Kematian Andriana Yubelia Noven Cahya (18) hingga kini masih menyisakan tanda tanya. Pihak keluarga masih berusaha mencari secercah petunjuk untuk bisa mengungkap tabir tersebut meskipun dibayangi dengan ancaman dari sejumlah orang.
Ayah Noven, Yohanes Bosco Wijanarko mengatakan sudah beberapa kali mencoba mengumpulkan kepingan bukti kasus pembunuhan anaknya. Terakhir kali pada Maret 2023, ia sampai memberanikan diri untuk bersurat ke Presiden Joko Widodo, Menko Polhukam Mahfud MD, hingga Kapolri supaya kasus itu mendapat atensi.
Tapi sepertinya, takdir belum memihak kepada Yohanes. Terhitung 4 tahun sudah ia menunggu pihak kepolisian bisa mengungkap misteri pembunuhan anaknya yang diketahui berstatus sebagai siswi SMK Baranangsiang, Kota Bogor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yohanes juga kerap menemui jalan terjal ketika hendak mencari bukti pembunuh anaknya. Mulai dari adanya pesan berantai di lingkungan teman Noven yang menyebut akan terjadi pembunuhan. Tapi, pesan tersebut hingga sekarang belum juga menemui titik terang kapan dan siapa pengirimnya.
Kemudian, kecurigaan lain juga bermunculan. Yohanes dan keluarganya sempat mengalami intimidasi hingga peretasan yang membuat semua dokumen foto di ponsel miliknya hilang secara misterius.
"Ada yang intimidasi secara halus, ada juga yang tiba-tiba datang ke rumah, bilang tidak usah lagi unggah foto di status WA terkait kasus kematian Noven," tuturnya, Selasa (11/7/2023).
Upaya penghilangan bukti dan intimidasi dilakukan dengan cara meretas handphone miliknya, milik sang istri, dan kakak iparnya. Peretasan itu membuat dokumen foto di handphone hilang, mulai foto masa kecil Noven, foto kondisi jenazah setelah ditusuk, proses penyemayaman, hingga pemakaman.
Bukan hanya itu saja. Foto seorang terduga pelaku yang sempat disimpan di ponselnya juga tiba-tiba hilang begitu saja. Padahal, Yohanes merasa tidak pernah menghapus foto tersebut.
Selain itu, riwayat percakapan dengan beberapa orang terkait perkembangan kasus Noven juga hilang. Padahal menurutnya, percakapan itu hanya berisi tentang pemberian informasi perkembangan kasus pembunuhan Noven.
Yohanes lalu mengungkapkan sosok yang diduga peretas handphone-nya itu bahkan sempat datang ke rumah. Pria yang awalnya mengaku sebagai aparat itu mengungkapkan dirinya yang sudah meretas handphone, bahkan untuk melakukan hal itu pria misterius itu sampai pergi ke Singapura.
"Awalnya dia datang, kemudian ngobrol menanyakan soal kasus Noven. Kemudian menanyakan soal foto-foto Noven dan orang yang kami duga sebagai pelaku. Ketika kami sebut fotonya hilang karena diduga ada yang meretas, orang itu kemudian mengaku dialah yang meretas dibantu oleh seseorang di Singapura," kata dia.
"Saat ini kami tidak menanyakan lebih jauh, karena khawatir juga. Jadi alasannya dia meretas dan tujuannya apa kami tidak tahu. Tapi kemungkinan ada kaitannya agar kasus ini tidak terungkap dan pelakunya tidak tertangkap," tambahnya.
Yohanes mengaku dirinya tidak akan diam dan terus berupaya mencari bukti untuk mengungkap pembunuhan keji terhadap anaknya.
"Saya selalu saja mendapatkan jalan buntu, berulangkali tanya perkembangan ke pihak kepolisan satu itu juga jawabannya selalu sedang dalam penyelidikan. Tapi saya tidak akan berhenti, kalau perlu nyawa pun dipertaruhkan demi mengungkap siapa pembunuh anak saya," kata dia.
Sementara, Polresta Bogor Kota memastikan terus melakukan penyelidikan terkait kasus pembunuhan Andriana Yubelia Noven Cahya alias Noven (18), siswi SMK Baranangsiang, Kota Bogor. Sebanyak 5 saksi dari total 34 saksi yang diperiksa pada 2019 telah dimintai klarifikasi ulang untuk mengungkap pelaku.
"Terkait pemeriksaan terhadap 34 saksi yang telah diperiksa penyidik telah melakukan upaya. Antara lain 4 orang saksi yang beralamat di Kota Bogor telah dilakukan klarifikasi ulang. Melakukan pemeriksaan 1 orang saksi yang berdomisili di daerah Bekasi," kata Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota Kompol Rizka Fadhila dalam keterangannya.
"Terkait isi/materi (hasil pemeriksaan) tidak bisa kami sampaikan," tambahnya.
Rizka menyebutkan beberapa saksi yang diperiksa pada 2019, kini telah berpindah domisili, hingga harus ditelusuri kembali keberadaannya.
"Melakukan penelusuran terhadap 2 orang saksi karena saat di cek ke alamat ternyata sudah berpindah. Karena kejadian tahun 2019, maka dari ke 34 orang saksi yang telah dilakukan pemeriksaan telah berpindah domisili," kata Rizka.
"Beberapa saksi memang ada yang sudah pindah domisili, namun penyidik masih berupaya untuk tahap awal melakukan klarifikasi awal by phone, untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang," tambahnya.
Rizka menambahkan, belum ada saksi baru dalam penyelidikan kasus pembunuhan siswi SMK Baranangsiang, Kota Bogor, ini. Penyidik masih mendalami ulang 34 saksi yang sudah sempat diperiksa sejak 2019.
"Saat ini penyidik masih fokus pendalaman kepada 34 orang saksi yang telah dilakukan sebelumnya. Sampai saat ini belum ada penambahan saksi baru," kata Rizka.
"Terhadap keluarga korban, penyidik telah melakukan pemeriksaan terhadap ayah korban, ibu korban, dan paman korban," pungkasnya.