itu mengingat masih terhitung jarangnya institusi pendidikan di Indonesia yang memiliki alat tersebut.
"Ini yang melatarbelakangi saya membuat sendiri alat air data tester ini karena di kampus-kampus penerbangan jarang yang memiliki alat ini, padahal ini sangat penting untuk praktik, dan biasanya terkendala oleh harganya yang mahal," ujarnya
"Padahal sewaktu saya kerja dulu, ya alat air data tester ini yang sering dipegang," Ihsan menambahkan.
Bernaung dibawah startup yang tengah dirintisnya bernama Hiber Tech, air data tester buatan Ihsan kini telah dilirik oleh beberapa institusi pendidikan di Indonesia.
Dari satu alat buatannya itu dibandrol dengan kisaran harga Rp 30 juta sampai Rp 50 juta dan masih dijual untuk sebatas dunia pendidikan. Harga tersebut terhitung jauh lebih murah dibanding produk luar dikisaran harga Rp 100 juta hingga Rp 500 juta.
"Sekarang produk saya sudah ada yang melirik beberapa kampus, dari obrolan-obrolan sudah ada yang mau beli," ujarnya.
Ihsan berharap produk yang dibuatnya dapat dilirik oleh investor serta mendapat support dari pemerintah. "Saya masih butuh support khususnya permodalan, semoga produk saya dilirik dan dapat support dari pemerintah karena sekarang saya masih berjalan sendiri," ucapnya.
4. Bah Empit, Kakek Penakluk Mesin Permainan di Garut
Di usianya yang sudah menginjak 64 tahun, Abah Empit membuat banyak orang terheran-heran. Sebab Abah Empit mampu menaklukkan mesin permainan dan mendapat banyak bonus. Aksinya pun viral dan jadi perbincangan di dunia maya.
Aksi Abah Empit dalam memainkan mesin permainan yang tersedia di pusat perbelanjaan, terekam dalam video amatir, yang tersebar di media sosial. Ada banyak video Abah Empit yang tersebar di TikTok dan Instagram.
Mayoritas dalam video tersebut, mengabadikan momen Abah Empit saat bermain mesin permainan. Yang bikin kagum, Abah Empit menghasilkan banyak tiket bonus dari permainan tersebut, yang jumlahnya disebut mencapai ribuan keping.
Aksinya tersebut terbilang unik. Sebab, dari segi penampilan, Abah Empit terlihat seperti amatiran, yang coba-coba bermain mesin permainan tersebut. Tapi skillnya, tak bisa diragukan. Lantas, siapa sebenarnya Abah Empit?
Berdasarkan penelusuran detikJabar, Abah Empit merupakan lansia asal Kabupaten Garut yang tinggal di kawasan Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut.
Kabar dirinya yang jadi buah bibir di media sosial, telah sampai di telinga Abah Empit. Mulai dari wartawan hingga YouTuber, banyak diladeni Abah Empit untuk berbincang mengenai hal tersebut.
![]() |
Abah Empit mengaku sudah sejak beberapa tahun terakhir menekuni hobi barunya ini. Sejak pensiun menjadi PNS di tahun 2016, Empit mulai jenuh dengan kehidupan yang gitu-gitu aja. Hobi bermain motor yang dulu tak ketinggalan, tak bisa lagi dimainkan gegara faktor usia.
Kemudian, Empit mencoba sebuah tantangan baru, yakni bermain game di pusat perbelanjaan. Mulanya Empit mengaku hanya coba-coba bermain permainan di mal, kala mengajak anak-istri, bermain ke mal.
"Akhirnya saya lari ke permainan. Saya senang dengan permainan itu, sehingga saya dalami," katanya.
Ada banyak mesin permainan yang dijajalnya. Tapi, yang paling dikuasai Empit, adalah permainan troli dan WonderBall. Dia, saat ini bahkan bisa dikatakan sebagai pria penakluk mesin permainan, atas dasar raihan bonus tiket yang berhasil diperoleh.
"Sekali main bisa sampai 8 ribu tiket bonus. Yang paling sering dimainkan pertama Wonderball, kedua troli. Banyak yang lainnya juga, tapi ya tidak begitu menyenangkan," ungkap Empit.
Empit mengaku hingga saat ini masih menyempatkan diri untuk bermain permainan mesin di pusat perbelanjaan di Garut. Sebab, bagi Empit, hal tersebut bisa membuatnya healing dan menikmati masa tua.
