Pada 2017 silam, Bandung sempat dipusingkan dengan aksi seorang berandalan bernama Agun Saputra alias Tres (28). Sudah ratusan kali ia beraksi menjambret sasarannya, dengan menargetkan perempuan yang pulang atau kerja pada larut malam.
Tercatat, sudah 8 tahun Agun begitu licin dari kejaran polisi yang mengincarnya. Tak heran, dia kemudian mendapat julukan sebagai Raja Jambret, karena sudah melakukan aksi tersebut dari 2008-2017 dengan 200 tempat di wilayah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Perburuan terhadap Agun kemudian gencar dilakukan setelah terakhir kali aksi penjambretannya memakan korban. Kala itu, Selasa (20/6/2017) silam, seorang pria berinisial MAS (30) meninggal dunia akibat terjatuh dari motornya setelah Agun melancarkan aksi penjambretan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ceritanya bermula saat jarum jam di jalan kawasan Dago, Kota Bandung memasuki pukul 05.10 WIB. Sepasang suami-istri (Pasutri) yang baru menikah 6 bulan, MAS dan RH (27), kemudian melintas di sana selepas kembali dari rumah orang tuanya di Baleendah, Kabupaten Bandung.
Agun yang sudah mengintai, kemudian langsung melancarkan aksi penjambretan. Bermodal motor Honda Sonic rakitan dan dibantu kawannya bernama M Zamil (23), kedua penjambret ini kemudian merebut paksa tas pinggang yang sedang dibawa RH.
Mendapati istrinya dijambret, MAS mencoba mengejar. Tapi, Agun dan Jamil sejurus kemudian menendang sepeda motor yang dia kendarai. Korban langsung terjatuh dan pingsan beberapa menit setelah menabrak tiang listrik dan pohon, sementara RH membentur aspal.
RH langsung siuman setelah terjatuh dari motor yang ditumpanginya. Sementara suaminya, MAS, ambruk dan langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Nahasnya, nyawa MAS kemudian tak bisa diselamatkan. Kamis (22/6/2017), MAS dinyatakan meninggal dunia setelah mengalami luka memar akibat benturan dan diperburuk dengan adanya gumpalan darah di dalam perutnya.
Perburuan terhadap komplotan Agun akhirnya dilakukan. Hasilnya, pada 3 Juli 2017, Zamil diciduk di daerah Kabupaten Bandung yang diketahui sebagai eksekutor penjambretan. Timah panas pun diberikan karena dia sempat berusaha melawan ketika hendak diamankan.
Dari penangkapan Zamil, tempat persembunyian Agun akhirnya ditemukan. Rabu (9/8/2017) dia akhirnya ditangkap di rumah indekosnya di Banjaran.
Selama melancarkan aksi penjambretan, Agun bertindak sebagai joki komplotan ini. Bermodal sebagai pebalap jalanan, Agus begitu licin saat melancarkan aksi penjambretan.
"Dia latar belakangnya pembalap, sehingga dengan keahliannya menggunakan motor, kita berat melakukan proses pengejaran terhadap kelompok dia," kata Kasatreskrim Polrestabes Bandung saat itu AKBP M Yoris dalam keterangannya kepada detikX sebagaimana dikutip detikJabar, Minggu (14/4/2024).
Saat dihadirkan polisi dalam jumpa pers, Agun mengaku, menjadi penjambret bersama teman-temannya ketika bergabung dengan geng motor di Bandung sejak 2008. Namun ia sempat berhenti melakukan tindak kriminal sejak 2010 hingga 2016 karena bekerja sebagai bartender atau peracik minuman di sebuah kafe di Bandung.
"Mulai lagi 2017 awal sampai akhirnya sekarang ditangkap polisi," kata Agun.
Dalam aksinya, Agun tak pernah membawa senjata tajam. Ia hanya menggunakan tangan kosong dan mengandalkan keahliannya mengendarai sepeda motor. Berhasil atau tidak, pada prinsipnya ia lihai ketika harus melarikan diri.
"Kalau gagal, kita tinggalin. Kalau berhasil, langsung kabur. Dia ngejar, kita kabur saja. Saya tak pernah membawa senjata tajam," ucap Agun.
Target sasaran orang yang akan dijambret memang selalu perempuan, terutama para perempuan pekerja yang baru pulang dari sejumlah tempat hiburan malam. Kaum perempuan lebih mudah dijambret, apalagi pada waktu malam hari yang memang sepi.
Sebelum melakukan aksi, Agun biasanya menyurvei kawasan tempat target yang disasar. Ia mempelajari lalu lintas di Kota Bandung. Ia juga memperhatikan kapan waktu kemacetan lalu lintas, kondisi jalan, dan jam berapa suasana sepi.
Begitu juga jalan mana saja yang sering dilalui wanita yang bekerja pada malam hari itu. Aksinya selalu dilakukan pada pukul 02.00-03.00 WIB. Kawasan yang selalu menjadi target operasinya adalah Dago, Jalan Otista, Lengkong, BKR, dan Jalan Soekarno-Hatta.
"Saya berangkat dari rumah biasanya malam, pukul 23.00 WIB, keliling Bandung cari target sasaran. Korban condong ke wanita karena lebih mudah. Sistemnya, menarik paksa tas korban yang menonjol," ujarnya.
Baca juga: Tatapan Mata Dibayar Nyawa |
Selama dalam pelarian sejak namanya masuk DPO, Agun sempat bersembunyi di sejumlah tempat di Kabupaten Bandung, Garut, hingga Tasikmalaya, Jawa Barat. Namun akhirnya ia memutuskan pulang ke tempat kosnya di Banjaran. Alasannya, saat itu anaknya yang kedua akan merayakan ulang tahun. Karena itulah dia menyempatkan diri pulang. Tak tahunya ia malah ditangkap.
"Saya menyesali perbuatan saya. Kepada seluruh warga yang merasa dijambret saya atau pelaku lain, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Mudah-mudahan ini yang terakhir," pungkasnya.
Jabar X-Files merupakan rubrik khas detikJabar yang menyajikan beragam kejadian kriminal atau kejadian luar biasa yang pernah menyita perhatian publik.
(ral/mso)