Sejumlah Fakta 4 Wanita Sukabumi Terjebak Bisnis Esek-esek di Papua

Sejumlah Fakta 4 Wanita Sukabumi Terjebak Bisnis Esek-esek di Papua

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Sabtu, 19 Feb 2022 11:10 WIB
Polisi Kepolisian mengamankan pria inisial DR (37) yang diduga terlibat tindak pidana perdagangan manusia.
Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom
Sukabumi -

Empat wanita asal Kabupaten Sukabumi terjebak dalam bisnis prostitusi di Papua. Tiga pelaku diamankan polisi. Satu orang diamankan di Mapolres Sukabumi dan dua lainnya di Polres Paniai, Papua. Ketiganya ditetapkan sebagai tersangka.

Sederet fakta terungkap, mulai dari korban yang mengaku melapor kepada polisi namun tidak digubris hingga permintaan tolong melalui aplikasi perpesanan kepada detikcom. Korban yang awalnya mengira berhadapan dengan jalan buntu, akhirnya kini terbebas dari bisnis esek-esek di pedalaman Papua.

Pesan Singkat Permintaan Tolong

Kalimat permintaan tolong masuk melalui aplikasi perpesanan diterima detikcom, sekitar pukul 11.32 WIB pada Selasa (15/2).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya minta tolong, saya korban dan saya mau minta tolong karena sudah saya lapor di kepolisian sini laporan saya tidak ada yang gubris," kata salah seorang korban berusia 18 tahun, melalui aplikasi perpesanan kepada detikcom.

Detikcom kemudian memverifikasi pengirim pesan tersebut, saat itu korban juga memperkenalkan diri dan alamatnya di Kabupaten Sukabumi. Ia memberikan nomor kontak salah seorang kerabatnya di kampung halaman, ia juga mengaku mendapat nomor kontak detikcom dari salah seorang kenalannya di Sukabumi.

ADVERTISEMENT

Iming-iming Penghasilan Besar di Papua

Sederet pengakuan diungkap korban, ia mengaku tergiur dengan iming-iming penghasilan besar.

"Saya berangkat ke Papua bulan Oktober 2021, lupa tanggal tepatnya. Saya dijanjikan akan bekerja enak, ada tempat karaoke uang tip bisa sampai Rp 1 juta katanya paling kecil selebihnya bisa sampai Rp 7 juta," kata korban melalui sambungan telepon.

Korban dewasa ini berstatus ibu tunggal dari seorang anak, himpitan ekonomi dan sulitnya mencari pekerjaan membuatnya membulatkan tekad untuk berangkat bersama temannya dari satu kecamatan.

Ketika itu, korban mengaku ada seorang pria yang mengajak yang disebut bos untuk meyakinkan orang tua dari teman-teman korban.

"Yang bawa saya itu bawa bosnya, sampai dibawa ke orang tua temen saya namun ternyata kami ditipu omongannya enggak sesuai kenyataan," ujar korban.

Berada di Pedalaman Papua-Dieksploitasi Seksual

Ia kemudian menceritakan sempat dipekerjakan di sebuah tempat karaoke ia menyebut nama sebuah lokasi. Detikcom mengkonfirmasi tepatnya lokasi tersebut dan korban membenarkan lokasi yang ia sebut berada di salah satu kabupaten di Papua.

"Itu lokasi pertama saya tiba, karena posisi saya sekarang sudah dipindahkan. Saya pertama kerja namun tidak sesuai dengan iming-iming mereka, sempat melapor ke kepolisian namun saya malah dimarahin oleh bos saya katanya 6 bulan habis kontrak kamu pulang saya juga diminta untuk tidak lapor-lapor," lirih korban.

Ia juga menceritakan, seharusnya sekitar bulan April ia sudah bisa pulang. Namun entah kenapa ia malah dipindah ke lokasi lain oleh pemilik tempat hiburan itu. Ia pun mengirim titik peta melalui aplikasi perpesanan, dilihat detikcom lokasi itu berada di kabupaten yang berbeda dari lokasi yang pertama.