Dari kelihaiannya menaklukkan mesin permainan, Empit memiliki banyak barang-barang berharga yang didapat dari menukar tiket bonus hasil permainan mesin. Dari mulai emas, kulkas hingga televisi, mampu dibawa pulang.
"Sepeda listrik juga saya pernah dapat. Waktu itu, baru pertama kali dipromosikan di Garut, kemudian saya mengusulkan ke perusahaan (penyelenggara mesin permainan) untuk bisa mendapatkan itu. Alhamdulillah, berkat kebijaksanaan perusahaan, akhirnya bisa," kata Empit.
Empit mengaku bisa mengumpulkan barang-barang tersebut, dengan cara bermain mesin permainan, dan mengumpulkan bonus tiket sebanyak-banyaknya.
Sepeda listrik contohnya. Untuk bisa mendapatkan barang tersebut, Empit harus mengumpulkan lebih dari 600 ribu tiket bonus. Berkat kepiawaiannya, Empit berhasil mengumpulkan jumlah tersebut, hanya dalam waktu beberapa bulan saja.
"(hadiah) HP juga pernah. Boneka apalagi, banyak di rumah," ungkap Empit.
5. Ki Kebo Kenongo, Pawang Ular Legendaris yang Sempat Melatih Kopassus
Sosok Ki Kebo Kenongo alias Dasum Diva Atmaya (70) sempat menarik perhatian publik pada awal November 2022 lalu. Ia merupakan salah satu pawang ular di Kabupaten Sumedang.
Sejak tahun 1970-an Ki Kebo Kenongo berkecimpung dalam dunia per-ular-an. Dari keahliannya menjinakkan berbagai jenis ular itu, Warga Cibeureum, Kecamatan Cimalaka, ini pernah dipercaya melatih sejumlah prajurit Komando Pasukan Khusus atau Kopassus.
Ki Kebo mengatakan momen itu terjadi pada sekitar tahun 1986. Saat itu ia dipanggil oleh Kopassus untuk membantu dalam pelatihan survival atau bertahan hidup di dalam hutan.
"Jadi kalau Kopassus itu kan ada latihan survival, mereka harus bertahan hidup di dalam hutan hanya dengan dibekali alat seadanya," ungkap Ki Kebo kepada detikJabar.
Salah satu latihannya, sambung Ki Kebo, adalah bagaimana cara menghadapi atau bertemu ular di dalam hutan. Meski tidak secara detail, namun Ki Kebo menceritakan bagaimana kerasnya latihan untuk anggota Kopassus saat itu. Menurutnya, tidak heran jika Kopassus menjadi salah satu satuan terbaik yang dimiliki Indonesia.
"Latihannya cukup keras, anggota Kopassus ini salah satunya jangan takut ular. Bahkan saat latihan dengan ular sanca, dipatuk pun jadi hal biasa," terangnya.
![]() |
Ki Kebo menyebut ada sekitar 25 prajurit Kopassus dari beberapa Batalyon yang mengikuti pelatihan saat itu. Di antaranya, ada yang dari Ujung Pandang, Jakarta, Bandung dan Solo.
"Jadi selain latihan praktik berhadapan dengan beragam jenis ular termasuk King Cobra, juga latihan wawasan secara ilmiah tentang jenis-jenis ular itu," ujarnya.
Atas dedikasinya tersebut, Ki Kebo pun mendapatkan piagam dari Kopassus yang saat itu dikomandani oleh Bambang Soembodo. Bahkan, ia pun saat itu masih suka dipanggil oleh satuan Kopassus dalam acara-acara tertentu.
Sejak berusia 7 tahun, Ki Kebo sudah bergaul dengan dunia ular. Hal itu tidak lain lantaran pengaruh dari sang ayah bernama Ki Diva Atmaya yang merupakan salah satu tokoh pawang ular di Majalengka sebelum pindah ke Sumedang sekitar tahun 1936.
Namun keahlian Ki Kebo dalam menjinakkan ular didapatnya secara otodidak. Diakuinya, dari pengalamannya bersentuhan langsung dengan berbagai jenis ular menjadikannya banyak memahami karakter dan watak ular dari yang berbisa hingga yang tidak berbisa.
"Dulu itu kalau nangkap ular tetap harus pakai alat awalnya, berupa tongkat kayu bercabang, tapi pada saat nangkap kan suka ada saja kecelakaan semisal ularnya tiba-tiba gigit, nah tapi dari sana saya jadi tahu mana ular berbisa dan tidak berbisa," tuturnya.
