Jalan Sunyi Kopi Karawang hingga Jadi yang Terbaik di Jabar

Jalan Sunyi Kopi Karawang hingga Jadi yang Terbaik di Jabar

Yuda Febrian Silitonga - detikJabar
Jumat, 17 Jun 2022 07:30 WIB
Tanu Wijaya, pengolah biji kopi Karawang sehingga menjadi yang terbaik di Jabar
Tanu Wijaya, pengolah biji kopi Karawang sehingga menjadi yang terbaik di Jabar (Foto: Yuda Febrian Silitonga/detikJabar)
Bandung -

Tangan dingin Tanu Wijaya mengantarkan kopi Karawang menjadi kopi jenis robusta terbaik se-Jawa Barat. Pria berusia 38 tahun itu pun menceritakan bagaimana ia menginisiasi kopi dari Karawang dalam kontes kopi terbaik yang digelar Pemprov Jabar.

Pemilik roastery Kedai Depan Rumah itu mengisahkan, selama ini kopi Karawang jarang dilirik dengan serius. Padahal, kopi dari daerah tersebut memiliki potensi yang tinggi.

Tanu Wijaya, pengolah biji kopi Karawang sehingga menjadi yang terbaik di JabarTanu Wijaya, pengolah biji kopi Karawang sehingga menjadi yang terbaik di Jabar Foto: Yuda Febrian Silitonga/detikJabar

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun kemudian berinisiatif untuk melakukan sortir kopi jenis robusta yang ia dapatkan secara mandiri dari para petani. Jauh sebelum Pemprov Jabar melakukan pencarian biji kopi untuk dipamerkan di ajang World of Coffee di Milan pada 23-25 Juni mendatang.

"Jauh sebelum adanya pembukaan seleksi kopi di Jawa Barat untuk acara World of Coffee di Milan pada 23 sampai dengan 25 Juni 2022 saya sudah sering menggunakan kopi robusta Karawang, dan saya pikir kopi Karawang ini bisa dikenal luas hingga saya secara mandiri mengolahnya menjadi kopi yang berkualitas," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Kemudian, dari proses yang cukup menguras tenaga dan pikiran, Tanu mengirimkan sampel kopi Karawang dan pada Selasa (7/6/2022) melalui laman Instagram resmi @petanimilenialjawabarat mengumumkan kopi robusta Karawang menjadi kopi robusta nomor satu di Jawa Barat dengan perolehan nilai tertinggi yakni 83,625.

Kopi dari Karawang yang diolah Tanu Wijaya, lebih unggul daripada kopi yang dikirimkan dari Sumedang, Ciamis, Bandung dan Bogor.

Dalam laman @petanimilenialjawabarat diterangkan juga bahwa ada 166 sampel kopi yang terdiri dari 130 arabika, 35 robusta dan 1 liberika yang sebelumnya lolos proses awal pengiriman sampel dari 11 kota dan kabupaten di Jawa Barat.

Kemudian, dari proses awal tersebut terseleksi 6 arabika, 3 robusta dan 1 liberika untuk nantinya dipamerkan di World Of Coffe di Milan.

Proses Penyortiran Hingga Berjam-jam

Sebelum mengirim sampel Tanu menjelaskan tahapan awal menyortir biji kopi yang didapatkan dari petani kopi di Sanggabuana.

"Jadi saya pesan ke petani di Sanggabuana biji kopi robusta yang diproses oleh petaninya secara natural fermentasi," ujarnya.

Setelah itu, ia lalu menyortir biji kopi tersebut dan mengakui menghabiskan waktu 2 hari untuk mendapatkan 1 kilo kopi Karawang yang berkualitas.

"Saya habis waktu kurang lebih 2 hari secara manual menyortir green bean robusta Karawang, lalu dikirimkan sampelnya," ujarnya.

Kopi Karawang Dikenal Dalam Kesunyian

Meski menjadi nomor satu di Jawa Barat, Tanu mengakui perhatian pemerintah setempat soal kopi Karawang ini masih sebelah mata.

"Jujur Kang, saya mengirim sampel itu saya duga pemerintah pun ikut mengikutinya, namun ternyata hanya saya seorang yang mengirim sampel, dan bagi saya hal ini begitu miris, kopi Karawang hanya dikenal dalam kesunyian para penikmatnya," katanya.

"Bahkan hal ini seolah seperti hal yang biasa saja, meski saya jujur tidak ada kepentingan untuk meraup keuntungan dari seleksi ini, karena maksud saya untuk mengikuti ini, hanya ingin tahu seberapa bernilainya kopi Karawang bagi petani dan warganya," ucap pria asal Lampung ini.

Tanu Wijaya, pengolah biji kopi Karawang sehingga menjadi yang terbaik di JabarTanu Wijaya, pengolah biji kopi Karawang sehingga menjadi yang terbaik di Jabar Foto: Yuda Febrian Silitonga/detikJabar

Setelah dinyatakan kopi Karawang lolos dan memiliki nilai tertinggi, ia diminta panitia untuk menyiapkan kurang lebih 5 kilogram untuk nantinya dibawa ke Milan.

Namun sayangnya, ia memutuskan tidak mengirimkan kopi Karawang tersebut, karena yang dia miliki kini tinggal tersisa 500 gram. Dari hal itu, ia lalu memutuskan tidak mengirim sampel kopi Karawang ke panitia.

Tanu Wijaya, pengolah biji kopi Karawang sehingga menjadi yang terbaik di JabarTanu Wijaya, pengolah biji kopi Karawang sehingga menjadi yang terbaik di Jabar Foto: Yuda Febrian Silitonga/detikJabar

"Setidaknya saya sudah berusaha untuk bisa menunjukan ke penikmat kopi bahwa kopi Karawang itu berkualitas baik kalau memang diperlakukan secara baik, soal lolos ke Milan bagi saya tidak terlalu menjadi poin penting, yang pasti kopi robusta Karawang bisa menjadi nomor satu di Jawa Barat, dan itu hasil dari penilaian tim ahli kopi Jawa Barat," ujarnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads