3 ABG Keroyok Bocah SMP Cimahi Belum Dikeluarkan Sekolah, Ini Alasannya

3 ABG Keroyok Bocah SMP Cimahi Belum Dikeluarkan Sekolah, Ini Alasannya

Whisnu Pradana - detikJabar
Kamis, 19 Mei 2022 13:17 WIB
Ilustrasi pengeroyokan sejoli usai nobar
Ilustrasi (Foto: Dok.Detikcom).
Cimahi -

MAS (14), FA (14), dan MIZ (14), pelaku pengeroyokan tiga bocah SMP di Kota Cimahi yang videonya viral di media sosial beberapa hari lalu saat ini masih tercatat sebagai siswa SMP di tempat mereka menuntut ilmu.

Saat ini Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cimahi masih menunggu proses hukum terhadap tiga bocah berstatus Anak Berhadap dengan Hukum (ABH) sebelum mengambil keputusan mengeluarkan ketiganya dari sekolah.

"Kita ikuti proses hukumnya dulu jadi mereka statusnya belum dikeluarkan dari sekolah. Kami percayakan proses hukumnya ke APH," ungkap Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi Harjono saat dihubungi, Kamis (19/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihaknya saat ini fokus untuk mencarikan solusi agar hak belajar ketiga siswa SMP tersebut tetap bisa terpenuhi. Apalagi ketiga siswa tersebut akan menghadap ujian semester pada awal Juni mendatang.

"Mereka ini anak kelas 8, jadi harus dipikirkan karena awal Juni nanti ada ujian semester yang harus diikuti. Apapun yang terjadi hak belajar anak yang menjadi konsentrasi kami karena tetap harus dipenuhi," ucap Harjono.

ADVERTISEMENT

Pihaknya juga melakukan pendampingan terhadap korban maupun anak-anak lainnya yang ada di lokasi penganiayaan berlangsung dengan membina secara psikologis.

"Anak-anak lain yang kemarin ada di lokasi itu kan ada juga yang ikut nonton, nah mereka sudah dibina. Kami berikan juga sanksi edukatif sebagai program pembinaannya," kata Harjono.

Harjono menyebut kejadian pengeroyokan tersebut harus menjadi perhatian khusus agar tidak terulang. Salah satunya dengan menginstruksikan para kepala sekolah agar memberikan pembinaan rutin kepada para siswanya.

"Ini warning bagi kita untuk pencegahan. Mereka kemarin sudah dikumpulkan (pembinaan) nanti ada siraman rohani. Itu yang dilakukan di sekolah agar tidak terjadi hal serupa," pungkas Harjono.

(mso/mso)


Hide Ads