Rutinitas Meta Dwi Puji Lestari (17) pada Kamis (10/8/2023) pagi, berjalan seperti biasanya. Dia berangkat dari rumahnya di Desa Randobawailir, Kabupaten Kuningan menuju SMA Negeri 1 Mandirancan untuk bersekolah. Saat itu Meta diantar ayahnya dengan sepeda motor.
Sekitar pukul 07.00 WIB, Meta tiba di pintu gerbang sekolah. Dia langsung mencium tangan ayahnya dan bergegas untuk masuk ke ruang kelas, karena ada tugas pelajaran yang mesti dikerjakan. Namun sebelum beranjak, pandangan Meta agak terganggu dengan kehadiran pria berinisial R (22). Dia pun memberitahukan hal tersebut kepada ayahnya.
Kala itu ayahnya hanya bersikap biasa saja. Sebab, di lingkungan sekolah Meta dapat beraktivitas seperti pelajar umumnya. Akan tetapi, perasaan gelisah mulai hinggap dalam benak Meta. Pelajar itu khawatir nasib buruk akan menimpanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai pamit kepada ayahnya, Meta langsung masuk ke ruang kelas. Tugas pelajarannya juga dikerjakan. Meta pun siap untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMA Negeri 1 Mandirancan.
Tapi, Kamis pagi yang dilalui Meta seketika berubah menjadi mencekam. Niat hati untuk menimba ilmu, Meta justru dikejutkan dengan serangan benda tajam yang mengarah pada tubuh kanannya.
Ternyata ada orang menusuknya. Pelakunya adalah R, sosok pria yang sempat ia lihat sebelum masuk ke ruang kelas. Suasana saat itu begitu tragis. Sebab, R menusuk Meta sebanyak tiga kali dengan cara yang begitu sadis.
"Pelaku langsung masuk ke sekolah. Sebelumnya si Meta sempat melihat di depan saung dekat parkiran sekolah. Dia bilang, bapak itu ada (R) yang ngancam semalam. Kata bapaknya, udah enggak apa-apa ada security di dalam. Aman sekolah, udah terpantau. Dulu sudah laporan," kata ibu Meta, Een Juhaenah (48) kepada detikJabar, Sabtu (12/8/2023).
Gambaran mencekam di atas merupakan sekelumit cerita nahas yang menimpa Meta. Siswi SMA Negeri 1 Mandirancan itu menjadi korban penusukan. Ibu Meta, Een menyebut kondisi anaknya kini masih terbaring lemas karena menderita luka cukup fatal di bagian lengan kanan dan bahu. Bahkan Meta harus mendapatkan penanganan medis dengan total sembilan jahitan untuk menutup luka akibat tusukan benda tajam.
Een sangat menyayangkan insiden yang dialami putrinya. Apalagi aksi sadis R dilakukan di dalam lingkungan sekolah. Padahal, Een dan suaminya sudah melaporkan kepada pihak SMA Mandirancan kalau R merupakan sosok yang selama ini terus mengganggu Meta.
"Saya pertama enggak dikasih tahu, yang tahu orang-orang. Kondisi bapaknya sakit jantung jadi pelan-pelan kasih tahunya, kejadian pagi tahu jam 10. Kurang tahu, bapaknya pulang mungkin kejadian. Sekitar jam 7-an, dia lagi nulis tugas," ujar Een.
Disampaikan Een, hampir dua bulan lamanya Meta harus hidup dengan dihantui rasa takut. Usai menolak cinta dari R, Meta memblokir semua kontak ponsel maupun hubungan pertemanan sosial media dengan pelaku.
Tapi ironisnya, R selalu menebar teror dan ancaman. Tak hanya Meta, namun juga mengarah kepada teman dan keluarganya. Pelaku terus berupaya agar Meta mau membuka blokir. Puncaknya, R nekat menusuk Meta di lingkungan SMA Mandirancan.
"Awal mula kenalnya di hp lewat medsos. Karena ibu enggak paham hp, tau dari cerita dia. Terus gitu banyak telepon dan chatting, takut ganggu pelajaran. Disuruh sama saya sedikit-sedikit dijauhin, terus diblokir. Kan mau ujian. Setelah diblokir, pelaku mengancam. Banyak di hp, salah satunya mau bakar rumah. Pernah ngegerung knalpot motor jam 1 malam. Pernah ke sini, saya keluar semua. Ada apa di balik itu? Itu kan enggak wajar, kalau tetangga pada keluar nanti jadi masalah," tutur Een dengan raut wajah kesal.
Diungkapkan Een, kondisi mental Meta cukup terpukul usai insiden tersebut. Padahal sebentar lagi anaknya bakal menghadapi ujian sekolah.
"Anak saya pendiam orangnya. Lagi fokus belajar buat bisa dapat beasiswa. Karena dia ingin kuliah tanpa merepotkan orang tuanya. Sekarang kalau sudah gini gimana? Jadi mengganggu proses belajar dia," kata Een.
"Ya udah tau itu si R, orang Mandirancan. Ngontrak di Radobawailir. Tadinya enggak tahu dia dari mana. Saya enggak apal. Kurang apal dia juga. Ngakunya kerja Jakarta. Kondisi Meta masih nyeri, pusing dan badanya pada sakit. Lemes. Yang kena lengan kanan. Tiga kali ditusuk, enggak tahu pakai apaan. Enggak melihat. Parah, darahnya banyak," imbuh Een.
Pelaku Diringkus Polisi Tanpa Perlawanan
![]() |
Usai kejadian, Een sudah tahu kalau pelaku langsung diringkus oleh aparat kepolisian. Namun demikian, Een berharap agar R dihukum seberat-beratnya karena perbuatan nekatnya. "Kalau bisa mah jangan berkeliaran lagi, soalnya takut. Satu rumah ini diancam. Udah mau dibakar. Kenal gitu aja, pendekatan aja. Pelaku juga sempat ngancam teman-temannya. Suruh buka blokiran," harap Een.
Sementara itu terpisah, Kasat Reskrim Polres Kuningan, AKP Anggi Eko Prasetyo menjelaskan R yang kini sudah ditetapkan sebagai tersangka sedang berada di sel tahanan dan akan menjalani proses hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dari hasil pemeriksaan sementara, diketahui jika R menusuk korban memakai sebuah pisau lipat. Setelah melancarkan aksinya, ternyata R sempat melarikan diri. Namun tak butuh waktu lama, pada Kamis siang pihaknya langsung menangkap pelaku.
"Pelaku menggunakan pisau lipat, setelah melakukan penusukan, pelaku melarikan diri. Penusukan dilakukan di dalam kelas saat proses menjelang kegiatan belajar mengajar. Korban mendapatkan tiga kali tusukan, yang pertama mengalami luka sayat, kedua lecet, yang ketiga tidak kena," jelas Anggi.
Terkait motif pelaku yang tega menyerang korban di sekolah, Anggi menerangkan para penyidik masih melakukan pendalaman terkait hal tersebut.
Kendati begitu Anggi menjamin bakal mengusut tuntas kasus ini. "Untuk motif sejauh ini masih dilakukan pendalaman, mungkin salah satunya karena dendam," pungkasnya.