*Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten kekerasan eksplisit yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan mempertimbangkan untuk meminta bantuan profesional.
Sebilah pisau dapur berukuran sedang yang biasa digunakan untuk memasak, jadi alat Tarsum (41) untuk memutilasi istrinya sendiri, Yanti (40). Pagi itu, Jumat (3/5/2024) sekitar pukul 07.30 WIB, warga Desa Cisontrol, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis dibuat geger saat Tarsum menaruh potongan demi potongan bagian tubuh Yanti di jalan kampungnya.
Ironisnya lagi, ia sampai hati menawarkan daging dari potongan tubuh istri tercintanya, yang ditenteng sembari berteriak menjualnya kepada tetangga. Sembari membawa baskom berisi daging, Tarsum berteriak 'peser daging si Yanti, peser daging si Yanti (beli daging si Yanti)' sembari dibawanya keliling.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yanti sendiri tewas dan dimutilasi Tarsum menjadi beberapa bagian, seperti kedua tangan dan kaki. Menurut Ketua RT setempat, Yoyo Tarya pembunuhan dan mutilasi itu terjadi saat Yanti hendak berangkat menghadiri pengajian di masjid.
Tiba-tiba, Tarsum memukul Yanti dengan balok kayu saat sedang berada di jalan kampung. Saat itu Tarsum kemudian mengambil pisau dan memutilasi Yanti di jalan.
Pisau dapur milik Tarsum memiliki gagang plastik warna merah dengan ujung runcing. Pisau itu nampak seperti pisau pada umumnya yang biasa digunakan ibu rumah tangga untuk memasak.
Meski berukuran kecil dan hanya pisau dapur, nyatanya Tarsum mampu memutilasi jasad istrinya hingga 5 bagian. Yakni dua kaki, dua tangan dan dada. Tarsum mampu melakukannya, sebab sehari-hari profesinya ialah bandar domba atau penjual daging kambing.
"Profesinya sehari-jari jual beli kambing. Dikatakan bangkrut tidak juga karena masih berjalan, kemarin masih bawa jualan domba," cerita Yoyo.
Namun memang, sejak tiga hari sebelumnya Tarsum menunjukkan gelagat aneh yakni melakukan upaya bunuh diri. Ia mencoba bunuh diri dengan membenturkan kening ke tembok. Tarsum juga sempat menitipkan anaknya ke RT dan tetangga.
"Pelaku sempat menitipkan anak katanya mau merantau ke Kalimantan. Pangdidikeun budak (tolong didik anak saya)," ucap Yoyo.
Setelah kejadian, Tarsum langsung diamankan polisi dengan dramatis. Tarsum kini ditahan di ruang tahanan isolasi Polres Ciamis, terpisah dari tahanan lain. Awalnya kondisinya labil dan sulit untuk dimintai keterangan oleh polisi.
"Sewaktu dilakukan pemeriksaan terhadap tersangka, begitu menjurus ke pembunuhan dan mutilasi dia langsung berhenti dan tidak mau berkata-kata bahkan reaktif," ujar Kasat Reskrim Polres Ciamis AKP Joko Prihatin, Senin (6/5/2024).
Joko menyebut kondisi Tarsum kini mulai stabil dan agak bisa diajak bicara. Kondisi Tarsum itu berbeda pada saat dibawa ke Mapolres Ciamis yang masih reaktif.
Polisi rencananya akan memeriksakan kondisi kejiwaan Tarsum hari ini Senin (6/5/2024). Rencananya dokter kejiwaan dari RSUD Ciamis akan didatangkan ke Polres Ciamis.
Namun sejauh ini, terungkap motif Tarsum nekat membunuh istrinya salah satunya karena faktor ekonomi keluarga. Hal itu didapat dari hasil pemeriksaan saksi-saksi serta saksi kunci yakni anak dari pelaku dan juga korban. Polisi telah memeriksa 7 saksi, dari keluarga, warga hingga petugas puskesmas.
Tekanan, ekonomi, utang dan usaha diduga menjadi latar belakang yang membebani pikiran Tarsum, hingga nekat menghabisi nyawa istrinya. Joko juga membenarkan Tarsum memiliki utang ke bank dan perorangan tapi bukan pinjaman online (pinjol).
Hal itu berdasarkan keterangan saksi termasuk anak korban. Diduga masalah hutang ini menjadi pemicu Tarsum membunuh istrinya.
"Bahwa pelaku mempunyai utang baik ke perorangan maupun pun ke bank Rp 100 juta lebih. Yang punya utang itu pelaku dan keluarganya. Namanya suami istri, kepala keluarga yang punya utang," kata Joko.
Utang itu diduga digunakan pelaku untuk menutupi utang sebelumnya. Mengingat usahanya jual beli domba bangkrut dan menyisakan utang.
Terkait dengan beredar kabar di medsos anak pelaku main judi online, polisi belum bisa menyimpulkan. Menurut kasat sampai saat ini tidak ada yang mengarah ke judi online. "Yang jelas terhimpit tekanan ekonomi," ungkapnya.
(aau/orb)