"Ini intinya modelnya sudah bagus, ini direplikasi. Kami yakin dengan model seperti ini bisa membangun sistem produksi pangan kita yang lebih efisien dan stabil. Sehingga, kita bisa mengatasi pangan kita," ujar Teten, Selasa (22/3/2022).
Pihaknya pun meyakini dengan adanya hal tersebut bisa menyejahterakan petani yang ada di sekitar. Sehingga, menjadi petani tak perlu dibayangi kesulitan hidup.
"Dengan model ini meyakini kesejahteraan petani akan meningkat. Jadi kita tidak khawatirkan lagi petani kecil atau perorangan itu bisa sejahtera dengan kita koporatisasi," ucapnya.
Teten menjelaskan, Pondok Pesantren Al Ittifaq merupakan ekosistem corporate farming modern berbasis koperasi. Kata dia, selain itu corporate farming berbasis petani kecil.
"Jadi persantren Al Ittifaq ini merupakan sebuah ekosistem corporate farming modern berbasis koperasi. Yang kedua corporate farming berbasis korporasi, tapi sebenarnya berbasis petani kecil atau rakyat yang bertanah sedikit yang sekarang sudah dalam satu ekosistem lewat persantren Al Ittifaq," katanya.
"Jadi mulai dari akses pasar, penggunaan teknologi produksi yang modern, dan pembiayaan," tambahnya.
Dia mengungkapkan, saat ini pihaknya telah memasok sayuran sekitar beberapa ton per harinya. Al Ittifaq juga menggandeng pesantren lain dalam memproduksi sayuran tersebut.
"Ini sudah jalan dan bukan peluncuran, sekarang kita sudah memasok sekitar 7 ton per hari dari kebutuhan 56 ton. Maka dari itu akan Al Ittifaq ini akan menggandeng Pesantren lain untuk memproduksi sayuran dan buah buahan baru masuk ke ritel modern. Model seperti ini yang akan kita kembangkan. Jadi ini berbasis pesantren," katanya.
Dia menambahkan, telah melakukan pengembangan korporatisasi petani di beberapa daerah. Dengan begitu, sejumlah daerah lainnya akan dikembangkan.
"Kita sudah mengembangkan model lainnya korporatisasi petani di Lampung hanya untuk skala 400 hektar koperasi ekpor pisang. Kita mulai lagi kembangkan akses di Aceh dan nanti di Jabar juga akan dikembangkan di Garut," pungkasnya.
Jangan Anggap Remeh Ekonomi Pesantren
Di tempat yang sama, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan apa yang dilakukan Pondok Pesantren Al Ittifaq membuktikan ekonomi pesantren telah berkembang. Ia pun menehaskan jangan anggap remeh ekonomi pesantren.
"Dengan kalian meliput Pesantren Al Ittifaq ini, tolong beritakan ke seluruh Nusantara bahwa jangan anggap remeh ekonomi pesantren," ujar pria yang kerap disapa Emil tersebut.
Emil menuturkan, Pondok Pesantren Al Ittifaq telah melakukan digitalisasi pertanian di lingkungan pesantren. Kata dia, penjualannya pun bisa sampai mancanegara.
"Ini adalah sudah kelas dunia, maka kerja samanya dengan Jepang maupun Belanda, teknologinya setara dengan meraka di dunia dan diselenggarakan bukan oleh korporasi besar, tapi Pesantren," tegasnya.
![]() |
Emil mengatakan, hal tersebut dilakukan atas intruksi Wakil Presiden Ma'ruf Amin beberapa tahun lalu. Bahkan, kata dia, sekitar 17 persen di Jawa Barat telah menggunakan sistem digital
"Jadi selama 3 tahun arahan Pak Wapres sudah kami laksanakan. Sehingga, pesantren-pesantren yang punya bisnis itu sudah lebih dari 3 ribu dan 17 persen sudah menggunakan sistem digital," katanya.
Emil menuturkan saat ini petani di Jawa Barat beberapanya telah menggunakan internet. Kata dia, salah satunya adalah Al Ittifaq.
"Karena itu proses edukasi, Ngasih makan ikan pakai hp, ngasih makan ayam, nyiram tanaman, termasuk di al ittifaq juga begitu. Jadi semua sudah pakai Internet of things. Itulah masa depan pangan Jabar sesuai arahan Pak Wapres yang akan dikembangkan," jelasnya.
Dia menjelaskan nantinya pesantren lainnya akan dilakukan pembelajaran hingga difasilitasi oleh Pesantren Al Ittifaq.
"Kadang-kadang dari Pesantren di Jabar langsung ke pasar, itu banyak dinamika yang akhirnya merugikan. Mendingan bersatu di pintu ini biar nanti negosiasi di pasar, secara statistik itu. Dan Insyaallah seluruh pesantren diharapkan punya model bisnis mendekati yang ada di sini," pungkasnya. (ors/bbn)