Komunitas Folkart Space menjadi salah satu komunitas yang cukup intens dalam menggali warisan budaya di kawasan Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Seperti diketahui, kawasan Cikeruh menyimpan cukup banyak warisan budaya yang patut dilestarikan keberadaannya.
Sebut saja diantaranya, golok Cikeruhan, kerajinan senapan angin, Ketuk Tilu Cikeruhan dan lain sebagainya.
Komunitas Folkart Space sendiri berdiri pada tahun 2019 dengan anggotanya yang terdiri dari 12 orang. Diantaranya, Uus Kuswendi, Restu Borew, Taofik FS, M.Bachrudin (Bah Waas), Arief Joe, Ishalkey, Jaka Reborn, Gery, Anggi, Ridwan (Iwo) dan dua orang pembina, yakni Asep Ganjar Wiresna dan Yeki Wardiansyah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendiri komunitas Folkart Space Uus Kuswendi mengatakan, berdirinya Folkart Space berangkat dari rasa keprihatinannya atas kondisi kekayaan warisan seni dan budaya di kawasan Cikeruh yang kian luntur.
"Kondisi Budaya Cikeruhan saat ini sangat memprihatinkan karena dari mulai sejarah wilayah Cikeruh, warisan kesenian dan kebudayaannya, seperti warisan budaya bedog Cikeruh hampir tenggelam termakan zaman. Padahal dulu salah satunya dikenal sebagai kawasan para pandai besi namun sekarang jarang yang tahu bahkan peninggalan goloknya pun banyak yang di luar negeri," ungkap Uus kepada detikjabar, belum lama ini.
Melihat kondisi tersebut, sambung Uus, Folkart Space hadir dengan tujuan serta misi visi untuk membangkitkan kembali eksistensi Cikeruhan agar dapat bertahan serta tidak punah dimakan zaman.
"Karena kami sepakat kebudayaan dan kesenian itu bisa bertahan karena berjalannya pewaris kebudayaan dari generasi tua ke generasi muda. Generasi muda sangat penting bagi Indonesia di masa yang akan datang. Karena, tidak ada negara yang menjadi maju dengan meninggalkan nilai kebangsaannya, jati dirinya," paparnya.
Uus memaparkan kesenian dan kebudayaan menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena memiliki ikatan antara satu dengan lainnya. Kebudayaan di suatu daerah akan menghasilkan seni atau produk budaya yang menjadi ciri akan kekhasannya.
"Indonesia memiliki keragaman akan seni dan budayanya. Salah satunya di Kabupaten Sumedang yang kaya akan seni dan kebudayaannya, sehingga Sumedang dijuluki sebagai Puser Budaya Sunda, ini menjadi alasan semangat kami untuk terus berkomitmen dan terus menjaga eksistensi seni budaya khususnya di seni pertunjukan," paparnya.
Dikatakannya, perkembangan teknologi informasi kian hari begitu pesatnya. Sehingga, beragam media informasi pun bisa menjadi arus utama dalam mengangkat suatu kebudayaan.
Seiring dengan hal itu, kata Uus, maka dibutuhkan suatu inovasi dalam mengenalkan suatu kebudayaan di tengah gempuran pengaruh globalisasi.
"Konsep yang ditonjolkan Folkart Space adalah edukasi, sosial dan hiburan dimana tak hanya tentang pertunjukan saja tapi mengapa seni budaya tersebut dapat hidup di masyarakat dan menjadi suatu sarana ekonomi kreatif dalam kehidupan di masyarakat tersebut, karena suatu seni dan budaya punya alasan sendiri mengapa menjadi suatu yang penting dalam kehidupan," paparnya.
Uus memaparkan, Folkart Space sendiri mengemas seni pertunjukan menjadi sesuatu hal yang fresh, kekinian dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Dengan nama dan slogannya yang berbau kekinian, Folkart Space diharapkan dapat menjadi sarana media promosi dan publikasi dalam mengenalkan kembali ke generasi milenial.
Sehingga, sambung Uus, para pelaku seni budaya dituntut untuk mengekspresikan kreativitas dan inovasinya dalam balutan seni pertunjukan yang memiliki nilai, diperhatikan dan digemari oleh semua kalangan khususnya para milenial.
"Dalam kemasan pertunjukan ini tak hanya penampil saja yang menjadi peran utama tapi meliputi dari cerita di balik seni budaya yang terus hidup di masyarakat," terangnya.
Beragam kegiatan pun telah digelar pada tahun-tahun sebelumnya, seperti menggelar acara pertunjukan seni khusus Cikeruhan, membuat film dokumenter tentang Cikeruhan dan kegiatan lainnya.
Dengan jargon visinya "Bring Folk Art to The Next Level" (Menaikkan Kesenian Rakyat ke level Selanjutnya), Folkart Space berharap kebudayaan dan kesenian Cikeruhan dapat diperhitungkan dari segi konsep tampilan dan suguhan kebudayaan atau keseniannya.
"Semoga warisan budaya Cikeruhan dapat lebih hidup dari segala sisi atau bidang agar lebih menarik, atraktif, inovatif dengan memadukan konsep kekinian dan fresh serta bisa diterima berbagai kalangan generasi, khususnya milenial dan generasi selanjutnya," terangnya.
Angkat Seni Cikeruhan dan Golok Cikeruhan ke Permukaan
Intens dalam meneliti warisan budaya di Kawasan Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Folkart Space mendaftarkan seni Cikeruhan dan Bedog Cikeruh agar ditetapkan sebagai warisan budaya
Pendiri komunitas Folkart Space Uus Kuswendi mengatakan, pencarian data, observasi dan penelitian dilakukan setelah digelarnya acara diskusi dan pertunjukan seni pada 2020. Hasilnya, kata Uus, Folkart Space sepakat untuk mendaftarkan seni Cikeruhan dan golok Cikeruhan ke Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Sumedang.
"Kami menyarankan ke Dinas Kebudayaan Sumedang untuk Cikeruhan dan Bedog Cikeruh agar didaftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke Disparbud Jabar dan alhamdulillah di awal tahun 2022 dengan berdasar dari data dan fakta dan aspek lainnya untuk memenuhi persyaratan terdaftar di WBTB, Cikeruhan dan Bedog Cikeruh lolos dan terdaftar di WBTB Provinsi Jabar," paparnya.
Seperti diketahui, ada tiga warisan budaya Sumedang yang ditetapkan sebagai WBTB pada 2022 ini. Di antaranya seni Bangreng, golok Cikeruh, dan seni Cikeruhan.
"Kami Folkart Space di tahun 2022 ini ingin membuat sebuah buku dengan tema Cikeruhan, yang di dalamnya membahas tentang sejarah Cikeruh, keseniannya, produk kriyanya seperti bedog Cikeruh, senapan angin dan lainnya," pungkasnya.
(yum/bbn)