Sejak 1970-an, segala profesi yang berkaitan dengan ular telah Ki Kebo lakoni. Bahkan dirinya memproklamirkan diri sebagai P9U, yakni penangkap ular, pembunuh ular, pembeli ular, penjual ular, pemakan ular, pemelihara ular, penyayang ular, pelatih ular dan pemain ular. Semua pengalaman tersebut pernah dilakoninya.
Ki Kebo mengaku pernah menjadi pemasok ular ke kebun binatang Bandung sekitar tahun 1970-an hingga restoran Chinese food di Bandung sekitar tahun 1990-an. Dari pengalaman ini, ia pernah menjelajah keluar masuk hutan yang ada di pulau Jawa untuk sekedar mencari ular.
Meski pengalamannya dalam dunia ular sudah tidak diragukan lagi. Namun bagi dia sikap kewaspadaan yang tinggi tetap perlu dilakukan dalam menangani ular.
6. Dadan Ridwan, Petani Muda Pembawa Ilmu Jepang ke Tasik
Kiprah seorang pemuda di Tasikmalaya bernama Dadan Ridwan cukup dikenal luas. Dadan mampu membawa ilmu pertanian dari Jepang ke kampung halamannya di Kelurahan Kersamenak, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya.
Selain mengolah kebun sendiri, Dadan juga menjalin kerjasama dengan sederet mitra. Melon, cabai hijau, tomat dan terong adalah beberapa komoditas yang menjadi andalannya dalam menjalankan bisnis pertanian ini.
"Ada 8 mitra yang menjalin kerjasama dengan tim saya," kata Dadan, Kamis (27/10/2022).
Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian RI tahun 2022 ini menjelaskan, mitra-mitra usahanya itu tersebar di wilayah Karangresik Kecamatan Cipedes, Kawalu, Ciburuyan Kecamatan Tamansari, Cicariang Kecamatan Kawalu, Karangjaya Kecamatan Cineam dan pesantren Atthohiriyah Mangkubumi.
Dadan sendiri kini membawahi 4 orang tim inti dan 9 pegawai magang yang mengurusi kebun-kebun yang dikelolanya. Sementara mitra usahanya ada sekitar 20 investor. Kecintaan Dadan terhadap pertanian dimulai pada tahun 2016 lalu, ketika dia memutuskan untuk magang menjadi petani di Jepang.
"Di Jepang saya bekerja sekitar satu tahun. Belajar di sana membuat pandangan saya terhadap pertanian jadi berubah. Di negara maju, pertanian itu sektor yang penting, menjanjikan dan mendapat perhatian dari pemerintah," kata Dadan.
![]() |
Keseriusan Dadan menjadi petani di Jepang dibuktikan dengan sertifikat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Nigata Jepang sebagai petani muda. "Ya semacam penghargaan dari pemerintah di sana untuk petani-petani muda," kata Dadan.
Menggondol banyak ilmu pertanian dari Negeri Matahari Terbit membuat Dadan banyak menyimpan asa untuk membangun pertanian di kampung halamannya Tasikmalaya.
"Tanpa bermaksud tendensius terhadap pertanian di Indonesia, tapi memang banyak hal-hal positif yang harus kita tiru dari negara-negara maju. Baik itu penerapan teknologinya mau pun kultur petaninya," kata Dadan.
Teknologi pertanian dari Jepang, oleh Dadan langsung diterapkan di Tasikmalaya, tentunya dengan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi di tanah air. Selain itu dia juga menerapkan pola kerja petani di Jepang kepada petani di Tasikmalaya.
"Kalau di kita petani itu kan berangkat setelah matahari terbit, lalu pulang setelah bedug Dzuhur. Nah kalau di Jepang, jam 3 atau paling lambat jam 5 pagi sudah berangkat ke kebun. Pulangnya jam 5 sore," ucap Dadan.
Selain itu dia juga mengatakan petani di Indonesia umumnya berorientasi pada kuantitas hasil panen, sementara di Jepang berorientasi pada kualitas. Pola bertani yang berorientasi pada kualitas komoditas yang dihasilkan, kata dia sangat penting terutama bagi petani yang tidak memiliki lahan yang luas.
"Kalau orientasinya ke kualitas, dengan lahan yang tak luas pun kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal," kata Dadan.
Dia menjelaskan jika petani berorientasi pada kualitas komoditas hasil panen, maka perbandingan luas lahan dengan petani yang mengutamakan kuantitas bisa berlipat-lipat perbedaannya.
"Jadi tidak usah berkebun satu hektar (10.000 meter persegi) dengan lahan 1.400 meter persegi pun hasil panennya sama. Maksudnya nilai uang yang dihasilkannya," kata Dadan.