KTHU Unpas yang Gemar Mendulang Piala

KTHU Unpas yang Gemar Mendulang Piala

Cornelis Jonathan Sopamena - detikJabar
Jumat, 19 Agu 2022 02:10 WIB
KTHU, UMKM Unpas yang gemar mendulang prestasi.
KTHU, UKM Unpas yang gemar mendulang piala. (Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar)
Bandung -

Fakultas Teknik Universitas Pasundan (Unpas) punya salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) berprestasi, yaitu Kart Team Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) Unpas atau biasa disingkat KTHU. Puluhan piala kejuaraan gokar yang diraih jadi bukti prestasi mereka.

General Manager (GM) KTHU, Lukman Sholehudin menyebut KTHU hobi menyetor piala untuk Unpas.

"(Iya), UKM. Pertama kita awal berdiri tahun 2001, awal dibentuknya tuh. Dirintisnya dari angkatan '98. Awalnya kita pertama balap itu di Husein (Sastranegara), kemudian dulu pernah juga ke Surabaya. Awal kita juara umum tuh tahun 2006. Alhamdulillah, sampai sekarang bertahan. Ada beberapa tahun yang nggak juara, paling 2012 kalau nggak salah, 2017 juga nggak juara umum," ujar Lukman kepada detikJabar belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Event yang diikuti KTHU pun disematkan pada gokar. Misalnya tertulis 'ESHARK ROK CUP INDONESIA 2022' pada salah satu gokar. Lukman menyebut tulisan itu adalah nama kejuaraan yang tengah diikuti oleh tim KTHU.

"Itu tuh nama eventnya. Jadi (dalam) satu tahun atau satu musim itu ada enam seri. Balapnya di Sentul International Karting Circuit, yang sirkuit kecilnya," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Lukman, kompetisi yang diselenggarakan PT Eshark itu merupakan kasta tertinggi balapan gokar se-Indonesia. Selain untuk mahasiswa, Eshark Rok Cup ini juga memiliki berbagai kelas yang dibagi berdasarkan umur.

"Iya Eshark ini (kasta tertingginya). (Dari) yang paling rendah itu ada kelas cadet, junior, senior, master, trus ini yang shifter. Jadi satu event balap itu terdiri dari beberapa kelas itu. Beberapa kelas itu berdasarkan umur. Kalau kita kan karena mahasiswa jadi mainnya di kelas shifter 150 universitas sama di kelas yang shifter 150 nasional itu," ucap sang GM.

Tidak main-main, tim gokar Unpas itu menyabet tiga gelar sekaligus pada musim Eshark Rok Cup Indonesia 2021 lalu. Pada tahun ini, KTHU tengah memperjuangkan juara umum kelas universitas dan juara nasional di seri balapan terakhir.

"Tahun kemarin, alhamdulillah, kita dapat tiga juara umum sekaligus (yaitu) di kelas shifter 150 nasional, kelas shifter 150 universitas, sama juara umum tim terbaik. Untuk tahun ini juara umum tim kita poinnya di atas. Tapi kalau untuk di (kelas) universitas kita di peringkat tiga. Trus kalau di (kelas) nasional kita di peringkat dua, saat ini sedang (berusaha) merebut juara nasional yang penentuannya di race keenam," jelasnya.

KTHU, UMKM Unpas yang gemar mendulang prestasi.KTHU, UKM Unpas yang gemar mendulang prestasi. Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar

Kota Bandung sendiri ternyata menyumbang cukup banyak talenta untuk berpartisipasi di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) gokar ini. Beberapa kampus lain yang turut berlomba selain Unpas adalah UPI, Itenas, ITB, dan Polban.

Memiliki total tiga pembalap yang berpartisipasi, Lukman menyebut Unpas turut memberi bantuan dan memfasilitasi KTHU. Namun, tetap ada beberapa bagian yang menggunakan dana pribadi.

"Iya, untuk mesin sama sasis itu difasilitasi dari kampus. Cuman, sebagian juga ada yang support dari kita pribadi. Ini yang lagi balap Wildan sama Rifqy yang lagi di kelas shifter universitas. Kita total ada tiga pembalap, di kelas nasional shifter ada Imam," ucap Lukman.

Untungnya, para tim yang berpartisipasi dalam Eshark Rok Cup diperbolehkan menggunakan mobil yang sama setiap tahunnya. Sebab, Kejurnas tersebut hanya mewajibkan sasis dengan tahun pembuatan 2004. Alhasil, dana yang dikeluarkan dapat lebih ditekan.

Selain itu, balapan gokar di universitas ini juga wajib menggunakan mesin yang standar. Alhasil, setiap tim tinggal berusaha memaksimalkan pengaturan aerodinamika pada gokar masing-masing.

"Kalau gokar ini di kelas universitas itu mesinnya bener-bener harus standar. Jadi seperti pengapian itu nggak boleh diganti, karburator itu maksimal ukurannya harus 28. Jadi semua mesin sama di kelas universitas tuh, tinggal gimana kita setting sasisnya itu, biar bisa kenceng gokarnya," tutur mahasiswa semester akhir itu.

Agar mobil dapat melesat lebih cepat, Lukman menyebut pengendalian gokar merupakan hal yang paling penting. Lebih ke handling sih, settingan sasisnya itu lebih penting. Di gokar itu 70% sasis, 30% mesin," ujarnya.

Selain perebutan poin yang ketat, Lukman menyebut berbagai permasalahan yang tidak terduga menjadi tantangan terbesar KTHU. Permasalahan mesin dan tabrakan menjadi contoh tantangan yang harus siap dihadapi dalam sebuah seri balapan yang perlu melewati beberapa sesi seperti pemanasan, QTT, Heat, Prefinal, dan Final itu.

"Untuk saat ini paling perebutan poin, karena poin kita bener-bener tipis sama yang di atas kita itu. Sebelum seri kemarin itu kita masih di atas, tapi karena trouble mesin di kelas shifter 150 nasional, kita jadi nggak finis di Prefinal, makanya poinnya ketinggalan," ucap Lukman.

Kala terjadi masalah pada mesin, Lukman pun menyebut timnya harus bisa bergerak cepat untuk dapat mereparasi mesin tersebut. Namun, mereka juga selalu membawa satu mesin cadangan untuk mengantisipasi adanya mesin yang kerusakannya terlalu parah.

"Iya, pasti selalu sedia cadangan, mulai dari mesin, sparepart untuk rangkanya juga, trus sparepart buat mesinnya. Jadi kalau ada trouble di sirkuit, mau masuk final contohnya kayak kemarin, kita harus siap betulin dalam waktu singkat. Untuk di kelas shifter universitas kita bawa (cadangan) 1 mesin untuk 2 gokar," tuturnya.

Cerita Muhammad Rifqy

Salah satu pembalap KTHU di kelas Shifter 150 Universitas, Muhammad Rifqy Enha menyebut dirinya mengalami banyak perkembangan dalam satu musim kebelakang ini. Pasalnya, ini adalah tahun pertamanya menjadi pembalap.

"Yang kerasa sih banyak perkembangannya. Dari awalnya yang nggak bisa banget, ada perubahan makin kesini-kesini," kata Rifqy.

Sebelumnya, mahasiswa semester 5 itu belum pernah menjadi pembalap sama sekali. "Belum, baru ikutan balap-balapan tuh di sini. Musim sebelumnya juga saya jadi mekanik, kalau jadi pembalapnya baru musim ini," ujarnya.

Sebagai pembalap, ia merasa sangat ditantang secara emosi dan fisik. Pasalnya, ia harus berulang kali keluar-masuk trek di sesi yang berbeda dengan jumlah lap atau putaran yang berbeda pula. Menurut Rifqy, Final itu terdiri atas 16 lap, Prefinal 14 lap, Heat 8 lap, dan QTT itu dibebaskan.

"Nahan emosi sih sama fisik. (Terkadang) emosi di dalam trek itu sama pembalap lain. Biasanya per lap itu kurang lebih 53 detik," tutur pemuda 20 tahun itu.

Setelah merasakan pahit manisnya trek selama nyaris setahun, Rifqy menyadari betapa sulitnya menjadi sebuah pembalap. Apalagi ketika menahan G-force, sebuah satuan percepatan, yang sangat terasa di bagian leher.

"(Setelah jadi pembalap) Ngga nyangka gitu ternyata susah juga jadi pembalap, ngga gampang. Iya, salah satu fisik yang harus kuat itu, leher. Soalnya kan ada G-force. Nafas juga harus keatur banget," jelasnya.

Rifqy pun sempat merasakan crash atau tabrakan saat tengah beradu kecepatan dengan pengendara lain. Pada seri keempat itu, ia tidak dapat melintasi garis finis setelah gokarnya naik ke gokar pembalap lainnya.

"Pernah crash, di seri 4, nggak bisa finis. (Karena) nabrak, naik ke gokart orang. Kayak terbang aja gitu, kaget. Setelah itu sempat dipaksain maju, tapi ternyata di gokarnya ada trouble. Masuk pit juga nggak berhasil," kata Rifqy sembari tertawa ketika mengingat-ingat kejadian tersebut.

KTHU, UMKM Unpas yang gemar mendulang prestasi.KTHU, UKM Unpas yang gemar mendulang prestasi. Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar

Dirinya yang masuk ke KTHU karena tertarik dengan dunia otomotif merasa sangat bersyukur. Sebab, ia mendapat banyak pengalaman dan latihan dari pembalap-pembalap senior sebelumnya serta para mekaniknya.

"Memang suka otomotif kan, pas waktu itu ngeliat ada UKM otomotif gitu jadi tertarik. Kalau disini tuh dilatih sama pembalap-pembalap sebelumnya, sama dari mekanik-mekanik juga diajarin kayak ngambil racing line yang bener. Banyak ilmu-ilmunya dari senior lah," pungkasnya.

Saat percakapan antara tim KTHU dengan wartawan hampir usai, General Manager KTHU, Lukman menyebut mengikuti UKM ini juga dapat menjadi modal untuk balapan di tingkat yang lebih tinggi, termasuk Formula 1 (F1).

Tidak hanya itu, ia juga menasihati masyarakat untuk tidak melakukan balap liar di luar trek. Baginya, lebih baik menyalurkan bakat melalui ajang balap resmi seperti ini ketimbang balap liar di jalanan.

"Karena kan dasarnya pembalap F1 juga dari gokar dulu. Makanya dari gokar itu kita banyak belajar gitu. Jadi nggak cuman mesin kenceng, tapi kita harus bisa juga setting sasis. Makanya jadi modal utama buat jadi calon pembalap F1 tuh," ucap Lukman.

"Buat yang suka balap-balapan gitu daripada balapan di luar yang nggak resmi kan bahaya. Lebih baik yang suka balap gitu atau yang cita-citanya jadi pembalap F1 mending masuk UNPAS, masuk fakultas teknik, masuk (tim) gokart juga," ujarnya.



Hide Ads