"Kami berempat dioper ke lokasi yang sekarang katanya ditebus sampai Rp 95 juta, kami juga disebut berhutang Rp 25 juta padahal yang saya tahu saya pinjam uang itu Rp 2 juta tapi sekarang jadi Rp 25 juta," ujar korban.

Selain menemani tamu yang datang, ia dan tiga temannya juga tidak kuasa menolak permintaan untuk melayani nafsu syahwat tamu-tamunya itu.

"Suka dimintai layani pria hidung belang, kalau menolak bisa marah bosnya kata nya kalau enggak begitu gimana mau lunasin utang," katanya.

Pernah Melapor Namun Tak Digubris

Mirisnya lagi, korban menceritakan upayanya untuk melapor ke kepolisian setempat. Sayangnya, usaha NA tersebut berakhir mengecewakan.

"Sudah pernah sudah dua kali (melapor ke polisi) tapi tak pernah di gubris," tuturnya.

Ia mengatakan ia juga sudah pernah melaporkan soal temannya yang berusia masih di bawah umur di Papua. Saat itu ada pemeriksaan soal pekerja di bawah umur oleh pihak berwenang.

"Di sini sempat ada pemeriksaan katanya yang di bawah umur harus dipulangin. Kita cerita kronologi kita pertama sampai disini, dia hanya bilang ia nanti saya urus tapi sampai sekarang enggak ada. Terakhir saya lapor itu dua minggu yang lalu," tuturnya.

KTP Dipalsukan

Salah seorang korban berusia dewasa, ibu satu anak berstatus orang tua tunggal. Korban sebut saja Melati (bukan nama sebenarnya) menyebut satu persatu temannya yang berangkat dari daerah asalnya di Sukabumi. Usia mereka ada yang masih belia, 15 tahun.

"Yang di bawah umur ini usianya 15 tahun, yang membawa saya dari kampung tetap ngotot harus dibawa ke sini (Papua). Dibuatin KTP dan KK palsu, tahun lahirnya diganti jadi 2004," tutur Melati.

Nyaris seluruh identitas mereka selama di Papua dikatakan Melati sengaja dipalsukan hanya nama mereka saja yang tidak dirubah. "Ada alamat yang bukan sebenarnya di atas KTP, saya juga kurang tahu maksudnya," imbuh dia.

Faktor Ekonomi di Balik Keberangkatan Korban

Faktor ekonomi melatari keberangkatan empat perempuan Sukabumi berangkat ke Papua. Alih-alih penghasilan melimpah, mereka malah terjerumus ke lembah prostitusi di Bumi Cendrawasih tersebut.

Salah seorang korban asal salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi mengungkap iming-iming penghasilan dengan tip besar di tanah Papua. Namun setibanya disana mereka malah dikirim ke pedalaman.

"Saya ibu satu anak, ayah saya meninggal dan saya satu-satunya harapan keluarga atau bisa dibilang tulang punggung keluarga. Di Sukabumi bukan tidak mau mencari pekerjaan, tapi lahan pekerjaan sulit," kata salah seorang korban berusia 18 tahun, sebut saja Melati (bukan nama sebenarnya), kepada detikcom, Rabu (16/2).

Keterangan Melati dibenarkan AS, pamannya di Sukabumi. AS mengungkap kondisi ekonomi keponakannya yang morat marit.

"Kalau diceritakan sedih, anak yatim kemudian menikah lalu ditinggal suami. Mau tidak mau akhirnya jadi tulang punggung keluarga, dia ke Papua karena niat mencari pekerjaan untuk menafkahi keluarganya" ujar AS.

AS berharap keponakannya segera dipulangkan. "Saya ingin keponakan saya bisa segera pulang, kami keluarga berharap bagaimana caranya dia bisa kumpul lagi dengan keluarga," pungkas dia.

Polisi Bergerak 1 Pelaku Ditangkap

Polisi menyelidiki adanya informasi 4 orang perempuan asal Sukabumi yang diduga menjadi korban perdagangan manusia di Papua. Sejumlah saksi diperiksa untuk mengusut kasus tersebut.

Kasat Reskrim Polres Sukabumi AKP I Putu Asti HS mengatakan pihaknya sudah memerintahkan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) untuk melakukan penyelidikan. Orang tua korban juga sudah dimintai keterangan.

