Nyawa Inas (45) melayang di tangan anaknya sendiri, Rahmat alias Herang (26). Inas saat itu ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan pada Selasa (14/5/2024).
Perilaku Herang terungkap dengan sendirinya, saat Pahrudin (32) warga Kampung Cilandak, Desa Sekarsari, Kecamatan Kalibunder, Kabupaten Sukabumi tiba-tiba didatangi pemuda itu. Pahrudin jadi orang pertama yang diberi tahu Herang, bahwa ia telah membunuh ibunya sendiri.
"Saya didatangi si pembunuhnya, dia bawa uang bilangnya begini, 'a tolong bunuh saya sudah membunuh ibu saya'. Ia sempat menyerahkan uang, disebut polisi jumlahnya Rp 330 ribu, kejadian kata si pelaku jam 5 kemarin sore. Dia datang jam 04.00 WIB," tutur Pahrudin, Rabu (15/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya enggak berani melihat, baik itu posisi korban, saya enggak melihat, ngeri. Sejak pelaku datang jam 04.00 WIB ke saya dulu, saya lapor ke warga minta tolong, ke RT dan saudaranya. Pelakunya Rahmat, anaknya sendiri," jelas Pahrudin.
Ucapan itu sontak bikin kaget warga. Ternyata Herang baru saja membunuh Inas (45) ibu kandungnya sendiri menggunakan garpu tanah. Terlebih saat itu dia mengenakan pakaian yang masih berlumuran darah usai menghabisi nyawa sang ibu.
Peristiwa itu baru diketahui Selasa (14/5) pagi, padahal Herang menghabisi nyawa ibunya pada Senin (13/5).
"Ketahuan tadi pagi sekitar jam 04.00 WIB, pembunuhannya dari kemarin jam 17.00 WIB, semalaman si pelaku itu melamun depan rumahnya. Tadi Subuh tiba-tiba dia memberikan uang ke tetangganya. Ditanya kenapa berlepotan darah, dia menjawab baru bunuh ibu, dia minta tolong untuk dibunuh," kata H Deris, tokoh masyarakat setempat kepada detikJabar.
Mendengar jawaban pelaku, warga tersebut bergegas mengecek ke dalam rumah. Saat itu ia kaget bukan main melihat pemandangan mengerikan. Tubuh Inas tergeletak di dalam kamar bersimbah darah.
"Ketika dilihat ternyata benar, warga yang mengecek pertama itu sampai kaget. Sampai akhirnya pagi-pagi rabul (ramai) warga. Dia (pelaku) saweuweungi ngahuleng (semalaman melamun). Kejadiannya sore, warga juga enggak ada yang tahu, hanya melihat pelaku melamun. Si mayatnya ada di dalam kamar, sekarang enggak boleh masuk, dari Polres kan mau turun," tuturnya.
Tak lama setelah kejadian pengakuan janggal tersebut, Herang pun dibekuk polisi. Dari proses penyelidikan, terungkap hal janggal saat pembunuhan tersebut.
Setelah membunuh sang ibunda, Herang sempat memilih tidur di kamarnya. Sampai kemudian saat pagi hari ia mendatangi rumah tetangganya dengan kondisi pakaian berlumuran darah.
"Korban setelah membunuh, tidur dulu di kamarnya bersebelahan dengan kamar ibunya yang sudah meninggal dunia, sekitar jam 5 pagi terbangun membawa uang Rp 300 ribu, dia bilang pak tolong bunuh saya ini ada uang tolong bunuh saya, saya telah membunuh ibu saya, pakaiannya berlumuran darah," kata Kasat Reskrim AKP Ali Jupri, Selasa (14/5/2024).
"Jasad tiba ke rumah sakit, kondisinya masih berpakaian penuh dengan darah. Jadi tadi kita lakukan pemeriksaan luar terlebih dahulu, kita temukan banyak luka terbuka terutama daerah wajah, leher kemudian ada di bahu dan lengan," kata Aida kepada detikJabar, Rabu (15/5/2024).
Sedangkan luka terbuka yang ada di tubuh Inas memiliki ciri mengarah pada kekerasan benda yang setengah tajam. Jumlah luka yang ditemukan diperkirakan lebih dari 10 kali. Dokter Forensik mengatakan dengan jumlah luka yang banyak maka korban dipastikan mengalami kekerasan lebih dari sekali.
"Jadi ada tepi yang tajam tapi dia tidak cukup untuk memotong, tidak setajam pisau misalnya," ujarnya.
"Kalau lukanya banyak tidak mungkin hanya satu kali apalagi lokasinya juga banyak di seluruh tubuh. Dominasi luka hampir sama saya rasa bagian tubuh kanan dan kiri, seluruh tubuh," imbuh dia.
Dari hasil autopsi tersebut, pihaknya mengambil kesimpulan penyebab kematian Inas dikarenakan luka terbuka di bagian leher. Luka tersebut menembus batang tenggorokan hingga korban kehabisan banyak darah dan menghembuskan napas terakhirnya.
Di lain sisi setelah beberapa hari proses interogasi, polisi masih kesulitan mengungkap motif Herang membunuh ibunya sendiri. Ada dugaan, masa lalu kelam Herang jadi mengganggu kejiwaannya.
"Iya ceritanya seperti itu, dulu katanya perkiraan tahun 1999 kurang lebih saat itu ramai-ramainya soal isu dukun santet, (ayah Herang) jadi kena tuduh santet," kata Awan Kurniawan, Kades Sekarsari kepada detikJabar, Rabu (15/5/2024).
Ayah Herang dulu pernah jadi korban fitnah hingga meninggal dunia di tangan massa. Awan kemudian menduga kondisi itu yang kemudian mempengaruhi kondisi mental Herang. Pengamatan detikJabar, saat melihat pelaku digiring polisi pada Selasa (14/5/2024) tatapan pria itu memang terlihat kosong.
"Dulunya itu, mungkin ini ya perkiraan atau dugaan saya mentalnya itu dia kan dewasa, mungkin dia dapat cerita itu dari orang-orang. Jadi sakapeung kitu sakapeung kieu, seuseuitan (Seperti orang bingung)," tutur Awan.
Soal siapa massa yang dimaksud, kemudian dari mana dan tepat waktu kejadian tersebut tidak ada yang mengetahui secara pasti. Namun cerita senada juga diungkap H Deris, tokoh masyarakat setempat.
"Anak itu dahulu orang tuanya juga dibunuh, oleh massa. Jadi kefitnah jadi tukang eta lah (dukun santet) jaman dulu, menurut keterangan begitu kalau saya kan dulu jarang di rumah. Anaknya polos, tidak pernah terlibat kasus kriminal atau terlibat narkoba," ujarnya.
Sejumlah video Herang saat berada di sel tahanan Polsek Kalibunder tersebar di media sosial dan aplikasi perpesanan. Adegan dalam video terlihat beberapa orang menanyai Herang soal aksinya. Tatapan pelaku lagi-lagi seolah kosong. Ia mengakui aksi kejinya namun saat ditanya alasan melakukan perbuatannya itu, ia terdiam.
Terkait hal tersebut, kepolisian pun bakal segera memeriksa kondisi kejiwaan Herang. Namun sejauh ini, polisi menduga Herang dalam keadaan tidak memiliki gangguan kejiwaan.
"Dia diam saat ditanya apakah menyesal, sepertinya ada keterlambatan dalam berpikir, kita akan panggil psikolog untuk mengecek kondisi kejiwaanya, tapi sejauh ini komunikasi masih bisa, ditanya dia menjawab" tuturnya.