Universitas Padjajaran (Unpad) kembali berinovasi menciptakan pakaian dari bahan alami. Kali ini, Unpad membuat pakaian tahan api yang berasal dari serat rami.
Rami sendiri merupakan tumbuhan yang sempat booming dua dekade terakhir ini. Serat rami masih jarang digunakan untuk bahan industri tekstil karena harganya yang mahal. Padahal, tanaman tersebut tumbuh subur di Indonesia.
Rami termasuk pada tumbuhan perdu-perduan yang ukurannya tidak terlalu besar dan maksimal tingginya hanya sekitar 3 meter. Tumbuhan ini lurus dan tidak bercabang sehingga batangnya dapat dimanfaatkan untuk serat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui sentuhan seorang dosen Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad, sekaligus Kepala Pusat Studi Ilmu Bioprospeksi Serat Alam dan Sumber Daya Hayati Unpad, Asri Peni Wulandari, rami tersebut dikembangkan menjadi pakaian yang tahan api.
Dalam keterangan yang diterima, Asri menyebut, proses produksi rami menjadi tekstil memerlukan energi panas, bahan kimia, dan sebagainya. Sehingga wajar, jika harga untuk sekali produksi dari bahan rami menjadi mahal.
Setelah mengetahui fakta tersebut, Asri pun menyadari perlunya alternatif teknologi yang lebih murah untuk memproduksi rami menjadi tekstil. Kemudian, ia yang memiliki keahlian di bidang mikrobiologi membuat penelitian lanjutan untuk memanfaatkan rami menjadi tekstil.
"Penelitian rami dimulai lebih dari sepuluh tahun lalu. Penelitian diawali dengan mengisolasi limbah rami lalu melakukan tahap screening sehingga mendapatkan mikroba yang paling rakus memakan getah rami. Dari penelitian ini, ternyata serat rami sangat bagus untuk pakaian dan biodegumming menjadi alternatif pengolahan rami yang efektif," katanya, Kamis (17/11/2022).
Setelah menemukan cara pengolahan rami yang efektif, Asri bertekad untuk mengembangkan serat alternatif agar Indonesia bisa mandiri sandang dengan produk berbahan baku lokal. Asri pun berpikir keinginannya tidak akan menjadi kenyataan jika hanya bergerak sendirian. Maka, ia pun melibatkan dosen dan mahasiswa Departemen Biologi dalam penelitian rami.
Asri berkolaborasi dengan sejumlah dosen yang berasal dari fakultas lain di Unpad. "Misalnya, dosen Fakultas Pertanian Anne Nuraini akan menyediakan benih kultur jaringan rami sehingga jika nantinya rami dibudidayakan ratusan hektar maka sudah ada benihnya dari kultur jaringan. Ada juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Yudi yang membantu memberikan arahan dari segi bisnis," terangnya.
Kolaborasi yang dikembangkan Asri tak hanya di lingkup Unpad. Kini penelitiannya sudah masuk konsorsium rami Indonesia sehingga terintegrasi dengan berbagai kelompok besar di Indonesia, terutama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Dengan adanya konsorsium rami Indonesia, saya berharap bisa segera mengarahkan penelitian rami menuju tujuannya yakni ke arah produktivitas," ujarnya.
Asri mengakui road map penelitian rami begitu panjang dan harus menguji coba sistem pabrikasi dari hulu sampai hilir. Ia dan tim memulai dengan menyiapkan tanaman rami untuk diolah menjadi serat.
Hasil pengolahan ternyata serat rami itu kasar dengan ukuran yang begitu kecil. Kemudian serat rami diuji dengan dengan beberapa bakteri yang hasilnya berbeda-beda. Setelah itu, masuklah pada skala laboratorium yang bertujuan membuat serat rami menjadi putih dan lebih halus.
Pada skala laboratorium, Asri dan tim menguji coba dengan proses bioleaching dan chemical leaching sehingga alur penelitian yang digunakan yakni chemical the gumming dan chemical leaching. Hasilnya, pengolahan rami lebih aman jika menggunakan bahan alami.
Selanjutnya, Asri dan tim harus mencari cara agar serat rami yang halus memenuhi standar untuk bisa dipintal menjadi benang. Asri dan tim pun berhasil membuat benang rami. Bahkan, benang rami tersebut telah berhasil menjadi bahan rami untuk pakaian tahan api. Hal tersebut telah dibuktikan dengan bahan rami yang telah dilapisi suatu bahan kimia lalu didekatkan pada sumber api selama 7 detik dan hasilnya tidak terbakar.
Asri juga berkolaborasi dengan beberapa mitra perusahaan untuk memproduksi dan memasarkan pakaian tahan api. Untuk saat ini pakaian tahan api diprioritaskan untuk klien yang secara fungsional membutuhkan pakaian tahan api tetapi masih impor dengan harga mahal, seperti TNI, pemadam kebakaran, pegawai perminyakan atau kelompok pekerjaan lainnya yang mengarah ke sumber api. Nantinya, bisa saja pakaian tahan api dijadikan sebagai produk fesyen untuk masyarakat umum.
Asri mengaku masih memiliki mimpi untuk membangun sistem manufaktur rami dari hulu sampai hilir yang terintegrasi. Ia juga memiliki keinginan pada 2030 bisa mengejar kebutuhan sandang, minimal dalam negeri. Dia pun berharap pemerintah dan pihak investor terlibat langsung supaya proses pengembangan rami bisa langsung menjadi skala industrial.
(ral/iqk)