Gerakan tersebut dinamai Gerakan Mengajar Desa, sesuai dengan namanya para relawan ditugaskan untuk mengabdi pada dunia pendidikan, mengajar anak-anak, terutama usia SD di pedesaan.
Pemuda kelahiran Cianjur, 15 Agustus 2000 ini awalnya prihatin dengan fakta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Cianjur yang menempati posisi terendah di Jawa Barat. Latar belakang keluarga pendidik pun membuat Gardian tegerak hatinya untuk membentuk gerakan untuk menggenjot sektor pendidikan.
Akhirnya, pada 2018 lalu mahasiswa di Universitas Diponegoro ini memulai Gerakan Mengajar Desa di Cianjur.
"Berangkatnya dari situ, IPM rendah dan salah satunya berkaitan dengan pendidikan. Kita konsern di sektor pendidikan, yang menjadi salah satu poin penting dalam peningkatan IPM," ujar Gardian pada detikJabar beberapa waktu lalu.
Dalam debut pertamanya, Gardian bersama beberapa temannya mulai memasuki sejumlah sekolah, menawarkan diri untuk membantu para guru mengajar anak-anak SD.
Menurut dia, penyebaran guru yang tidak merata membuat peran serta para pemuda dalam mengajar tersebut diperlukan. Pasalnya tenaga pengajar yang menjadi corong ilmu di pendidikan formal masih berpusat di wilayah perkotaan. Sedangkan di wilayah selatan atau pelosok, masih belum terfasilitasi dengan tenaga pengajar yang cukup.
"Bahkan dalam satu kasus, kami dapati di salah satu sekolah hanya ada beberapa guru. Akibatnya siswa hanya belajar dua atau tiga hari dalam seminggu. Ini sebelum pandemi temuannya," ucap dia.
"Makanya kami ingin mengabdikan diri untuk pendidikan, dengan turut serta membantu mengajar siswa, terutama di desa yang terpencil dan yang tenaga pengajarnya minim," tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, Gardian kemudian membuka pendaftaran bagi setiap generasi pemuda terutama mahasiswa yang ingin turut serta dalam mengajar para anak-anak di pelosok.
Hasilnya di luar ekspektasi, dalam tujuh hari pembukaan pendaftaran, sekitar 700 orang pendaftar dari 32 Kecamatan yang ada di Cianjur. "Ratusan relawan ini kemudian bergerak melakukan berbagai metode pengajaran yang sudah disiapkan. Hasilnya kami sebut sudah sangat baik, semangat anak-anak belajar naik, kepedulian masyarakat meningkat, dan perlahan kualitas pendidikan juga membaik," ungkapnya.
![]() |
Sukses di Cianjur, GMD melebarkan sayapnya ke tingkat Jawa Barat. Dengan dukungan dari pemerintah, pemuda di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat ikut bergerak dan mengabdi di dunia pendidikan, mengajar siswa-siswi dan pelosok.
Bahkan, saat ini Gerakan Mengajar Desa sudah lebih meluas. Relawan sudah terbentuk di seluruh provinsi di Indonesia.
"Kami bersyukur saat ini Gerakan Mengajar Desa telah tumbuh menjadi salah satu gerakan pendidikan terbesar di Indonesia dengan ribuan relawan yang tersebar di seluruh Provinsi se-Indonesia," ujar dia.
Menurut dia, para relawan tidak sekadar mengajar dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Mereka juga urunan untuk memberikan fasilitas pendidikan bagi siswa, mulai dari sarana-parasarana belajar di sekolah hingga buku pelajaran.
"Ini yang membuat kita semakin semangat. Mereka tidak hanya merelawan waktunya demi mengajar, tapi juga ikut sumbangsih dalam fasilitas pendidikan. Mereka dengan kesadaran sendiri urunan untuk membeli buku atau sarana pendidikan lainnya," kata dia.
Adapun relawan yang tergabung berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, budaya, agama dan lain sebagainya. Tujuan mereka hanya satu yaitu mengabdi untuk Indonesia.
"Kita semua satu tujuan, mengabdi untuk pendidikan. Agar pendidikan lebih baik, dengan peran serta semua pihak terutama kaum pemuda," tuturnya.
(tey/tya)