Wali Kota Bogor Bima Arya berbicara soal pentingnya menghargai perbedaan dalam bermasyarakat. Termasuk di antaranya menghargai orang berkebutuhan khusus serta Orang Dengan HIV Aids (ODHA).
Hal itu disampaikan Bima dalam diskusi publik 'Melihat yang Tak Terlihat Insan berkemampuan Khusus dan Anak dengan HIV Aids, Tanpa stigma' yang diadakan di Coffee by Sarah, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Senin (5/12). Acara itu merupakan rangkaian dari Pekan Hak Asasi Manusia (HAM) Kota Bogor yang dimulai berlangsung sejak Sabtu (3/12).
Bima yang menjadi keynote speaker memulai paparannya dengan memberikan analogi berdasarkan pengalaman yang alaminya. Ia bercerita ketika masih menjadi pengamat ia pernah menyebut istilah autisme kepada politisi parpol yang tidak mementingkan rakyatnya atau anti sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kutipan itu pun dibuat judul di sebuah media massa, hingga akhirnya ia mendapat protes keras dari berbagai pihak keluarga disabilitas. Mereka menekankan autisme bukanlah sesuatu yang bermakna negatif. Sejak saat itu, ia mendapatkan pemahaman soal orang-orang berkebutuhan khusus.
"Itu analogi dan ilustrasi, betapa kita tidak memahami perbedaan, betapa banyak yang kita tidak tahu," katanya.
Tugas utama yang menjadi pekerjaan rumah bagi semua, kata Bima, adalah membuat setiap orang lebih paham tentang arti perbedaan.
"Tugas utama kita adalah membuat kita lebih paham lagi tentang arti perbedaan itu semua, karena masih ada orang yang tidak tahu perbedaan dan tidak mau berbeda. Ada juga yang tahu kita berbeda tapi tidak tahu bagaimana menghargai perbedaan itu," tutur Bima dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (6/12/2022).
Bima mengatakan Kota Bogor akan terus belajar untuk memahami perbedaan. Dengan begitu Kota Bogor akan menjadi ramah untuk semua kalangan.
"Saya titip betul, apa yang kita bicarakan hari ini tidak hanya ceremony peringatan HAM saja, tapi untuk kita kerjakan untuk saudara kita semua, untuk Kota Bogor sehingga betul-betul kota yang peduli dalam perbedaan," papar Bima.
Ketua Harian Jabar Bergerak Pusat Tatan Ahmad Santana memberikan apresiasi karena dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat (Jabar) hanya Kota Bogor yang serius dan masif dalam mengadakan rangkaian pekan HAM.
"Di Kota Bogor saya ketemu dengan ASN-ASN yang mau meluangkan dan menyisihkan waktu untuk mengurus persoalan ini, menyelesaikan tahapan persoalan ini. Bogor punya perhatian kepada teman-teman disabilitas, anak anak dengan HIV aids positif. Ini sangat luar biasa sekali," sebut Tatan.
Camat Bogor Timur Rena Da Frina menjelaskan konsep pelaksanaan pekan HAM di Kecamatan Bogor Timur ini adalah mengenai insan berkemampuan khusus dan anak dengan HIV Aids.
"Jadi itu untuk menyemangati anak-anak ODHA. Khusus ODHA kita kerja sama dengan LSM yang menaungi mereka serta dengan Dinkes Kota Bogor, puskesmas Bogor Timur dan konselor HIV AIDS. Kita sering diskusi dan kumpulkan mereka. Jadi, intinya ini bukan hal baru bagi saya. Kita angkat diskusi karena diskriminasi masih ada. Yang itu pelan-pelan kita angkat," ungkap Rena.
Melalui kegiatan tersebut, Rena mengatakan pihaknya mengajak semua orang baik pemerintah maupun masyarakat untuk terus memberikan dukungan terhadap disabilitas dan ODHA.
"Sehingga ke depan tidak ada lagi sekolah yang menolak untuk anak-anak berkebutuhan khusus ini. Sarpras yang mendukung disabilitas dan sebagainya," sebut Rena.
Ia menambahkan secara bertahap pihaknya juga menyusun rumusan ke depan untuk pemenuhan hak dan fasilitas untuk disabilitas dan ODHA.
(akn/ega)