Lewat Inovasi Sipinter, 3.400 Siswa Lanjutkan Pendidikan di SMA Terbuka

Lewat Inovasi Sipinter, 3.400 Siswa Lanjutkan Pendidikan di SMA Terbuka

Erika Dyah - detikJabar
Jumat, 04 Nov 2022 14:15 WIB
Lewat Inovasi Sipinter, 3.400 Siswa Lanjutkan Pendidikan di SMA Terbuka
Foto: Dok. Disdik Jabar
Jakarta -

Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah V Jawa Barat menghadirkan inovasi Sipinter (Sistem Pembelajaran Inovatif SMA Terbuka) dalam rangka mendorong Angka Partisipasi Kasar (APK). Diketahui, ada sekitar 3.400 siswa yang melanjutkan sekolah di 15 sekolah induk pada SMA Terbuka di Sukabumi, Jawa Barat.

Kepala KCD Wilayah V Jabar, Nonong Winarni menjelaskan Sipinter dibentuk untuk menyelesaikan persoalan pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk SMA Terbuka, khususnya di Kabupaten Sukabumi. Menurutnya, keberadaan SMA Terbuka di Kabupaten Sukabumi sangat signifikan jika dikaitkan dengan APK yang masih rendah apalagi APK Kabupaten Sukabumi berada di urutan ke-25 dari 27 kota/kabupaten di Jawa Barat.

"Ketika melihat geografis yang begitu bertebaran, kalau sistem pembelajaran yang jarak jauh hanya mengandalkan internet, ini juga tidak bisa dilakukan serta-merta secara maksimal. Maka kami mendesain sebuah sistem pembelajaran yang dikembangkan di KCD V," kata Nonong dalam keterangan tertulis, Jumat (4/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merujuk kepada tugas pokok dan fungsi (tupoksi), ungkap Nonong, KCD harus memberikan pelayanan dan pengawasan untuk SMA/SMK dalam hal peningkatan akses pendidikan. Selain itu, KCD juga dituntut untuk meningkatkan mutu dan penguatan tata kelola pendidikan.

Ia menerangkan akses pendidikan erat kaitannya dengan angka partisipasi, termasuk di dalamnya APK. Hitungan APK biasanya merupakan usia sekolah, baik yang berada di pendidikan formal, maupun yang berada di pendidikan non-formal serta yang tidak bersekolah.

ADVERTISEMENT

Dari APK, penilaian selanjutnya biasanya mengarah ke rata-rata lama sekolah. Hal itu menjadi bagian tidak terpisahkan dari indeks pembangunan manusia (IPM), termasuk indikasi kinerja.

"Karena APK Kabupaten Sukabumi juga masih di bawah rata-rata Jabar artinya harus ada upaya meningkatkan aksesibilitas, bagaimana sekolah-sekolah, atau layanan pendidikan ini bisa dijangkau oleh peserta didik, salah satunya adalah dengan pembelajaran SMA Terbuka," ucapnya.

Nonong menilai persoalan geografis juga menjadi masalah rendahnya APK Kabupaten Sukabumi. Sebab jarak atau tempat tinggal peserta didik begitu jauh kepada layanan-layanan sekolah reguler. Keterbatasan ekonomi yang harus dihadapi para peserta didik untuk ke sekolah reguler membuat banyak di antara mereka lebih memilih tidak melanjutkan pendidikan dari SMP ke SMA/SMK.

"Kalau berangkat reguler tiap hari harus memerlukan biaya transportasi, juga karena faktor lainnya termasuk persoalan mindset soalnya," terangnya.

Adapun pengelolaan Sipinter di KCD Wilayah V meliputi pola layanan belajar di tempat kegiatan belajar (TKB); model pembelajaran inovatif; pengelolaan pembelajaran; pengelolaan sarana prasarana, media dan sumber pembelajaran; pengelolaan TKB; pengelolaan pengelola; guru kunjung dan guru pamong; dan pengelolaan pembiayaan.

Berdasarkan peraturan menteri pendidikan (Permendikbud) yang dilaksanakan di Jabar, SMA Terbuka bukanlah SMA reguler yang selama ini dikelola. Melainkan diselenggarakan oleh sekolah induk.

"Sekolah induk adalah sekolah reguler yang menyelenggarakan pendidikan SMA Terbuka. Jadi 15 sekolah ini adalah yang siap untuk menjadi induk SMA terbuka," jelas Nonong.

Oleh karena itu, pihaknya mengembangkan sistem pembelajaran terbuka yang pembelajarannya tidak dilakukan di sekolah induk. Sebab SMA Terbuka melaksanakan pembelajaran di TKB.

"Satu TKB ini bisa 20 siswa atau bisa 30 siswa. Ini akan sangat tergantung pada jumlah peserta didik. TKB inilah yang dimiliki oleh induk SMA terbuka," bebernya.

Bersambung ke halaman selanjutnya. Langsung klik

Menurutnya, TKB SMA Terbuka bisa memilih di madrasah, pesantren, SD, SMP, atau tempat lain yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar. Satu TKB nantinya dikelola oleh satu guru pamong.

"Siswanya adalah siswa usia sekolah, usia pendidikan menengah. Dia juga bisa sambil bekerja di pabrik, bisa juga membantu orang tua, dia juga mungkin bisa pesantren," tuturnya.

Soal waktu pembelajaran, menurut Nonong hal ini bergantung dengan sistem sekolah induk. Namun, pembelajaran tatap muka di KCD Wilayah V rata-rata dilakukan seminggu sekali dan pada hari libur.

"Karena sebagian besarnya peserta didik terbuka kita adalah para pekerja," katanya.

Apabila siswa SMA Terbuka tidak datang ke TKB, mereka tetap akan belajar lewat modul. Guru pamong nantinya akan membantu pembelajaran secara online yang biasanya dilakukan lewat Zoom Meeting.

"Kalau urusan ujian sama saja, tidak dibeda-bedakan. Artinya tetap ada ujian seperti siswa di sekolah induk. Di dalam modul itu memuat evaluasi, termasuk ijazahnya juga sama tidak ada SMA Terbuka, tapi nama SMA induknya. Ijazah yang diterima sesuai sekolah induk," jelasnya.

Ia pun menekankan fasilitas yang ada di sekolah induk juga harus dimanfaatkan oleh siswa di SMA Terbuka. Guru bina akan menjadwalkan pembelajaran tatap muka di sekolah induk untuk memanfaatkan fasilitas, seperti fasilitas olahraga, kesenian, dan juga laboratorium.

"Biasanya sebulan sekali itu siswa terbuka ditarik ke induk untuk mendapatkan kepentingan yang sama seperti sekolah reguler. Dan bisa memanfaatkan fasilitas sekolah induk," tandasnya.

Nonong menegaskan Sipinter dibentuk agar peserta didik lebih optimal dalam segala hal. Selain itu, siswa di SMA Terbuka juga bisa mengoptimalkan layanan pembelajaran yang diberikan oleh para guru.

"Dengan adanya SMA terbuka di Kabupaten Sukabumi bisa meningkatkan dan membantu mendorong angka partisipasi melanjutkan sekolah, juga APK Kabupaten Sukabumi, lebih jauhnya lagi akses pendidikan di Jawa Barat ini lebih bisa dijangkau dan dirasakan oleh warga masyarakat sekalipun dia berada di pelosok, tetapi layanan pendidikan bisa dinikmati oleh mereka," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(akd/ega)


Hide Ads