Rekening Dormant dan Jejak Prajurit Elite di Penculikan Kacab Bank

Kabar Nasional

Rekening Dormant dan Jejak Prajurit Elite di Penculikan Kacab Bank

Tim detikNews - detikJabar
Rabu, 17 Sep 2025 07:30 WIB
Mohamad Ilham Pradipta, Kepala Kantor Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank di Jakarta dibunuh dan jasadnya dibuang di Bekasi.
Foto: Mohamad Ilham Pradita, Kepala Kantor Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank di Jakarta dibunuh dan jasadnya dibuang di Bekasi. (dok. Istimewa)
Jakarta -

Kasus penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Bank, M Ilham Pradipta (37), menyingkap fakta mengejutkan, dua prajurit elite TNI AD Kopassus ikut terlibat. Mereka adalah Serka N dan Kopda FH.

Hal ini diungkapkan Danpomdam Jaya Kolonel CPM Donny Agus. Melansir detikNews, keduanya berasal dari satuan Kopassus.

"Mereka berasal dari Detasemen Markas Kopassus," ujar Donny, Selasa (16/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Donny memastikan keduanya kini sudah diproses hukum. Bahkan keduanya sudah ditahan.

ADVERTISEMENT

"Sudah menetapkan dua orang tersangka dan melakukan penahanan terhadap dua orang tersebut atas nama Serka N dan Kopda F," tuturnya.

Serka N: dari Perantara Jadi Pelaku Lapangan

Nama Serka N disebut sebagai penghubung utama. Ia menjadi perantara antara tersangka JP, yang merupakan bagian dari otak penculikan, dengan Kopda FH. N pula yang pertama kali menawarkan 'pekerjaan' itu kepada FH dengan imbalan uang.

Tidak berhenti sampai di sana, ia ikut memastikan FH terlibat dalam operasi. Saat penculikan berlangsung, N turun langsung, ikut memegangi tubuh Ilham agar tidak memberontak.

Bahkan, perannya semakin besar ketika ia mengambil alih kemudi mobil Fortuner yang membawa korban. Bersama JP, kendaraan itu diarahkan ke area persawahan di Bekasi, tempat Ilham yang sudah lemas akhirnya dibuang pada Rabu (20/8). Sehari kemudian, korban ditemukan tewas.

Kopda FH: Perekrut

Berbeda dengan Serka N, Kopda FH disebut sebagai perekrut sekaligus eksekutor operasional. Kolonel Donny mengungkapkan ada aliran uang Rp 95 juta untuk membiayai aksi penculikan.

FH mencarikan tim yang melaksanakan rencana. Pada hari kejadian, Rabu (20/8), FH memberi tahu lima orang penculik mengenai keberadaan Ilham. Setelah korban berhasil digiring masuk ke mobil, FH segera menghubungi JP. Pertemuan pun dilakukan, dan Ilham diserahkan ke otak penculikan tersebut.

Rekening Dormant Picu Aksi Sadis

Kasus ini bukan sekadar penculikan biasa. Polda Metro Jaya mengungkap motif di balik aksi tersebut.

"Motif para pelaku adalah para pelaku tersangka berencana melakukan pemindahan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan yang sudah dipersiapkan," ucap Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra.

Rekening dormant, atau rekening yang sudah lama tidak aktif, menjadi celah yang coba dimanfaatkan. Menurut Wira, tersangka C alias Ken memiliki sejumlah rekening seperti itu. Ia lalu menggandeng Dwi Hartono, seorang pengusaha sekaligus motivator, untuk mencari kepala cabang bank yang bisa diajak bekerja sama.

Meski Tim IT sudah disiapkan, namun, otoritas kepala cabang tetap diperlukan.

"Namun, untuk melaksanakan hal tersebut, diperlukan persetujuan atau otoritas kepala bank. Sehingga pelaku atas nama C alias K mengajak DH untuk mencari kepala cabang atau cabang pembantu yang bisa diajak bekerja sama dalam rangka pemindahan uang itu," tutur Wira.

Seiring berjalannya waktu, rencana berkembang. Pada 31 Juli 2025, C alias Ken bersama Dwi Hartono dan AAM bertemu membicarakan strategi. Ada dua opsi, pemaksaan dengan ancaman kekerasan lalu korban dilepaskan, atau pemaksaan yang berujung pada pembunuhan. Dalam komunikasi WhatsApp pada 12 Agustus, mereka sepakat memilih opsi pertama.

"Yaitu melakukan pemaksaan dengan kekerasan ataupun ancaman kekerasan. Setelah itu, korban dilepaskan," jelas Wira.

Dwi meminta JP mencarikan preman untuk membantu eksekusi, tanpa peduli apakah sipil atau aparat. Dari sinilah, ia dikenalkan kepada Serka N, yang kemudian menyeret Kopda FH masuk dalam lingkaran.

"Pelaku DH ini perannya adalah menghadiri pertemuan dengan saudara C alias K. Kemudian, pelaku DH menghubungi saudara JP untuk mencari tim penculik. Kemudian, yang berikutnya, menyiapkan tim yang bertugas untuk membuntuti korban," ujar Wira.

"Kemudian yang berikutnya lagi, saudara DH yang merencanakan penculikan terhadap korban. Lalu memberikan uang sebesar Rp 60 juta kepada JP untuk operasional daripada penculikan," imbuhnya.

Hingga kini, polisi telah mengamankan 15 tersangka sipil, termasuk Dwi Hartono. Selain itu, dua prajurit Kopassus, Serka N dan Kopda FH, juga resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditangani Pomdam Jaya. Polisi masih memburu satu tersangka lain berinisial EG.

Korban, Ilham Pradipta, ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Ia terikat lakban hitam di wajah, kaki, dan tangan, di semak-semak kawasan Serang Baru, Bekasi, Kamis (21/8).

Artikel ini sudah tayang di detikNews




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads