Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Sukabumi, Ipda Sidik Zaelani mengatakan ia mendapat kabar dan mendatangi lokasi tidak lama setelah video tersebut viral sekitar pukul 19.00 WIB, Senin (4/12).
"Sekitar pukul 19.00 WIB, mendapat arahan dari Pak Kasat Reskrim video tersebut viral saya langsung melacak lokasi. Tiba di lokasi sempat menunggu kedatangan si bapaknya ini untuk kemudian kita klarifikasi," kata Sidik kepada detikJabar, Selasa (5/12/2023).
Sidik mengungkap pihaknya sempat lebih dahulu melakukan klarifikasi dengan Wawan, ayah kandung korban. Setelah mendapat sedikit informasi, Wawan kemudian dibawa ke Mapolres Sukabumi untuk diperiksa lebih jauh.
"Saya klarifikasi sebentar kemudian kita ajak ke kantor, sementara posisi korban memang sempat agak terhambat karena tidak ada di lokasi. Akhirnya tadi korban kita temukan kemudian kita klarifikasi, nanti hasilnya besok rencana akan kita rilis," ungkap Sidik.
Usai kejadian, korban memang sempat menghilang. Ia diketahui mengamankan diri di rumah salah seorang temannya masih di sekitar lokasi kejadian.
"Korban dia itu di rumah temannya di daerah situ juga. Korban sudah bicara, memang beberapakali terjadi (penganiayaan). Pembawaan bapaknya memang seperti itu, jadi kemarin pengakuan dipukul di bagian pipi sebelah kiri. Sudah kita visum," ungkap Sidik.
Warga Berharap Restorative Justice
Sementara itu, Redi Reswana tokoh pemuda setempat berharap kasus hukum ayah aniaya anak kandung tersebut bisa diselesaikan dengan damai. Pertimbangannya adalah, pelaku yang merupakan ayah kandung korban adalah tulang punggung keluarga.
"Keluarga Pak Wawan itu bukan lagi kurang mampu, tapi lebih dari kurang mampu, tulang punggung selama ini beliau. Dia mempunyai anak perempuan tiga, sekarang semuanya itu janda, yang kecil anaknya perempuan ada keterbelakangan mental, jadi semua dikeluarga itu dibebankan kepada bapaknya itu pak Wawan," beber Redi.
Redi juga menjelaskan keluarga tersebut tinggal satu rumah, semenjak istri Wawan meninggal anak hingga menantu tinggal di satu rumah.
"Beliau itu kerjaannya ke laut, jadi nelayan. Pertimbangan kami kalau misalkan pak Wawan di amankan, siapa yang akan menanggung beban biaya anak-anaknya sementara kondisimya seperti itu. Pada dasarnya itu konflik keluarga dan kalau bisa bisa di selesaikan secara musyawarah kekeluargaan;" pungkas Redi.
(sya/dir)