Namun bagi pria asal Rancaekek, Kabupaten Bandung, Pandi Mulyana (38) sampah bisa dijadikan sesuatu karya yang lebih indah. Sampah yang digunakannya berkarya adalah diapers atau popok sekali pakai.
![]() |
Menurutnya diapers tersebut sesuatu peluang untuk digunakan sebuah karya kreatif dengan membuat vas bunga, lukisan, replika bonsai, hingga aquarium. Siapa sangka pembuatan karya tersebut dimulai berawal ketika ada warga yang membuang sampah di dekat rumahnya pada tahun 2018 silam.
"Jadi ini terinspirasi dari jalan Walini yang tahun 2018 ada penumpukan sampah yang luar biasa, yang mungkin sulit untuk di habiskan. Saya berpikir gimana caranya sampah tersebut bisa hilang, tapi saya tidak mau apabila sampah itu hanya diangkut oleh mobil sampah, karena kalau dipindahkan dengan truk sampah itu bukan solusi tapi hanya memindahkan masalah," ujar Pandi saat ditemui di kediamannya di Kampung Babakan Asta, RT 02 RW 11, Desa Rancaekek Wetan, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Selasa (24/5/2022).
"Di daerah kita bisa bersih, sampah tersebut pindah ke daerah orang lain. Saya berinisiatif bagaimana sampah pampers ini harus menjadi sebuah karya yang sangat indah," tambahnya.
Ia menjelaskan sampah di jalan tersebut berasal dari selokan yang tersumbat dan adanya masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Karena itu masyarakat lainnya turut melakukan pembuangan di daerah tersebut.
"Dari masyarakat yang membuang sembarangan disana, karena pola pikir buanglah sampah pada tempatnya, mungkin menganggap bahwa jalan walini itu merupakan tempat sampah. Menurut saya sampah seperti magnet, karena ketika ada tumpukan sampah itu akan terus menjadi penambahan tumpukan sampah," jelasnya.
Pandi mengungkapkan satu tahun kemudian dirinya mendapatkan ilmu mengenai pemanfaatan diapers menjadi sebuah karya. Namun, kata dia, awalnya tidak mempercayai mengenai hal tersebut
"Pada awal 2019 ada dosen ITB memberitahu saya bahwa sampah pampers bisa dijadikan sebuah pot atau vas bunga. Saya juga awalnya terkejut kenapa harus sampah pampers padahal bahan lain juga banyak, namun beliau hanya memberikan informasi saja, terkait bagaimana membuatnya. Akhirnya dua hari saya tidak tidur untuk menemukan cara saya sendiri, alhasil saya pun bisa menciptakannya," jelasnya.
![]() |
Dia mengaku dalam proses pembuatannya sering berakhir dengan kegagalan. Namun, menurutnya, dari hal tersebut menjadi pecutan untuk membuatnya kembali hingga berhasil.
"Sempat karena saya tidak sabar dalam proses pembuatan tersebut, akhirnya saya pun gagal. Namun justru dari kegagalan itulah yang menghantarkan saya menjadi tau bagaimana cara membuatnya jadi berhasil. Setelah saya berhasil membuat pot akhirnya saya lanjut membuat replika bonsai seperti ini," ucapnya.
Pandi mengungkapkan banyak masyarakat luas yang menganggap diapers tersebut tidak ada gunanya. Namun, menurutnya, hal tersebut merupakan berlian yang tercecer.
"Lukisan dari ban mobil bekas juga saya membuatnya, ini saya ambil yang besarnya dijadikan pot yang serpihannya jadikan pigura untuk lukisan. Ornamen-ornamen dari barang pecah bekas seperti gelas bekas, piring pecah dan lainnya saya pun jadikan sebuah karya seni," tuturnya.
Dalam karyanya, Pandi selalu menggambarkan sesuatu mengenai alam dan unsur keindahannya. Menurutnya hal tersebut disebabkan dikarenakan adanya keresahan mengenai lingkungan.
"Jadi tidak tau kenapa setiap mau menggambar inspirasi yang saya dapatkan terkait mimpi keindahan alam, alam yang sehat, alam yang sejuk, bebas dari sampah, walaupun keadaan sebenarnya bisa jadi tidak seperti itu. Bahannya juga ada dari masker juga dan plastik juga," jelasnya.
Pihaknya mengungkapkan referensi karya-karyanya berasal dari seni Penjing. Dengan itu, kata dia, seni Penjing memiliki perpaduan alam dengan pohon mati.
"Saya pernah melihat referensi seni penjing, dimana seni penjing ini lebih tua dari seni bonsai, ketika bonsai dianggai lebih kuno ternyata penjing lebih kuno. Karena seni penjing itu ada perpaduan alam dengan pohon mati," ucapnya.
![]() |
Pandi menuturkan telah menghabiskan sebanyak satu ton diapers untuk karya-karyanya saat ini dari tahun 2019 silam. Kata dia, dalam pembuatan karyanya tersebut bisa menghabiskan satu harim
"Kalau dihitung-hitung kita dari 2019 sampai sekarang sudah lebih dari satu ton sampah diapers untuk pembuatan karya," kata Pandi
"Satu karya sendiri dalam segi waktu pembuatannya beragam, ada satu hari bisa juga lebih, tergantung pada cuaca karena yang paling lama adalah proses pengeringan kan medianya menggunakan semen. Pengeringan bisa dilakukan dua hingga tiga hari," tambahnya.
Dia menambahkan bagi yang ingin memiliki karyanya tersebut bisa datang ke kediamannya. Bahkan dirinya tidak mematok harga-harga bagi karyanya tersebut.
"Ya kalau mau, terus suka, yang silahkan. Saya lebih suka diibaratkan donasi, dari pada istilah membeli karyanya," pungkasnya.
(tey/tya)