Seperti yang dilakukan oleh para santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien yang berada di Kampung Babakantugu, Desa Sindangpanon, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta.
Di tengah badai Covid-19 ini, para santri asuhan Ustaz Agus Aliyudin itu berhasil mengembangkan budidaya melon jenis Inthanon (Gold Emerald) dengan menggunakan teknik green house modern. Mereka menanam melon pada lahan seluas 500 meter persegi.
"Awalnya ide pertanian ini muncul setelah melihat pondok pesantren Al-ittifaq Bandung yang sukses budidaya berbagai macam sayuran dan buah-buahan. Setelah itu kami diberikan kepercayaan, untuk ikut mengembangkan budidaya buah melon ini," ujar Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Ustad Agus Aliyudin saat ditemui di green house modern Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Rabu (16/03/2022).
Pria berusia 38 tahun itu mengatakan, budidaya melon ini mulai digeluti semenjak 2021 lalu. Inisiatif itu muncul sebagai upaya menggerakkan dan mengembangkan perekonomian di lingkungan pesantren.
Ponpes yang ia pimpin bekerja sama dan mendelegasikan sejumlah santri untuk mengikuti pelatihan budidaya buah melon di Pesantren Al Ittifaq. Hingga sekarang mendapat amanah untuk ikut mengembangkan.
"Awalnya ide pertanian ini muncul setelah melihat pondok pesantren Al-ittifaq Bandung yang sukses budidaya berbagai macam sayuran dan buah-buahan. Setelah itu kami diberikan kepercayaan, untuk ikut mengembangkan budidaya buah melon ini," katanya.
Ia menyebut, untuk permodalan ini berasal dari pinjaman Bank Indonesia, kemudian peran Pondok Pesantren Al-ittifaq sendiri yakni edukasi dan pemasaran hasil dari pertanian.
Dari luas lahan garapan yang ada, lanjut dia, pihaknya menanam sebanyak hampir 1000 pohon buah melon jenis Inathon dengan menggunakan sistem greenhouse.
"Saat panen dari 1.000 pohon melon ini menghasilkan 850 buah yang masuk kategori buah bagus dan manis atau standar. Kemudian yang masuk SOP Pondok Pesantren Al-ittifaq ada 650 buah. Karena kita bermitra, jadi buah yang masuk SOP Al-ittifaq kita jual ke sana. Lalu sisanya di jual ke masyarakat sekitar, santri dan wali santri," jelasnya.
Untuk harga melon ini, kata ustad Agus, dijual seharga Rp 35 ribu rupiah hingga Rp 40 ribu rupiah per 1 kepala.
"Per 1 kepala untuk melon ini kita jual Rp 35 ribu rupiah ke pondok pesantren Al-ittifaq. Nah untuk di jual ke masyarakat sekitar, santri dan wali santri sama juga kita jual segitu," ungkap ustaz Agus.
Ia berharap ke depan dapat mengembangkan budidaya melon tersebut dengan menambah luas lahan garapan untuk wahana pembelajaran para santri, dalam menunjang program kemandirian pesantren.
"Rencananya kalau yang ini sudah berhasil, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien akan menambah lagi luas lahan garapan budidaya buah melon ini," ucapnya.
Dengan diajarkannya ilmu pertanian ini, sambung Ustad Agus, pesantren bukan hanya berperan sebagai sarana pengembangan SDM bidang keagamaan, pesantren juga harus mampu mengembangkan potensi dalam upaya penguatan kemandirin ekonomi.
"Pesantren selain sebagai pusat pengembangan ilmu agama, juga harus menjadi pusat pengembangan ekonomi sekaligus berperan sebagai motor pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. Ini juga sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan santripreuneur yang digaungkan pemerintah. Jadi Santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Selin bisa mengaji dan pengetahuan agama, para santri juga bisa mengembangkan potensi usaha," pungkasnya.
(yum/tya)