Kematian seorang bocah laki-laki kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Sukabumi, membetot perhatian publik. Pihak sekolah melalui Dinas Pendidikan pun akhirnya buka suara soal dugaan penganiayaan tersebut.
Pengawas Pembina Sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi Ahmad Yani menceritakan kronologi dugaan penganiayaan hingga menewaskan seorang anak berusia 9 tahun. Mulanya pihak sekolah merasa kaget karena tak mengetahui ada kejadian tersebut.
"Kami merasa kaget kemudian minta kejelasan di WhatsApp Group (WAG) sekolah dan telepon kepada semuanya apa yang sudah terjadi di sekolah sampai hari Rabu (17/5) bahwa sekolah tidak mendengar ada kejadian," kata Yani saat konferensi pers di sekolah wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Senin (22/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak sekolah baru mengetahui ada dugaan penganiayaan setelah nenek korban mengadu. Saat itu, sang nenek menyebut jika korban tidak dapat menghadiri pembelajaran karena harus mendapatkan perawatan di rumah sakit akibat dipukuli temannya.
"Ketika ada laporan dari neneknya mau dibawa ke rumah sakit pihak sekolah diwakili oleh guru kelas 2 atau wali kelasnya langsung mendampingi. Jadi kami ini saksikan bahwa pihak sekolah itu tidak mengabaikan tidak melalaikan tapi respect," ujarnya.
Para guru lantas berkumpul untuk memperjelas terkait dugaan penganiayaan yang menimpa MH (9). Namun hingga keesokan harinya atau Kamis (18/5) peristiwa dugaan penganiayaan itu masih belum menemukan titik terang.
"Hari Kamis (18/5) itu belum diketahui telah terjadi apakah penganiayaan atau pengeroyokan atau siswa ada yang berkelahi. Karena dalam hal ini Jumat (19/5) sekolah, hari Sabtu bisa disaksikan sekolah sempit, tentunya jumlah siswa banyak. Kalaupun siswa ada yang dipukul mungkin berteriak, nangis dan yang kedua ditindaklanjuti melapor kepada gurunya," tuturnya.
Pihak sekolah juga sudah memanggil keluarga korban untuk dimintai konfirmasi. Saat itu, kata dia, yang hadir ke sekolah adalah kakek-nenek dan paman korban.
"Mereka menjelaskan bahwa dipukuli A di jam istirahat. Pihak korban minta pertanggungjawaban pihak sekolah untuk mengambil tindakan. Kami menengok ke rumah sakit pukul 13.00 WIB, kondisi anak sangat mengkhawatirkan di pasang alat-alat dan tidak bisa ditanya," kata Yani.
"Jam 17.00 WIB dapat WA dari guru korban kritis. Kami langsung ke Rumah Sakit, kondisi anak dipasang alat karena mau ada tindakan observasi dari dokter. Jam 21.00 WIB kami pulang, kondisi anak tidur diberi obat penenang. Guru menginap, jadi tetap anak dikawal," sambungnya.
Kemudian pada Sabtu (20/5) sekira pukul 08.00 WIB, pihak sekolah mendapatkan kabar jika korban MH sudah meninggal dunia. Pihak sekolah pun hadir mengikuti proses menyalatkan dan memakamkan korban.
"Sore hari setelah pemakaman kami ke sekolah untuk membicarakan kejadian tersebut. Kami menguatkan kembali terkait musibah yang terjadi tapi belum mempunyai bukti di mana lokasi kejadian, jam berapa dan siapa pelaku yang sebenarnya," ucap Yani.
Dia menuturkan, jika kejadian dugaan penganiayaan itu terjadi di lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, pihaknya akan kooperatif dan menunggu hasil penyelidikan dari pihak berwajib.
"Kami memonitor, memantau apa yang hari ini sedang dilakukan oleh pihak yang berwajib tentunya kami siap berkoordinasi, dikonfirmasi dimintai keterangan bahwa karena kejadiannya di internal sekolah sehingga tentunya ada beberapa siswa yang dicurigai ataupun menjadi bahan pertimbangan," katanya.
"Kami senantiasa mengedepankan adil bahwa yang meninggal adalah putra kami maupun yang diduga pelaku adalah juga anak kami. Insya Allah dalam hal ini kami tidak gegabah dalam mempertimbangkan siapa yang ditunjuk orangnya maka pihak yang berwajiblah yang mungkin bisa menganalisa, menindaklanjuti temuan-temuan," tambahnya.
Sementara Kasi Humas Polres Sukabumi Kota Iptu Astuti Setyaningsih mengatakan, pihaknya tengah meminta keterangan dari empat orang siswa yang berinisial A. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan pendampingan dari orang tua dan P2TP2A. "Iya (4 anak inisial A diperiksa). Dimintai keterangan," ujarnya singkat.