Bandung - Sungai Kriyan dan Situs Lawang Sanga di Kota Cirebon menyimpan mitos tentang keberadaan buaya putih. Menurut cerita masyarakat, buaya itu merupakan jelmaan.
d'Comic
Legenda Buaya Putih Jelmaan Anak Sultan Penunggu Sungai Cirebon

Sungai Kriyan dan Situs Lawang Sanga di Kota Cirebon menyimpan mitos tentang keberadaan buaya putih. Menurut cerita masyarakat, buaya putih penunggu Sungai Kriyan dan Lawang Sanga itu merupakan jelmaan anak dari Sultan Kasepuhan Cirebon. Lantas bagaimanakah cerita tentang legenda buaya putih itu?
Mengutip dari detikTravel, Lawang Sanga merupakan situs yang berada di dekat Sungai Kriyan, tepatnya Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Masyarakat masih meyakini buaya putih jelmaan anak sultan itu masih hidup di Sungai Kriyan. (Ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic Factory)
Lurah Keraton Kasepuhan Cirebon Mohamad Maskun menceritakan buaya putih yang hidup di Sungai Kriyan merupakan jelmaan salah seorang putra dari Sultan Sepuh I Syamsudin Martawijaya. "Buaya putih itu tak buas atau galak. Buaya tersebut merupakan anak dari sultan sepuh pertama yang dikutuk oleh sultan," kata Maskun saat di Keraton Kasepuhan Cirebon, Senin 10 September 2018.Anak dari Sultan Syamsudin yang dikutuk menjadi buaya putih itu bernama Elang Angka Wijaya. Anak dari Sultan Syamsudin itu dikutuk lantaran tak menurut. "Elang Angka Wijaya ini memiliki kebiasaan kalau makan sambil tiduran, tengkurap gitu. Nah, sama sultan dinasehati agar setiap makan tak seperti itu. Tapi tetap tak nurut, sultan berucap anaknya kalau makan seperti buaya. Ucapan orang dulu kan manjur," ucap Maskun. (Ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic Factory).
Awalnya, buaya putih jelmaan dari Elang Angka Wijaya itu hidup di lingkungan keraton, tepatnya di kolam yang berada di bangunan Lunjuk Keraton Kasepuhan. Namun, lanjut dia, saat sudah besar buaya putih tersebut berpindah tempat ke Sungai Kriyan, yang memang lokasinya tak jauh dari keraton. "Sultan merasa jengkel dengan tingkah anaknya ini, karena tak nurut. Hingga akhirnya jadi buaya putih. Tentu ini juga harus menjadi pelajaran hidup," ucapnya. (Ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic Factory).
Ia menambahkan masyarakat sekitar Sungai Kriyan masih mempercayai tentang mitos buaya putih tersebut. Bahkan, lanjut dia, ada tradisi tersendiri saat masyarakat sekitar melihat buaya putih. "Tradisinya lempar tumpengan ke sungai kalau ada masyarakat yang melihat buaya putih. Sama-sama menjaga lingkungan," ucapnya. (Ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic Factory).