"Sudah, kita selidiki begitu mendapat informasi tersebut anggota kita langsung bergerak dan keluarga korban sudah kita minta keterangan," kata Putu didampingi Kanit PPA Ipda Bayu Sunarti Agustina, Rabu (16/2/2022).

Tidak butuh waktu lama polisi menangkap satu pria berkaitan keberangkatan empat wanita asal Sukabumi ke Papua. Diketahui empat wanita tersebut terjebak aktivitas prostitusi.

Kabar diperoleh detikcom, pria itu diamankan pada Rabu (16/2) malam. Dia saat ini masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Sukabumi.

"Betul, seorang pria diduga terlibat dengan keberangkatan empat perempuan ke Papua sudah kita amankan. Saat ini yang bersangkutan masih menjalani pemeriksaan di Unit PPA Satreskrim Polres Sukabumi," kata Kasat Reskrim Polres Sukabumi AKP I Putu Asti HS didampingi Kanit PPA Iptu Bayu Sunarti Agustina, Kamis (17/2/2022).

4 Korban Dijual Rp 80 Juta

Kepolisian mengamankan pria inisial DR (37) yang diduga terlibat tindak pidana perdagangan manusia. DR diketahui bertugas merekrut empat wanita asal Kabupaten Sukabumi untuk kemudian dibawa ke Papua dan dieksploitasi secara seksual.
Kapolres Sukabumi AKBP Dedy Darmawansyah mengatakan, korban awalnya dijanjikan untuk bekerja di kafe di daerah Paniai, Papua. Namun setibanya di sana empat wanita tersebut malah dipaksa melayani nafsu birahi para tamunya.

"4 Warga Sukabumi yang dipekerjakan seksual di Papua, Paniai. Mereka dijanjikan kerja di kafe namun malah dipaksa melayani tamu. Mereka berangkat bulan Oktober 2021 ada 4 korban usia 24 tahun, 18 tahun dua orang dan 15 tahun," kata Dedy didampingi Kasat Reskrim Polres Sukabumi AKP I Putu Asti HS dan Kanit PPA Iptu Bayu Sunarti Agustina, Kamis (17/2/2022).

DR dijelaskan Dedy memiliki peranan mencari pekerja wanita yang mau bekerja di Paniai, dengan iming-iming gaji Rp 2 juta sampai Rp 7 juta untuk wanita yang mau bekerja.

"Dikatakan mereka akan dikontrak selama 6 bulan dan bisa pulang namun kenyataannya saat mereka minta pulang tidak diizinkan. Mereka dijemput oleh mami (pemilik kafe) inisial I dan akan dipekerjakan di kafenya. Namun karena kafe tidak ramai I ini menjual kembali ke HK seharga Rp 80 juta seorang total Rp 320 juta," ujar Dedy.

3 Orang Terlibat Perdagangan Manusia

Polisi mengamankan tiga orang pria yang diduga terlibat dalam kasus perdagangan empat wanita asal Sukabumi. Para korban dijerumsukan dalam bisnis prostitusi di Papua.

Hingga saat ini, sudah ada tiga orang yang diamankan polisi dalam kasus tersebut. Tiga orang itu diduga terlibat langsung dalam rentetan kejadian mulai dari perekrutan hingga penempatan empat orang korban di Papua.

"Tersangka kita amankan satu orang inisial DR, koordinasi dengan Polres Paniai diamankan 1 orang inisial I sebagai Mami dan HK pemilik cafe kita kordinasi dengan Polres Paniai," kata Kapolres Sukabumi AKBP Dedy Darmawansyah kepada awak media, Kamis (17/2/2022).

Polisi menyebut peranan DR sebagai perekrut 4 perempuan tersebut. Sementara I sengaja datang ke Sukabumi dari Papua bertugas menampung dan memberangkatkan para korban hingga ke tanah Papua dan HK sebagai pemilik Cafe.

"Mereka ditampung, mami dari Papua datang lalu memberangkatkan. Untuk tersangka DR penyakuannya hanya dapat Rp 1 juta untuk satu orang sehingga total Rp 4 juta," ujar Dedy.




(sya/ern)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads