Diki Jaya (21), pemuda asal Kampung Wisata Katapang Condong, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi itu tinggal sebatang kara. Kala nyawanya terenggut di suatu malam, tak ada yang menyadarinya bahkan warga sekitar sekalipun.
Tiba-tiba, tubuhnya ditemukan di tepi Jalan Raya Palabuhanratu-Banten, Desa Pasir Baru, Kecamatan Cisolok hingga menggegerkan warga pada Minggu (29/9/2024) lalu.
Tubuh Diki kala itu sulit dikenali, sebab mayatnya sudah mengering. Sampai akhirnya, melalui serangkaian penyelidikan mengungkap bahwa Diki meninggal karena dibunuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi kemudian menelusuri sejumlah lokasi di Tempat Kejadian Perkara (TKP), termasuk jembatan kayu reot dan cekungan pasir yang menjadi titik penting dalam investigasi. Terungkap juga bisingnya musik dari warung dan karaoke di kawasan tersebut menjadi salah satu alasan mengapa peristiwa ini luput dari perhatian warga, meski lokasi pembunuhan hanya berjarak sekitar 50 meter dari area ramai.
Hasil penyelidikan polisi hingga olah TKP dan prarekontruksi, mengungkap bahwa Diki tewas dipinggir Pantai Citepus, atau tepatnya di Kampung wisata Katapang Condong, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Malam sebelum ajal menjemput Diki, ia diajak minum-minuman keras oleh salah satu pelaku. Setelah itu, Diki ditusuk oleh Nopal alias N (19) menggunakan pisau hingga bersimbah darah. Saat itu Diki sempat akan dikubur di pasir, namun akhirnya kembali digali dan dibuang ke tepi jalan Cisolok.
"Korban sempat diajak minum (miras) lalu ditusuk, ada keterangan sempat dibaringkan di bale-bale. Setelah itu tubuhnya sempat akan dikubur di pasir, namun niat itu diurungkan dan akhirnya korban dibawa melintasi jembatan kayu dan dinaikkan ke motor dan dibawa ke Cisolok," kata Kasat Reskrim AKP Ali Jupri, saat menjelaskan situasi TKP kepada Kapolres Sukabumi, AKBP Samian beberapa waktu lalu.
Tidak sampai di sana, setelah korban tidak berdaya di telungkupkan oleh pelaku dan kembali ditusuk sebanyak dua kali di punggung. "Motifnya adalah salah paham pada saat minum-minuman keras, secara bersama-sama," imbuh Samian.
Setelah gagal mengubur korban, para pelaku menggotong tubuh Diki untuk dibawa menggunakan motor. Mereka memilih jalur tersembunyi melalui jembatan kayu untuk menghindari keramaian di sekitar warung.
Salah seorang pelaku lainnya menunggu di jalan raya, sementara yang lain membopong tubuh korban melintasi jembatan tersebut. Tubuh Diki kemudian dibuang di tebing jalan di kawasan Cisolok.
Sampai akhirnya mayat Diki ditemukan kering dan membusuk di Desa Pasir Baru, Kecamatan Cisolok, pada Minggu (29/9). Lokasinya sekitar 4 hingga 5 meter di bawah bahu Jalan Raya Sukabumi-Banten, menempel pada Tembok Penahan Tebing (TPT).
Setelah beberapa waktu berselang, polisi menangkap Nopal alias N (19), Gilang Maulana alias GM (20), Juanda J (18) dan Erni E (49). Mereka diyakini terlibat dalam pembunuhan Diki. Diketahui, Noval dan Erni berstatus ibu dan anak.
Erni adalah pemilik warung kopi dan makanan ringan di kawasan Kampung Wisata Katapang Condong, Desa Citepus. Noval adalah pelaku utama yang menusuk Diki.
Saat itu, ada juga dua pelaku lain yang bersama Noval sempat mengubur jasad Diki di pesisir pantai. Erni yang melihat pun sebetulnya sempat mengingatkan jika mayat dikubur di pantai maka akan diketahui orang lain dan kepolisian.
"Pada saat pelaku utama setelah melakukan tindak pidana pembunuhan kemudian bersama tersangka GM dan juga J melakukan penguburan, kemudian datanglah tersangka E yang memberikan nasihat bahwasannya itu akan mudah diketahui oleh masyarakat dan akan mudah diketahui oleh pihak kepolisian, bahwa merekalah yang melakukan tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain, maka atas saran dari E tiga tersangka tersebut melakukan pengangkatan kembali," jelas Samian.
Saat itu para tersangka kemudian membawa jasad pelaku, kemudian dinaikan ke atas motor dan dibawa sejauh 15 kilometer ke arah Cisolok dekat perkebunan di pinggir jalan.
"Antara pelaku dan korban saling mengenal, ya kurang lebih satu tahun terakhir sudah berteman, sementara minuman keras yang mereka konsumsi didapatkan dari warung-warung sekitar tempat kejadian sehingga itulah yang memicu kesalahpahaman," pungkas Samian.
Sementara itu Erni mengaku tidak tahu saat korban dibunuh. Erni saat itu melihat putranya dan dua pelaku lain. Tiba-tiba ia kaget melihat gundukan. Erni kemudian bertanya dimana Diki berada.
"Saya enggak tahu (saat korban dibunuh), ibu mah cuma begini waktu mencari anak saya (Noval), saya suruh pulang, karena enggak pulang karena saya lagi sakit sampai nyari ke pantai. Sampai di pantai lihat dia (Gilang) panik, kayak yang panik," kata Erni.
"Ibu pas baliknya kaget ada gundukan pasir, tanya lagi si Gilang, kata ibu si Diki mana itu mah, si Diki yang dikubur. Saya menangis menjerit, awalnya enggak tahu kalau itu Diki, dengkul saya langsung lemas, namanya pulang dari rumah sakit. Saya suruh pindahin, hanya begitu aja setelah itu enggak tahu lagi," sambungnya.
Selepas itulah jasad Diki jaya diangkut pelaku menggunakan motor, jasad Diki kemudian dibuang di pinggir Jalan Raya Sukabumi-Banten.
(sya/sud)