Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Kesehatan Kuningan terus berupaya menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam data yang dimiliki dinas, tercatat 1.162 kasus DBD di Kuningan.
Jumlah tersebut menurun dibandingkan data BPS tahun sebelumnya yang menyebutkan angka kasus DBD mencapai 2.165 kasus. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kuningan, Denny Mustafa, memaparkan bahwa paling banyak kasus DBD menyerang masyarakat usia produktif. Hal ini terjadi karena kelompok usia ini memiliki mobilitas tinggi.
"Tercatat sebanyak 1.162 kasus DBD yang telah terlaporkan di wilayah kami. Sebaran umurnya terjadi pada usia produktif sekitar 15-44 tahun. Hal ini disebabkan oleh faktor perilaku, lingkungan, mobilitas yang tinggi, serta faktor biologis yang meningkatkan risiko terjangkit DBD pada usia produktif," tutur Denny, Rabu (17/12/2025).
Menurutnya, meski tidak terjadi lonjakan kasus dan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi setiap bulan selalu ada masyarakat yang terjangkit DBD di Kuningan.
"Untuk jumlahnya memang mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Walaupun tidak terjadi lonjakan, kasusnya selalu ditemukan setiap bulan. Biasanya, puncak kasus DBD terjadi pada bulan Januari," kata Denny.
Untuk menekan kasus DBD, pihaknya melakukan berbagai upaya seperti kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya DBD, penguatan pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M plus yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas, serta melakukan pengasapan atau *fogging* secara situasional.
Denny memaparkan, meski permintaan untuk fogging nyamuk tinggi, tetapi hal tersebut bukan solusi yang tepat untuk menangani DBD. Pasalnya, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, bukan jentiknya. Oleh karena itu, pihaknya tengah menguji resistensi insektisida untuk meningkatkan efektivitas pengasapan.
Menurut Denny, hal yang paling efektif dilakukan untuk menekan angka DBD adalah peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
"Saat ini kami tengah melakukan uji resistensi insektisida di beberapa titik di tingkat kabupaten untuk menilai efektivitas obat yang digunakan dalam kegiatan fogging. Fogging bukan merupakan solusi utama dalam pengendalian DBD, melainkan hanya upaya tambahan yang harus diimbangi dengan peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan untuk memutus siklus perkembangbiakan nyamuk penular DBD," tutur Denny.
Denny juga memaparkan, kendala lain yang dihadapi dalam penanganan kasus DBD adalah masalah anggaran sehingga beberapa program seperti pembelian RDT Dengue atau Tes Diagnostik Cepat untuk demam berdarah belum dilakukan secara maksimal. Selain itu, belum adanya pelatihan dan penyuluhan Kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik) juga menjadi kendala lain untuk menangani DBD di Kuningan.
"Tidak adanya anggaran untuk kegiatan penyuluhan pelatihan kader Jumantik di sekolah atau kegiatan lainnya menjadi hambatan dalam upaya Dinas Kesehatan menekan kasus DBD. Oleh karena itu, masyarakat diimbau selalu menjaga kebersihan lingkungan minimal seminggu sekali melaksanakan program Jumat Bersih serta tidak membiarkan adanya kubangan air di sekitar rumah," tutup Denny.
Simak Video "Video: Kemenkes Catat 131 Ribu Kasus DBD Sepanjang 2025"
(mso/mso)