Lulusan ITB Buat Desain Penjara yang Humanis dan Enggak Menyeramkan

Lulusan ITB Buat Desain Penjara yang Humanis dan Enggak Menyeramkan

Bima Bagaskara - detikJabar
Selasa, 26 Jul 2022 09:46 WIB
George Michael, lulusan arsitektur ITB merancang desain lapas yang tak seram dan tak kumuh
George Michael, lulusan arsitektur ITB merancang desain lapas yang tak seram dan tak kumuh (Foto: istimewa)
Bandung -

Menyeramkan dan kumuh. Mungkin itu kesan orang ketika mendengar nama penjara atau lembaga permasyarakatan. Itu karena penjara menjadi tempat untuk menampung orang-orang yang dihukum karena melakukan tindak pidana kriminal.

Namun, kesan menyeramkan dan kotor pada penjara bisa saja hilang jika penjara dibangun menggunakan desain arsitektur yang humanis, layaknya desain yang dibuat oleh George Michael, lulusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ya, George membuat sebuah rancangan desain arsitek penjara yang mengedepankan sisi humanis untuk menghilangkan kesan seram dan kumuh pada sebuah penjara. Desain itu ia buat sebagai tugas akhir (TA) dalam menyelesaikan studinya di ITB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

George yang merupakan mahasiswa Arsitektur ITB angkatan 2018 ini membuat penelitian bertajuk "Memanusiakan Warga Binaaan: Perancangan Lembaga Pemasyarakatan dengan Pendekatan Arsitektur Humanis".

Ide untuk mengkaji desain penjara dari sisi arsitekturalnya ini muncul dari keprihatinan pribadi George. Selama berkuliah di ITB, George pernah terlibat dalam salah satu kepanitian yang mencanangkan slogan "Memanusiakan Manusia".

ADVERTISEMENT

George Michael, lulusan arsitektur ITB merancang desain lapas yang tak seram dan tak kumuhGeorge Michael, lulusan arsitektur ITB merancang desain lapas yang tak seram dan tak kumuh Foto: istimewa

Dibantu dosen pembimbing, George mengeksplor gambaran dan informasi penjara via buku dan film. Ia juga sering berdiskusi dengan dosen terkait keamanan dan kebutuhan di sebuah penjara.

"Saat itu saya merasa, walaupun sudah sering mendengar slogan ini, tapi tetap saja tidak direalisasikan. Dari hal inilah saya terinspirasi untuk menerapkan prinsip yang sama, namun untuk aplikasi ke desain Lembaga Pemasyarakatan (penjara)," kata George dalam keterangan yang diterima detikJabar, Selasa (26/7/2022).

Sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil kasus rancangan penjara, George sempat ingin membuat rancangan desain pusat rehabilitasi narkoba hingga rehabilitasi ODGJ.

Ia kemudian memutuskan untuk memilih desain penjara sebagai tugas akhirnya karena melihat topik tersebut yang belum banyak dibahas dalam diskursus arsitektur.

"Namun, saya akhirnya memutuskan untuk ambil topik ini karena menarik dan jarang dibahas dalam diskursus arsitektur," ungkapnya.

George menjelaskan, pembinaan institusi kemasyarakatan seperti penjara ini selain harus berdiri dengan aturan dan kebijakan hukum sebagai pilar utamanya, juga harus disokong dari aspek desain. Apabila kedua unsur ini dijalankan bersama, maka program pembinaan masyarakat akan mampu dioptimalkan.

Ia mengatakan jika dengan rancangan desain arsitektur penjara yang humanis tersebut, diharapkan kedepannya dapat mengubah mindset masyarakat terhadap seorang narapidana.

"Narapidana di penjara harusnya dapat dibina dan diberikan pelatihan agar mereka siap ketika kembali ke masyarakat," ujar George.

Setelah lulus dengan status cumlaude, George masih akan tetap berkiprah di prodi Arsitektur ITB setidaknya 1 tahun lagi untuk menyelesaikan studi magisternya. Ia akan ikut serta dalam program Pembinaan Program Studi Magister (PPSM atau Fast-Track) yang disediakan oleh ITB.

(bba/yum)


Hide Ads