Kopda Muslimin atau Kopda M diduga kuat telah menyusun skenario untuk membunuh sang istri, RW (34). Anggota TNI tersebut disinyalir menjadi dalang di balik kasus penembakan korban. Dia menyewa eksekutor untuk menghabisi nyawa istri.
RW sudah didampingi oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Korban kini masih dirawat di rumah sakit dan mendapat penjagaan ketat dari TNI-Polri.
Sekadar diketahui, tim gabungan TNI-Polri telah menangkap lima tersangka kasus penembakan istri Kopda Muslimin atau Kopda M di Semarang, Jawa Tengah. Lima tersangka yaitu Sugiono alias Babi (34), Ponco Aji Nugroho (26), Supriyono alias Sirun (45), Agus Santoso alias Gondrong (43), dan Dwi Sulistyono (37). Tim gabungan saat ini masih memburu Kopda Muslimin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana jahat Kopda Muslimin itu diungkap Kapolda Ahmad Lutfhi sebagaimana dikutip detikJabar dari detikJateng. Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, Kopda Muslimin disebut beberapa kali merencanakan membunuh istri.
"Bukti lain salah satu tersangka, karena suami yang belum tertangkap sudah melakukan kegiatan lain (perencanaan pembunuhan)," ujar Ahmad saat menyampaikan rilis kasus tersebut di Mapolda Jateng, Senin (25/7/2022).
Para tersangka kasus penembakan istri Kopda Muslimin saat dihadirkan di Mapolda Jateng, Senin (25/7/2022). (Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng) |
Menurutnya, siasat jahat Kolonel Muslimin itu sudah direncanakan jauh hari sebelum orang suruhan menembak korban pada Senin (18/7). Kopda Muslimin disebut pernah merencanakan untuk meracun dan menyantet RW.
"Jadi sebelumnya itu, satu bulan yang lalu keterangan saksi keterangan ya, belum kita cross check. Dia (Kopda Muslimin) sudah memerintahkan Babi (eksekutor penembakan) untuk meracun, yang kedua mencuri. Jadi pura-pura mencuri," kata Ahmad.
"Yang jelas targetnya itu istrinya mati. Kemudian yang ketiga, dia menggunakan santet. Tapi belum kita cross check pada suami (Kopda Muslimin), masih dalam pencarian," tutur dia menambahkan.
Hingga akhirnya Kopda Muslimin merencanakan penembakan dengan menyewa para pembunuh bayaran. Kopda Muslimin diketahui memerintahkan komplotan untuk membuntuti dan menembak sang istri.
Penyelidikan polisi mengungkapkan bahwa komplotan penembak itu diupah Rp 120 juta. Motif asmara yang memicu Kopda Muslimin berniat membunuh sang istri. Kopda Muslimin disebut-sebut memiliki pacar.
"Tapi perencanaan itu timbul di saat sebelum eksekusi dilakukan, sudah menyiapkan senjata kemudian rapat mematangkan. Kemudian melakukan pembuntutan itu bagian dalam proses pada saat hari H (hari pelaksanaan penembakan)," kata Ahmad.
(bbn/bbn)












































