Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi memonitor kondisi empat perempuan asal Sukabumi yang terjebak di lembah prostitusi Papua.
Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi Yani Jatnika Marwan sempat berdialog dengan empat korban yang satu di antaranya masih berstatus di bawah umur karena berusia 15 tahun. Yani menanyakan alasan keberangkatan mereka ke Papua. Iming-iming gaji besar hingga faktor ekonomi menjadi alasan kenapa mereka berangkat.
"Kami diiming-iming gaji besar, uang tip besar. Kami berangkat karena berharap ekonomi keluarga membaik, saya orang tua tunggal satu anak sekaligus tulang punggung keluarga karena ayah saya meninggal," kata salah seorang korban berusia 18 tahun, Selasa (1/3/2022) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yani lalu menanyakan kondisi bagaimana korban selama di Papua hingga berhasil pulang dijemput personel kepolisian. Selain korban, Yani juga meminta pihak keluarga untuk bercerita soal bagaimana korban bisa sampai berada di Papua.
Kepada awak media, Yani yang didampingi pihak P2TP2A Jawa Barat dan Camat Palabuhanratu Ali Iskandar mengaku tersentuh dengan kisah para korban. Namun, secara keseluruhan, Yani melihat seluruh penyintas tindak pidana perdagangan manusia tersebut dalam kondisi baik.
"Keadaan mereka sudah bagus tidak kelihatan traumatik dan sebagainya, kita bersyukur mereka bisa kembali lagi ke Kabupaten Sukabumi. Untuk cara bagaimana supaya merela tidak pergi lagi kesana atau kemanapun biar tidak tergoda, kita rehabilitasi kepada mereka agar mendapat pelatihan, pak camat juga akan berusaha untuk mencari solusi untuk mereka," kata Yani.
Selaku Ketua P2TP2A sekaligus Ketua TP PKK Kabupaten Sukabumi, Yani mengimbau perempuan Sukabumi untuk tidak tergoda dengan iming-iming penghasilan besar di luar daerah. Yani meminta perempuan Sukabumi untuk lebih dulu melakukan cek dan ricek setiap ada tawaran pekerjaan menggiurkan.
"Jangan percaya omongan manis tawaran pekerjaan yang enak dengan gaji besar tetapi di luar Jawa. Harus lebih hati-hati dan lebih menyadari apapun, bahwa apapun itu membutuhkan resiko, mereka melakukan itu ada resiko. Tentu ini harus dicerna berulangkali, harus benar-benar dipikirkan cek ricek jangan mudah terperdaya, tertipu dan jangan mudah percaya orang lain," ujarnya.
Sementara itu, Camat Palabuhanratu Ali Iskandar mengaku akan terus mendorong berbagai upaya agar korban tidak lagi terjebak persoalan serupa. Ia mengungkap tidak hanya persoalan ekonomi saja, namun juga trauma healing dan pendekatan secara keagamaan.
"Hari ini kami didatangi tim yang menyadarkan kita bahwa rasa rasanya tidak hanya berhenti dengan adanya bantuan yang dibawa barusan. Tapi yang terpenting adalah mempersiapkan mereka untuk bisa melanjutkan kehidupan mereka secara mandiri terlepas dari beban ekonomi. Tentu saja yang terpenting dibanding itu adal penguatan harga diri sebagai manusia yang harus dimuliakan," tuturnya.
"Oleh karenanya, kami akan menggiring pemangku agama untuk melakukan pendekatan keagamaan tidak hanya ceramah tapi berwirausaha ata setidaknya melanjutkan kehidupan pada posisi yang lebih bermartabat dengan kondisi yang ada sekarang," beber Ali.
Ali mengatakan, di antara korban memang memiliki latar belakang menekuni profesi hiburan malam. Hal ini menjadi tantangan pihaknya untuk memberikan solusi tepat bagaimana mereka bisa menekuni sesuatu yang lebih bermanfaat dan menjanjikan.
"Memang latar belakangnya berada di kawasan wisata yang sebelumnya sudah menekuni profesi di hiburan malam. Kemudian juga kita harus kuatkan yang bersangkutan berubah tidak kembali ke pekerjaan awal, tapi mencari jenis usaha lain yang lebih menjanjikan dan lebih terhormat," paparnya.
"Karena di kawasan wisata itu kan atraksi yang harus terlihat something to see, something to do, something to learn, something to buy. Itu kemudian menjadi faktor yang harus dilihat untuk memanfaatkan sumberdaya alam wisata tadi dengan penuh kebaikan," kata Ali.
"Nanti juga ada banyak pihak yang harus dilibatkan wisatanya. Kita ajak UMKM-nya, kita dorong dari pemberdayaan perempuannya, juga kita tarik dari MUI, BAZNAS. Pokoknya tidak hanya dipulangkan dan mengoreksi untuk tidak diulangi, tetapi yang terpenting diberikan solusi, solusi itu harus dengan intervensi, intervensi haid dengan pemberdayaan dipicu dipacu agar bisa menjadi manusia yang lebih terhormat," sambung dia.
(sya/orb)