Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda, pembaca, merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Drama asmara Wiwin Sunengsih (31) dan Mulyadi (38) berujung tragis. Mulyadi membunuh Wiwin. Lalu, Mulyadi gantung diri di pohon petai.
Kisah asmara keduanya terungkap usai terjadinya tragedi berdarah di Desa Jayamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (8/5) siang. Menggunakan belati, Mulyadi menusuk dan menggorok leher mama muda itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Motif asmara menjadi pemicu dibalik aksi sadis Mulyadi. Wiwin tak mau diajak nikah oleh Mulyadi. Diketahui, Wiwin merupakan janda anak satu. Mulyadi berstatus duda.
"Motif dari pelaku melakukan ini patut diduga karena korban tidak mau diajak nikah oleh pelaku," ucap Kapolres Cimahi AKBP Imron Ermawan.
Cekcok keduanya tak terhindarkan. Hingga akhirnya Mulyadi menusuk tubuh Wiwin dengan pisau belati. Wiwin meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.
Adanya insiden tersebut membuat polisi membentuk tim khusus. Polisi bergerak memburu pelaku yang kabur usai menjalankan aksi nekatnya itu.
Beberapa hari dilakukan pencarian, batang hidung Mulyadi akhirnya ditemukan. Namun, Mulyadi tak bernyawa. Dia gantung diri di kebun di belakang kediaman orang tuanya.
"Jadi ditemukan dalam keadaan meninggal dunia," ucap Kabid Humas Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo kepada detikJabar, Kamis (12/5).
Mulyadi gantung diri di pohon petai setinggi tiga meter. Ditemukannya jasad Mulyadi ini bermula saat polisi mendengar suara histeris dari rumah orang tua pelaku.
"Akhirnya anggota bersama keluarga dan beberapa orang kampung melakukan pengecekan ke lokasi. Hasilnya ditemukan dalam keadaan gantung diri," ujar Ibrahim.
(dir/bbn)